TANGAN kecil Bella tampak sibuk memasukkan buku-buku yang sesuai untuk rosternya hari ini ke dalam tasnya. Bella memberhentikan pekerjaannya sejenak, lalu menghela napasnya berat. Membayangkan ketertinggalannya dalam pelajaran.
Setelah selesai menyusun buku-bukunya rapi ke dalam tas, Bella yang masih duduk di tempat tidur, menyandangkan tasnya ke bahunya. Kemudian, Bella mengambil tongkat yang bersandar di tembok dekat tempat tidur, lalu meletakkan tongkat itu di ketiaknya. Dan perlahan, Bella menahankan beban tubuhnya ke tongkat itu untuk berdiri. Bella pun meringis, menahan rasa sakit yang berasal dari pergelangan kakinya.
"Bella, udah dek? Nanti kamu telat!", teriak Sean dari luar, mengingatkan Bella dengan waktu.
"Iya kak. Udah selesai kok!"
Sudah seminggu ini Bella tidak dapat hadir ke sekolah karena pergelangan kakinya yang mengalami dislokasi. Sebenarnya, Bella belum diperbolehkan untuk bergerak banyak-banyak, namun dengan keras kepalanya, Bella ngotot ingin ke sekolah kepada Sean dengan alasan takut ketinggalan pelajaran. Alhasil, Sean mengalah.
Begitu pula, sudah seminggu juga Bella tidak pulang ke rumah. Bella tinggal di kos yang Sean sewa saat ini, begitu pula dengan Ellie. Sean tidak mengizinkan Bella pulang, mengingat apa yang disaksikannya minggu lalu ketika dirinya pulang untuk mengantarkan pizza kepada Bella dan Ellie. Kejadian itu membuat Sean membuat keputusan bulat, bahwa Bella dan Ellie tidak boleh tinggal bersama Ayah mereka lagi, Andiman.
Bella menarik napasnya pelan, berharap di dalam hati semoga hari ini menjadi hari yang baik untuknya. Bella hanya berharap, dia tidak ingin menghadapi banyak drama hari ini, walau kelihatannya itu mustahil.
Bella menaikkan pundaknya, pasrah saja dengan apa yang akan terjadi pada hari ini, toh berharap juga tiada guna untuknya. Bella pun menggerakkan tongkatnya perlahan, keluar dari kamar untuk pergi berangkat ke sekolah.
===============
"Hmm, pelan-pelan Bel. Nah, sekarang turunin kaki kamu perlahan. Hm, hm, oke pelan, bagus. Bisa berdiri sendiri kan?"
Bella mengangguk, menandakan kepada Sean kalau dirinya sudah bisa berdiri sendiri tanpa harus dibantu kakaknya itu lagi. Sean menatap Bella yang sedang berusaha berdiri sendiri itu, lalu tersenyum kecil ketika melihat ringisan kecil yang keluar dari mulut Bella karena menahan sakit.
"Kamu bisa jalan sendiri, atau diantar aja?"
Bella menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin diantar oleh Sean. Dia bisa berjalan sendiri tanpa harus merepotkan Sean. Sean yang melihat gelengan adiknya itu, mengusap pelan rambut panjang Bella, lalu menyuruh adiknya itu untuk berhati-hati.
Bella memutar balikkan tubuhnya setelah pamit kepada Sean, lalu melangkahkan kakinya perlahan-lahan dengan bantuan tongkatnya.
Pemandangan Bella yang berjalan dengan tongkat itu tertangkap dengan tidak sengaja oleh laki-laki yang baru saja keluar dari parkiran motor yang berjalan tak jauh di belakang Bella, membuat lelaki itu bingung. Dengan cepat, lelaki itu berlari kecil untuk menyamakan jaraknya dengan Bella.
"Bella? Lo kenapa pake tongkat?"
Bella langsung menolehkan pandangannya ke asal suara yang baru saja menyebutkan namanya. Dan tampaklah disana Ethan yang menatapnya dari ujung kaki sampai ujung kepalanya dengan bingung. Bella mendengus.
![](https://img.wattpad.com/cover/127332630-288-k419528.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Teen Fiction[ON REVISION] WARNING, TOO MUCH HARSH WORDS. Everyone deserve better. But not for her. Dia terlalu keras, dia tak tertebak. Dia sulit ditaklukan. Tak terhancurkan. Semenjak ditinggal pergi sang Ibu, hidup Bella berubah drastis. Tidak ada lagi kasih...