Delapan

1.3K 120 6
                                    


PAGI ini Bella pergi ke sekolah diantar oleh Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PAGI ini Bella pergi ke sekolah diantar oleh Sean

Lelaki itu masih saja protes tidak setuju pada Bella yang ngotot untuk pergi ke sekolah dengan keadaan punggung yang masih penuh memar.

Sean awalnya menentang keras permintaan Bella untuk pergi ke sekolah. Gadis itu merasa sangat merasa bosan setelah tidak sekolah selama 2 hari dan hanya bisa berdiam diri atau melakukan hal tidak berguna.

Namun karena adik perempuannya itu mogok bicara kepadanya, akhirnya dengan berat hati Sean memperbolehkan Bella untuk bersekolah.

"Ingat, jangan capek-capek dulu. Punggungnya lecet parah gitu lho, Dek. Dan ingat jangan pergi kerja paruh waktu! Kakak udah nyuruh Arhoz buat ngusir kamu kalo kamu datang ke sana," ujar Sean tegas kepada Bella, mengingat betapa keras kepala adiknya yang satu ini.

Bella memutar bola matanya malas.

"Iya. Langsung pulang kok", ujar Bella dengan tak acuh. Sean mendecak melihat kelakuan adiknya itu.

"Ck, pokoknya diam-diam aja di kelas ya Dek--- lha, lha Kakak belom selesai ngomong!!", omel Sean melihat Bella sudah keluar dari mobil. Bella menatap Sean dengan malas sambil melambaikan tangannya.

"Iya, cerewet. Tenang aja, Kak!", setelahnya, Bella berbalik menjauh dari mobil. Meninggalkan Sean yang sedang mengomel karena tingkah acuhnya. 

Bella berjalan dengan cepat menuju kelasnya. Punggungnya masih terasa nyeri jika membuat banyak pergerakan.

Bella memasuki kelas yang tampak sudah mulai ramai. Dia menghela nafas panjang, bersiap mempersiapkan batinnya untuk beradu urat pagi ini. Namun sampai sepuluh menit Bella sudah duduk di bangkunya, tidak ada gangguan apapun yang datang kepadanya.

Bella mengerutkan keningnya merasa janggal. Dimana orang yang paling membencinya itu?

"Victoria gak hadir, Bells. Pergi liburan ke Australia sekalian liat Abangnya disana, kalo lo mau tau."

Bells. Panggilan itu. Bella mengenal panggilan itu. Panggilan sayang yang di buat sahabatnya kepadanya, dulu. Sebelum semuanya rusak hanya karena lelaki.

Bella tidak berniat merespon informasi yang diberikan seorang perempuan yang berdiri di belakangnya. Perempuan itu menggigit pelan bibirnya dan merasa sedih atas ketidak pedulian yang diterimanya.

"Bella, maafi---"

"Diam."

Dingin. Satu kata yang keluar dari mulut Bella itu terasa sangat dingin. Perempuan itu tersenyum sedih. Bahkan untuk menyebutkan namanya saja Bella merasa enggan. Sungguh, perempuan itu sangat menyesal atas perbuatannya tiga bulan lalu.

"Listen, Bel. Gue sadar udah benar-benar ngecewain lo, gue juga nusuk lo dari belakang habis-habisan karena perkara Randy. Tapi Bel, apa lo gak bisa ngasih gue kesempatan kedua Bel? Gue nyesel Bel. Gue nyesel banget hancurin persahabatan kita, Bel..."

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang