"yes,"
Jennie mencium singkat pipi Taeyong. Lelaki itu membeku, lalu beberapa detik kemudian sebuah senyum terpahat di wajah tampannya.
.
.
.
Hening 3 detik. Lalu Jennie tertawa terbahak- bahak. Membuat Taeyong heran dengan sikap gadis dihadapannya ini.
"Ya ampun Yong. This is exactly the same way.. " ucapnya sembari masih tertawa. Taeyong mengernyit lagi.
"Kata- katamu, percakapan kita, tempat di dalam mobilmu di depan rumahku, dan cium pipi yang kuberi tadi. Ini benar- benar sama seperti saat pertama kali kau menyatakan padaku," ucapnya lagi, masih dengan tawanya.
Seketika ekspresi Taeyong berubah menjadi masam. Apa maksudnya ini, gadis ini mempermainkannya?
"Apa maksudmu?" nada dingin tersirat disana.
Jennie berusaha menetralkan diri, menghentikan tawanya. "Apa kau selalu menyatakan perasaan dengan cara seperti ini? Kau sama sekali tidak berubah, ya?" Jennie berucap.
"Jadi, kau sudah ingat?" Taeyong menerka. Jennie hanya menjawab dengan senyum.
"Aku bahkan sudah ingat sejak hari dimana kau menolongku," ucap Jennie yang kini mulai menunjukkan seringaiannya.
Hati Taeyong serasa mencelos, perasaannya campur aduk. "Jadi, tadi itu apa? Kau tak benar- benar menerimaku?"
"Sepertinya kau yang lupa. Kau tak ingat yang kukatakan dulu saat kita berpisah? 'Bahkan jika kita bertemu lagi di masa depan, aku tak akan memaafkanmu', ingat?" Jennie mengulang kalimat yang dulu pernah dikatakannya dan berusaha semirip mungkin untuk memperagakannya.
Taeyong masih menatap Jennie, lidahnya serasa kelu, Jennie mengingat semuanya.
"Kau tahu kan apa yang paling kubenci? Dibodohi dan dibohongi. Kau memanfaatkan keadaanku untuk mendapatkanku kembali. Setelah semua penghianatan yang kau lakukan padaku?" ucap Jennie sarkatis.
"Aku ingat. Hari dimana aku mencarimu untuk mencurahkan kesedihanku dan menemukanmu bersama seorang wanita di apartemenmu, menjijikkan," Jennie mendecih.
"Kau tahu? Aku kehilangan teman dan aku juga kehilangan kekasihku disaat yang hampir bersamaan. Hatiku benar- benar sakit saat itu. Kau bahkan tak minta maaf saat itu. Yang kau lakukan hanya berkata bahwa hubungan kita hanyalah main- main saja," ucap Jennie lagi sembari menyilangkan tangan di depan dada.
"Jadi kau ingat semuanya ya? Lalu apa maksudmu semua ini? Memberiku harapan palsu?" tanya Taeyong, masih dengan wajah datarnya.
Jennie menyeringai, "sedikit bermain- main denganmu. Sama seperti yang kau lakukan padaku. Jadi, kita seri sekarang?"