SIANG hari ini terasa sangat panas.
Matahari bersinar terang, udara terasa sangat pengap. Pendingin ruangan yang bekerja di kafe memang berhasil membuat suhu udara tidak terlalu panas, namun tetap saja tidak bisa memperbaiki mood Bella yang buruk.
Bella rasa hari ini adalah salah satu hari buruknya.
Saat ini Bella sedang mengelap meja kafe. Gadis itu mengelap permukaan meja dengan malas. Wajahnya yang biasanya datar, kali ini ditambahi dengan kerutan di dahinya. Bella tampak menyeramkan.
Seorang pria yang baru saja keluar dari ruangan pekerja memperhatikan dirinya yang bekerja dengan wajah tertekuk itu. Pria itu menyunggingkan senyumnya tipis kemudian berjalan ke arah meja yang Bella bersihkan.
"Itu muka atau atau koran sih? Lecek amat mbak."
Bella tersentak karena terkejut. Dengan cepat dia menoleh. Raut wajah Bella yang tadinya terkejut langsung berubah menjadi datar setelah tau siapa yang membuat dirinya terkejut. Pria itu terkekeh pelan melihat perubahan ekstrim ekspresi Bella.
"Lo lagi badmood ya, Bell? Eh gak tau deng, muka lo gitu-gitu aja sih. Mau senang, mau marah sama aja bentuknya HAHA",
"Berisik lo."
Pria itu tidak peduli dengan ucapan ketus Bella. Dirinya tetap saja tertawa kuat tanpa mempedulikan beberapa orang di sekitarnya sudah memperhatikannya. Bella mendengus malas, pria ini memang senang sekali mengusik.
"Lo kesana aja deh. Ngitung uang kek, makan kek, atau apapun asalkan jauh-jauh deh dari gue", ujar Bella tanpa ekspresi, mulai kesal dengan pria yang masih saja terbahak itu.
"Nah kan, lo marah aja ekspresi lo tetap sama. Gila, lo ngemil es batu tiap hari ya? Dingin banget nying," pria itu menunjuk wajah Bella, lalu kembali terbahak.
Bella mendelik tajam ke arahnya, namun pria itu tetap tidak peduli. Mengesalkan.
"Arhoz, jangan ganggu gue", ujar Bella penuh penekanan.
"Coba lo rajin senyum Bel, dandan dikit gitu. Rambut lo digerai, jangan diikat mulu begini. Terus ekspresinya agak diubah kek, waduh lo pasti cantik banget deh! Saya Pangeran Arhoz siap ngelamar kamu, ananda Bella Maya!"
Bella menatap Arhoz tajam, benar-benar kesal dengan candaan Arhoz yang menurutnya benar-benar tidak berguna. Arhoz tetap saja tidak peduli, dia kembali terbahak setelah melihat ekspresi kesal Bella yang menurutnya malah lucu.
Nama lelaki itu Arhoz. Arhoz Fernando, seorang mahasiswa semester 4. Arhoz adalah anak pemilih kafe tempat Bella bekerja ini. Usia Arhoz masih muda, sebaya dengan Sean kakaknya Bella.
Arhoz adalah teman satu fakultas Sean, dan karena bantuan lelaki itu Bella bisa bekerja di kafe ini sejak 2 tahun terakhir untuk membayar keperluan sehari-hari dirinya dan Ellie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
أدب المراهقين[ON REVISION] WARNING, TOO MUCH HARSH WORDS. Everyone deserve better. But not for her. Dia terlalu keras, dia tak tertebak. Dia sulit ditaklukan. Tak terhancurkan. Semenjak ditinggal pergi sang Ibu, hidup Bella berubah drastis. Tidak ada lagi kasih...