Enam

1.4K 127 4
                                    

PAGI ini Bella pergi ke sekolah dengan bahu yang nyeri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PAGI ini Bella pergi ke sekolah dengan bahu yang nyeri. Sepanjang perjalanan di bus, Bella meringis pelan sambil memijat bahunya yang terasa berdenyut itu, berusaha mengurangi rasa sakitnya. Bella membuang nafas dengan gusar, mengingat apa yang baru terjadi padanya pagi ini.

Bella dan Ellie sedang duduk dan makan di meja makan dengan tenang. Bella meletakkan sendoknya setelah selesai makan. Bella berjalan ke arah lemari penyimpanan piring untuk mengambil sebuah kotak bekal kemudian mengisinya dengan nasi goreng buatan dan telur dadar.

"Masukkin bekal ini ke tas kamu. Oh iya, jangan lupa bawa air minumnya," ujar Bella kepada Ellie sambil menyerahkan kotak bekal itu. Ellie mengangguk, lalu mengisyaratkan kepada Bella untuk meletakkan kotak bekal itu di meja. 

Saat Bella sedang mencuci piring kotor bekas sarapan, terdengar langkah kaki terdengar dari ujung ruang makan membuat Bella menoleh. Tampak Ayahnya yang masih acak-acakkan berjalan dengan mata setengah terbuka ke arah meja makan.

"Dimana sarapanku?"

Bella dan Ellie hanya diam, tidak berniat menjawab apapun. Ayah mereka yang merasa dihiraukan, membuka tudung saji dan melihat hanya ada sebuah baskom besar yang berisi sisa nasi goreng. Hanya itu.

"Hanya ini? Tidak ada yang lain?!", tanya Ayah mereka dengan nada berang.

Bella buru-buru menyimpan piring yang sudah bersih itu ke rak piring kemudian menepuk pundak Ellie pelan, menyuruh adiknya untuk mengambil tasnya untuk bergegas ke sekolah. Ellie mengangguk patuh dan keluar ruang makan. 

"Kamu bisu, Bella?! Kamu hanya masak untuk kalian? Untuk Papa mana?!" Andiman menghardik puteri sulungnya dengan keras. Bella hanya menatap Ayah dengan tatapan datar, tidak merasa takut sedikitpun atas kemarahan Ayahnya yang kelaparan.

"Iya, aku hanya masak untuk kami. Kalo Papa lapar, tolong masak sendiri."

"Jadi kamu kerjanya apa, hah?! Yang kamu tau cuma keluar rumah rumah sampe malam, ga becus jadi perempuan! Perempuan macam apa kamu yang main di luaran sana sampe larut malam?!"

Bella merasakan tubuhnya mulai bergetar karena bentakan kasar Ayahnya, namun hatinya tidak dapat merasakan perasaan apapun. Rasanya hambar walaupun kata-kata yang di keluarkan Ayahnya benar-benar melecehkan dirinya.

"Memang kerjaan Papa udah beres? Mabuk tiap malam, ngoceh gak jelas, mukulin anak sendiri itu bagus ya? Orangtua macam apa itu?", ujar Bella datar tanpa intonasi berarti dan tidak berekspresi.

Andiman yang mendengarkan hal itu terperanjat. Wajah lelaki itu langsung memerah karena amarahnya mendidih, rahangnya mengeras. Bella menegang perubahan ekspresi Ayahnya yang begitu signifikan, menahan nafasnya karena sudah bisa menebak apa yang akan terjadi beberapa detik ke depan.

Bug!

Bug!

Plak!

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang