SUARA deru mesin motor milik Ethan berhenti ketika sang empunya memberhentikan nya di depan rumah yang asri ini. Bella yang berada di boncengan Ethan pun langsung turun begitu motor telah berhenti sempurna.
Bella yang sudah berdiri di samping Ethan menatap lekat-lekat lelaki yang sedang merapikan rambut setelah membuka helmnya itu. Netra Bella menatap lamat-lamat wajah Ethan yang masih tampak sedikit sembab itu. Membuat Bella kembali mengingat kejadian di rumah sakit tadi.
Ah, perasaan Bella kembali campur aduk mengingat ucapan Risa yang tak terduga tadi.
Perasaan Bella tidak enak jadinya. Hampir saja Bella memarahi Risa karena ucapannya yang bermakna ambigu itu. Untung saja Ayah Ethan datang tadi, sehingga Bella mendapat kesadarannya kembali dan tidak jadi memarahi wanita paruh baya itu.
Bella bisa gila saat ini karena berbagai pemikiran buruknya menyangkut kalimat Risa tadi.
Tangan Ethan yang sibuk merapikan anak rambut yang naik di kepalanya akhirnya berhenti ketika lelaki itu sadar Bella memperhatikannya begitu intens. Ethan pun menolehkan wajahnya, menatap dengan raut bertanya kepada Bella yang masih saja memandangnya dalam.
"Lo kenapa, Bel?"
Bella hanya diam, tidak menjawab sepatah kata pun. Ethan menaikkan satu aslinya, bingung. Tangannya pun bergerak ke depan wajah Bella, melambaikannya pelan untuk menarik kesadaran gadis itu. Bella pun menghela napasnya berat.
Tangan Bella bergerak ke pergelangan Ethan yang berada di depannya. Bella menjauhkan tangan Ethan dari hadapannya.
"Ethan.."
Ethan memiringkan kepalanya ketika mendengar namanya disebut, "Apa?"
Tanpa sadar, helaan napas berat di keluarkan Bella. Bella bergerak mendekat pada Ethan yang masih duduk di motornya. Ethan pun semakin menatap bingung Bella yang semakin memperdalam tatapannya.
Dan sekaligus merasa berdebar tidak karuan.
Bella meluruskan bibirnya dan beradu pandang dalam dengan lelaki di depannya ini. Bella pun mengulum bibirnya sejenak untuk memilih kata, "Lo gak mau bilang apapun sama gue?"
Ethan terdiam sejenak sebelum menggelengkan kepalanya pelan. Membuat Bella semakin meluruskan bibirnya. Bella pun kembali menghela napasnya, "Lo yakin gak ada? Menyangkut Tante juga gak ada?"
Tubuh Ethan tampak menegang karena ucapan Bella, namun dengan sigap lelaki itu kembali merilekskan tubuhnya. Ethan pun memasang senyumnya seraya menggeleng pelan, "Gak. Kenapa emangnya Mama?"
Bibir Ethan memang melengkungkan senyum, namun matanya tidak dapat berbohong. Bella tau itu.
Akhirnya, Bella pun hanya bisa menganggukkan kepalanya mengerti. Mengerti kalau lelaki di depannya ini tidak ingin membicarakan tentang Ibunya dengan Bella. Bella tidak mungkin memaksa lelaki itu untuk cerita. Bella tidak ada hak.
Bella sadar, dia bukan siapa-siapa.
Namun hanya satu yang Bella ingin, selalu ada di samping Ethan agar perasaan sendirian tidak hadir di lelaki itu. Hanya itu, Bella ingin membalas budi.
Dan tanpa Ethan duga-duga, sebuah rengkuhan hangat memasuki dadanya. Ethan membeku seketika ketika tangan kecil itu memeluk erat punggungnya, menepuknya pelan. Ethan benar-benar tidak pernah membayangkan Bella akan memperlakukannya seperti ini tiba-tiba.
Ethan pun menundukkan kepalanya, menatap puncak kepala Bella yang bersadar di dadanya. Jantung Ethan pun bergerak tak karuan ketika merasakan deruan napas Bella di dadanya.
Lidah Ethan terasa kaku, "A-ah, B-bel.. Kenapa?"
Seperti mendapatkan kembali kesadarannya, Bella langsung membulatkan matanya di pelukan Ethan. Dan dalam hitungan beberapa detik, Bella sudah mengurai pelukannya dan memandang Ethan dengan canggung. Begitu juga dengan lelaki itu, bahkan wajahnya sudah memerah hingga ke telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Jugendliteratur[ON REVISION] WARNING, TOO MUCH HARSH WORDS. Everyone deserve better. But not for her. Dia terlalu keras, dia tak tertebak. Dia sulit ditaklukan. Tak terhancurkan. Semenjak ditinggal pergi sang Ibu, hidup Bella berubah drastis. Tidak ada lagi kasih...