Multimedia : Bella.
===============
"Gue boleh main gak?"
"Main atau numpang makan?"
Mendengar kalimat sindiran Bella yang sedang berjalan memasuki teras rumahnya itu, Ethan langsung tertawa garing karena tertangkap basah.
Sebenarnya Ethan bukannya ingin numpang makan di rumah Bella, dirinya hanya ingin melihat Bella sedikit lama lagi. Tapi kalau Bella berpikir seperti itu, Ethan juga tidak apa-apa.
Tangan kecil Bella pun menyentu kenop pintu dan langsung membuka pintu rumahnya dengan cepat, "Papa, Ellie! Kakak pulang!"
Terdengar suara sautan Andiman dari dalam, "iya, Kak!"
Bella pun berjalan mendekati asal suara Ayahnya, dari dapur. Dan begitu Bella masuk ke dapur, mata Bella langsung disuguhkan dengan pemandangan Ayahnya yang sedang mengiris cabai bersama Ellie. Membuat Bella tersenyum lembut, merasakan hatinya menghangat.
Senyum Bella juga tak luput dari penglihatan Ethan yang berdiri disampingnya. Dan karena senyum Bella, bibir Ethan pun melakukan hal yang sama. Bella pun mendekati Ayahnya yang sedang sibuk berkutat dengan peralatan dapur itu. Ethan mengekor di belakangnya.
"Papa ngapain?"
Mendengar pertanyaan Bella, Andiman melirik sekilas sambil menyengir, "Papa lagi masak telur puyuh yang udah kamu siapin tadi. Sekali-sekali Papa masak dong, jangan kamu aja!"
Ellie mengangguk antusias, setuju dengan ucapan Ayahnya. Bella pun tersenyum tipis kepada Ellie, "kok gak nunggu kakak aja?"
"Papa sama aku gak mau ganggu waktu kakak untuk pacaran, sekali-sekali di bebasin dikit bolehlah.."
Ellie menggerak-gerakkan alisnya, menggoda kakaknya yang kini menatap sebal kepadanya, "apaan sih, kakak gak pacaran ya sama Ethan. Enak aja! Jangan percaya, Pa!"
Mendengar bantahan Bella, Ethan pura-pura terluka, "oh jadi gitu, Bel? Kamu gak nganggap aku lagi? Sakit, Bel! Sakit!". Ethan menunjuk-nujuk dadanya dengan ekspresi pura-pura menangis.
Karena ucapan Ethan, Andiman dan Ellie pun tertawa. Bella memukul pelan punggung Ethan sambil mengomel. Tapi sebuah senyuman terbit di bibir Bella. Dirinya merasa bersyukur atas perubahan yang telah terjadi di hidupnya. Berangsur-angsur membaik dan menerbitkan kebahagiaan.
Ah, Bella berharap kebahagiaan ini tetap ada untuk ke depannya.
====================
"Ethan, tambah telurnya nih! Jangan malu-malu gitu dong, anggap aja rumah sendiri!"
Ethan mengangguk senang mendengar tawaran ramah Andiman yang menyodorkan piring berisi lauk itu kepadanya. Tanpa ragu-ragu, Ethan pun mengambil telur dari piring itu sambil tersenyum lebar.
Bella hampir selesai makan, menyuapkan sesendok nasi terakhir ke mulutnya. Kemudian, dirinya membawa piring kotor miliknya ke wastafel untuk di cuci.
"Nanti kalo udah siap makan, piringnya di bawa kesini ya!"
Ketiga orang yang masih sibuk mengisi tubuhnya itu, langsung menggangguk ketika mendengar perintah Bella yang sibuk mencuci piring itu. Beberapa saat kemudian, Ethan pun datang mendekati Bella dengan beberapa tumpuk piring di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Teen Fiction[ON REVISION] WARNING, TOO MUCH HARSH WORDS. Everyone deserve better. But not for her. Dia terlalu keras, dia tak tertebak. Dia sulit ditaklukan. Tak terhancurkan. Semenjak ditinggal pergi sang Ibu, hidup Bella berubah drastis. Tidak ada lagi kasih...