58. Rumah

2.3K 300 65
                                    

Untuk yg mau ikut grup chat masih open member, dm aja ya nomor kalian ke aku, tingkyu:)

Dan, buat yg gapernah play mulmed, tolong play ya untuk kali ini. Makasih:)

Alert, jangan lupa vote yaa:)

Family of The Year - Hero

"Eh kakak," sapaan itu dibarengi dengan senyum lebarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh kakak," sapaan itu dibarengi dengan senyum lebarnya. Dan, Giska membalas senyuman itu dengan senyum tipisnya.

"Kamu sendirian, Far?"

Sambil mengeratkan jaketnya, ia berjalan pelan untuk mendekat ke arah Aufar yang sedang berdiri di depan display cake.

Masih dengan senyumnya, Aufar menjawab, "Nggak, sama Mang Albert,"

"Mang Albert?" Giska mengerutkan keningnya, memasang ekspresi bingung.

Aufar tertawa. "Mang Alek, mamang yang kerja di rumah, tapi aku ikutin aa manggil dia Mang Albert,"

"Oh, dimana Mang Albertnya?"

Mendengar itu, tawa Aufar terhenti. Anak itu tak langsung menjawab pertanyaan Giska, ia kembali menghadap display cake. Mood-nya terlihat  berubah.  Raut  wajahnya  penuh  dengan kekhawatiran  dan  kesal.  

"Dia nunggu di mobil, katanya mau ngerokok," jawab Aufar, akhirnya.

"Hooo..."

"Kakak yang pas itu ke rumah nenek kan sama aa?" Aufar kembali menoleh ke perempuan di sebelahnya.

"Kamu inget aku emangnya?"

"Inget, lah," ujarnya, kalem. "Kakak tuh pacarnya aa kan?"

Sekarang gantian ekspresi wajah Giska yang berubah. Senyumnya sempat hilang, namun ia buru-buru tersenyum lagi.

"Emang siapa nama aku?"

"Uh..." Bola Aufar melihat ke atas, berusaha mengingat-ingat. "Kak Siska?"

Giska tertawa. Beberapa orang yang baru berkenalan dengannya pasti ingatnya namanya Siska. "Giska."

"Oh, iya itu."

Yang  perempuan  berdeham  sebelum  mengucapkan jawaban,  membuat Aufar  tersadar dari tatapan  kosongnya  dan melihat  ke  display cake lagi. "Cari apa kamu?"

"Kue ulang tahun,"

"Oh, kok belinya di café? Bukan di bakery?"

"Karna aku belinya nabung pake uang jajanku, jadi aku belom bisa beli yang gede."

"Wow," kata Giska. "Keren juga yah kids jaman now,"

"Iya, dong. Aku kan gak kayak aa,"

Giska  tidak merespon ucapan Aufar  dan  memilih ikut menghadap display cake, melihat-lihat deretan kue slice dan cup yang terpajang rapi di lemari kaca.

[BHC #1] Naif | ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang