Prolog (Edited)

16.5K 985 285
                                    

NAIF - Buta Hati

Alunan lagu Pretty Girl dari Clairo yang berputar di ponsel sudah di bait akhir ketika gadis berambut panjang itu berhenti mengetikan balasan pesan untuk temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alunan lagu Pretty Girl dari Clairo yang berputar di ponsel sudah di bait akhir ketika gadis berambut panjang itu berhenti mengetikan balasan pesan untuk temannya. Ia bahkan tak sadar jika dirinya diperhatikan laki-laki yang duduk di depannya.

"Ada apaan sih di handphone lo, Gis?" tanya yang laki-laki, akhirnya.

Giska mengangkat mantanya sekilas, namun tetap memainkan ponselnya. "Ada chat."

"Dari?"

"Kenapa gitu?" Giska malah bertanya balik. Matanya tetap tertuju pada ponsel.

Tidak menyahut dengan omongan, Gama— meletakkan case ponsel berwarna pink di atas layar ponsel—yang merupakan warna kesukaan Giska. Sontak, gadis itu langsung memungutnya saat benda itu merosot ke bawah.

"Eh—" seru yang perempuan. "Ini buat gue?" Mata hazelnya kini tertuju pada Gama yang kini menatapnya.

Yang laki-laki hanya mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban.

Senyum gadis itu langsung mengembang, dan ia tak dapat menahan diri untuk tidak membolak-balik benda itu. Softcase biasa yang berbahan Thermoplastic Polyurethane.

"Makasih, Gam," ujarnya, masih dengan senyum.

Sederhana, tetapi tidak sesederhana yang dirasa.

Gama yang duduk di kursi piano menurunkan kedua kakinya dan  memasukkan tangannya ke saku celana.  Pandangannya mencari mata Giska, dan ketika  ia  mendapatkannya,  ia mengunci  tatapan dari  perempuan  itu.

"Are you happy now?"

Dengan senyum, gadis itu mengangguk dua kali.

Seperti virus, senyum itu menular. Perlahan, tangan Gama bergerak menggamit tangan Giska. Senyum gadis itu hilang karena terkejut. Namun, gadis itu diam, membiarkan laki-laki itu menggenggam tangannya. Matanya memperhatikan genggaman tangan dan wajah Gama secara bergantian.

Degupan jantung mereka seirama mengingat bahwa hanya ada mereka di ruangan ini.

Kini, ada satu hal yang terus berputar di kepalanya. Namun, ia masih ragu untuk mengungkapkannya, ia takut momen ini akan rusak karna hal seremeh ini. Tapi, sampai kapan begini terus?

"Gam?"

"Hm?"

Giska tak langsung menjawab.

Butuh waktu empat detik untuknya bertarung  melawan keraguanya, perlahan Giska membalas genggaman itu. Ia menghirup napas panjang, membiarkan aroma lavender menusuk indera penciumannya.

"Gam?" Giska kembali memanggil.

Senyum Gama melebar, genggamannya menguat. "Apaaaa?"

Here we go!

"Sebenernya kita itu apa sih?"

Sontak, genggaman laki-laki itu meregang bersamaan dengan senyumnya yang meredup.

Sontak, genggaman laki-laki itu meregang bersamaan dengan senyumnya yang meredup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini dalam mode private acak. Bila ingin baca lengkap, silakan follow akun penulis terlebih dahulu, lalu relogin.

Feel free for ask. Just comment bellow.
Spread the love, D💙

[BHC #1] Naif | ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang