Tigabelas

1.2K 114 1
                                    



"GUE antarin lo ya?"

"Gak. Gak perlu. Dan ini kelima kalinya lo nanyain ini ke gue. Bisa lo nyingkir?"

Bella mengibaskan tangannya ke hadapan Ethan, mengusir lelaki itu. Ini sudah kelima kalinya Ethan menawarinya untuk diantar pulang, dan sudah kelima kalinya Bella menolak. Bella jadi ragu, Ethan bisa berbahasa Indonesia atau tidak?

"Ya siapa tau lo berubah pikiran gitu sama gue."

"Boro-boro berubah pikiran, mikirin lo aja gak."

Ethan menatap Bella terperangah setelah mendengarkan jawaban tajam dari gadis itu. Bella yang ditatap seperti itu, hanya melirik sekilas, tidak memusingkannya. Bella mendengar suara mesin dari kejauhan, kemudian menoleh ke asal suara itu dan melihat bus yang sudah mendekat ke arah halte ini, kemudian mengambil tongkatnya, bergegas pulang. Bella menatap Ethan datar.

"Dah, ah. Gue pulang dulu!"


=======================


Bella melangkahkan kakinya dengan susah payah memasuki kos Sean. Kemudian, Bella berjalan ke arah tempat tidurnya, mendudukkan dirinya. Lalu meletakkan dirinya disana sambil menghela napas lega. Bahkan untuk berjalan saja sekarang sangat sulit baginya.

Bella meletakkan tongkatnya ke sisi tempat tidurnya, kemudian mengangkat betisnya dengan bantuan tangannya untuk berselojor. Setelahnya, Bella bersandar di dinding tempat tidurnya.

Bella sendiri di kos Sean saat ini. Sean masih berada di kampusnya, lelaki itu memiliki jadwal penuh untuk hari ini. Sedangkan Ellie masih berada di sekolah karena masih mengikuti ekstra renang, walaupun gadis kecil itu tidak tau berenang. Tapi gadis kecil itu suka bermain air.

Bella menghela napas pelan, perutnya berbunyi karena lapar. Dia ingin makan, tetapi rasa malas untuk bergerak sudah menghinggapi dirinya. Kakinya juga masih terasa sangat sakit untuk digerakkan, membuat rasa malasnya bertambah dua kali lipat. Bella memutuskan diri untuk tidur, menahan rasa laparnya.

Disaat Bella sudah setengah sadar, hampir memasuki tidur lelapnya, sayup-sayup sebuah ketokan pintu dari luar terdengar. Membuat Bella kembali terbangun dari tidurnya, dan kembali menyandarkan tubuhnya ke dinding.

Tok, Tok, Tok!

Suara ketukan pintu dari luar itu terdengar lagi, membuat Bella tersadar sepenuhnya ada orang di luar. Bella mengambil tongkatnya dari sisi tempat tidur, kemudian berusaha berdiri dengan perlahan disertai ringisan karena kesakitan. Bella pun berdiri dengan sempurna, namun ringisan kesakitan belum hilang dari bibirnya.

Dengan perlahan, Bella menggerakkan tongkatnya, membimbingnya untuk berjalan. Bella keluar dari kamar, kemudian berjalan ke arah pintu kos Sean itu. Bella pun membukakan kunci pintunya, lalu memegang gagang pintu itu dan menariknya dengan perlahan.

Pintu pun terbuka, dan diluar sana tampak berdiri seorang wanita paruh baya yang berparas cantik, sedang menatap Bella dengan senyuman sumringah, membuat Bella kaget karena keberadaanya. Namun dalam sepersekian detik, raut kaget terhapus dengan cepat dari wajah Bella, digantikan dengan wajah dingin. Bella menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan tidak senang.

"Bella kamu apa kab—"

"Mau apa?"

Bella memotong sapaan bernada ceria dari wanita itu dengan cepat dengan dingin dan tanpa ekspresi. Membuat senyum sumringah milik wanita itu meredup, namun wanita itu kembali menyunggingkan senyumnya. Senyum pahit.

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang