SALES - Jamz
Bel pulang berbunyi. Suasana lobby yang tadinya sepi langsung riuh ketika para murid keluar dari kelas masing-masing.
Kecuali warga kelas XI IPS 4, beberapa dari mereka ada yang masih mengobrol, ada juga yang masih betah wifian di kelas, sisanya memasukkan buku ke tas siap-siap pulang. Karena guru mereka baru keluar.
"Temen-temen, ada hal penting yang mau gue omongin," suara Ghazi-- ketua kelas XI IPS 4, menginterupsi aksi mereka.
"Kievlan kasih saran untuk bikin groupchat WA atau LINE kelas, gue mau kalian semua add dua nomor ini. Nomor gue dan nomor Kievlan." Lanjut laki-laki yang berdiri di depan papan tulis itu.
"Tai. Kipli jadi admin ngerusuh doang dah pasti." Celetuk Tamam yang disambut keheningan warga kelas.
"Semua akan gue jadiin admin."
Ghazi membalikkan badannya menghadap papan tulis, dan menuliskan dua nomor telepon. Saat Giska mengetikkan passcode, gerakan jarinya seolah terpause sesaat. Gadis itu mengangkat matanya, menatap papan tulis, dan fokusnya terhenti pada nomor Kievlan.
Dia ragu untuk menambahkan nomor Kievlan atau tidak. Bukannya apa-apa, Giska masih awkward sekaligus gak enak hati pada Kievlan.
Gak usah di add dulu kali ya?
"Tapi dilarang kick atau left seenaknya, karena isinya untuk kepentingan kelas atau kalo mau ngerusuh juga gak papa. Yang penting gak ada drama." Lanjut Ghazi panjang lebar.
Giska mengetikkan nomor Ghazi yang tertera di papan tulis dan menambahkan di kontakynya. Tak lama kemudian, muncul sebuah pop-up notifikasi dari LINE,
Hisbatul Ghazi added you as a friend.
Oh nge-addback? Gercep juga.
Hisbatul Ghazi: Yuk, ngobrol dengan teman baru!
"Kok nomor gue gak di-add juga?" Tanya suara bariton dari belakang.
Shit! Sejak kapan dia di situ?
Belum menoleh, Giska malah menyenggol Estrella, bermaksud minta bantuan teman sebangkunya itu. Tapi, hanya dijawab kernyitan dahi oleh Estrella.
Giska membalikkan tubuhnya, harap-harap cemas merespon Kievlan. "Kan nanti bisa diadd lewat grup," ujarnya kalem.
"Ok. Gue tunggu." Kievlan manggut-manggut, dan berdiri di sebelahnya. "Pulang kemana nanti?"
"Maaf?"
Iris biru itu tetap memerhatikan Estrella dan Giska bergantian, hingga berhenti di Giska yang enggan sekali mengangkat kepala untuk menatap Kievlan. "Gak papa, gue maafin." Kievlan menjulurkan tangan kanannya. "Kievlan."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BHC #1] Naif | ✓
Teen FictionCompleted | Teenfiction-romance comedy [Private acak. Follow dulu sebelum baca] ❝𝙏𝙝𝙚 𝙩𝙞𝙢𝙚 𝙬𝙝𝙚𝙣 𝙞'𝙢 𝙤𝙣𝙡𝙮 𝙨𝙚𝙚𝙞𝙣𝙜 𝙝𝙪𝙢𝙖𝙣𝙨 𝙣𝙤𝙩 𝙝𝙪𝙢𝙖𝙣𝙞𝙩𝙮 ❞ _____________________________________________ Seperti yang kita ketahui. Di...