ANGIN sepoi-sepoi menerpa lembut tubuh Bella, mengalirkan rasa dingin ke kulit gadis itu. Gadis itu mendongak ke arah langit yang cerah tak berawan, tidak siang tadi yang hujan. Bintang tampak terang malam ini dan Bella tak bosan-bosan menatap kilauannya.
Saat ini Bella sedang duduk di gazebo rumah Ethan, sedang beristirahat sehabis menyelesaikan pergulatan di dapur tadi. Sungguh, mereka lebih banyak bermain-main dari pada bekerja.
Namun syukurnya pergulatan mereka masih membuahkan hasil yang, begitulah.
"Hey, minum ini."
Ethan meletakkan sebuah cangkir yang masih mengepul di atas meja yang ada di gazebo itu. Bella mengambil cangkir itu setelah bergumam.
"Thanks. Lo gak perlu repot-repot sebenarnya.."
"Ini tuh ganti rugi karena udah bikin seragam lo kotor."
"Hmm.."
Bella menyesap meminum cokelat hangat itu dengan perlahan. Menyesapi rasa hangat yang menjalar di kerongkongannya. Manis dan menenangkan.
"Bel, makanan kesukaan lo apa?"
"Uhuk!!"
Bella tersedak karena mendengarkan pertanyaan spontan dari lelaki di sampingnya ini. Untuk apa sih lelaki itu menanyakan hal yang tidak penting seperti ini?
"Lah, lah! Minumnya pelan-pelan dong, Bell!"
Bella mencoba menetralkan kerongkongannya yang baru saja tersedak karena ucapan dari Ethan. Bella pun menoleh ke arah Ethan, lalu menatapnya tajam. Membuat yang ditatap menatapnya dengan tatapan bingung.
"Lo kenapa sih, gila? Nanyain pertanyaan kayak gitu ke gue?!"
"Lha, emangnya salah nanya makanan kesukaan lo?"
"Ya salahlah! Apa sih faedahnya nanyain makanan kesukaan gue, hah?!"
"Ya biar gue tau harus beliin lo apaan supaya bisa lebih dekat sama lo!"
KRIK.......
Bella membulatkan matanya, menatap Ethan yang sedang menatapnya juga dengan tatapan tak percaya. Ethan yang dilihat seperti oleh Bella, dengan cepat langsung tersadar dan seketika gelagapan.
"E-eh, a-ah bukan gitu, ah maksud gue---"
"Hmm, iya-iya, gue ngerti. Udah gak usah dibahas," kata Bella memotong kalimat Ethan, membuat Ethan menghela napas lega mengetahui bahwa Bella tidak salah paham.
Setelah itu, tidak ada suara apapun lagi yang terdengar. Bella sibuk meminum cokelat panasnya sambil melihat bintang. Sedangkan Ethan sibuk diam karena berpikir, hal menarik apa yang bisa dibahasnya dengan Bella, tanpa memicu kerancuan lagi.
"Bel?"
"Hmm.."
"Gue serius lo nanya tentang makanan kesukaan lo barusan.."
Bella yang tadinya sibuk menyeruput isi cangkir di tangannya itu, memberhentikan aktivitasnya lalu menatap Ethan malas.
"Sebegitu ngebetnya ya lo mau ngobrol sama gue?"
Ethan mendecakkan lidahnya., lagi-lagi ia salah. Bella memalingkan wajahnya sambil mendengus, kemudian kembali meneruskan aktivitasnya. Ethan kembali berpikir, hal apa lagi yang harus dibahasnya untuk mengajak Bella ngobrol?

KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Teen Fiction[ON REVISION] WARNING, TOO MUCH HARSH WORDS. Everyone deserve better. But not for her. Dia terlalu keras, dia tak tertebak. Dia sulit ditaklukan. Tak terhancurkan. Semenjak ditinggal pergi sang Ibu, hidup Bella berubah drastis. Tidak ada lagi kasih...