61. Sampai Nanti

3.3K 305 224
                                    

Haii! Maaf ya kelamaan;(

BTW INI ENDING GAISSS🙈🙈🙈

Gimana? Ada yang siap?

Aduh duh duh wkwkwk antara rela dan ga rela gini ending

Jangan lupa divote yaaa, kalau lupa ini bener2 akhir dari semua (loh kok?! Wkwk)

NAIF - Dimana Aku Di sini

NAIF - Dimana Aku Di sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memang.

Naik pesawat sendirian bukanlah hal baru untuknya. Yang berbeda dari perjalanannya kali ini adalah... Widura bermalam di pesawat.

Waktu menunjuk pukul dua pagi. Baru Widura tahu, bila bermalam di pesawat itu sangat melelahkan. Ia berusaha tertidur dalam posisi duduk yang sangat tak nyaman, berdempetan dengan penumpang sebelahnya yang tengah sibuk berselfie ria.

Widura melirik gadis di sebelahnya sekilas, dalam hati ia begitu yakin jika ini adalah penerbangan pertamanya. Dan, dari fisiknya sih kelihatan kalau gadis itu masih duduk di bangku sekolah. Atau bisa jadi umurnya di bawah dirinya.

Pingin sekali rasanya Widura menyeletuki gadis itu. Sumpah, bikin ilfeel. Lihat saja, mungkin ada kali lima puluhan selfie yang sudah gadis itu capture. Nampaknya, mata gadis itu tak pernah pedih karena lelah atau remang cahaya lampu kuning yang disediakan di kabin.

Bukannya kepo sama urusan gadis itu, namun kalau sudah selesai selfie pasti, yang keluar dari mulutnya; "Ih! Kok gini sih?" Atau, "Ya ampun kok jelek—"

Berisik.

Seolah malas dengan ribetnya perempuan di sebelahnya, Widura menghela napasnya. Ia membuka retsleting tas backpack-nya, lalu mengeluarkan kamera analog miliknya. Ia melihat-lihat foto yang masih tersimpan di sana.

Foto pertama; saxophone, foto kedua; gedung tinggi, foto ke-tiga; foto suasana stasiun kereta MRT, foto ke-empat; foto perempuan yang tengah menyesap tehnya.

Widura mengerjap sekali, jarinya berhenti di sisi kamera.

Foto tersebut adalah potret Giska yang ia ambil secara diam-diam, pure candid. Perlahan, senyum simpulnya mengembang. Widura teringat Giska. Widura ingat saat itu Giska benar-benar tak sadar jika ia memotretnya. Ia ingat obrolan-obrolan sederhana mereka di Puncak.

Namun bukan itu yang terpenting. Ia ingat bagaimana cara perempuan itu menguatkannya, memeluknya, dan menganggap keberadaannya. Kehadirannya menorehkan warna baru di hidupnya.

Tetapi, Widura sadar.

Jalan untuknya dan Giska sudah buntu.

Apa kabar dia? Pikirnya. Hampir dua minggu setelah kejadian itu, dirinya tak lagi menghubungi Giska. Bahkan tak ada sekalipun chat diantara mereka. Lalu pikirannya otomatis juga tertuju ke Kievlan, apakah mereka berdua balikan?

[BHC #1] Naif | ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang