TIGA PULUH TIGA

1.9K 100 2
                                    

Fara duduk melamun ditaman rumahnya. Ia menatap ke arah langit yang memamerkan keindahan warna emasnya.

"Non, makan dulu gih." Ucap Mbak Sri sambil membawa nampan yang berisi sup kesukaan Fara.

"Nanti dulu Mbak. Fara masih kenyang nih." Ucap Fara.

Mbak Sri menghela nafas panjangnya. Ia berfikir kalau tak mungkin Fara masih kenyang. Karna Fara dari pulang sekolah sampai sekarang belum makan sama sekali.

"Sini mbak makanannya. Biar Farel aja yang makan." Ucap Farel yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua.

Farel langsung menyerobot semangkuk sup yang berada dinampan yang mbak Sri pegang.

Kemudian Farel mengisyaratkan agar mbak Sri pergi dari trmpat itu. Dan Mbak Sri pun menurutinya.

Farel duduk bersila disamping Fara sambil membawa semangkuk sup tadi. Ia memakannya sedikit demi sedikit. Dan Farel juga sesekali melirik kearah Fara, dengan harapan agar Fara merasa lapar. Namun, sayang. Fara tak melirik kearahnya sedikitpun.

Farel mendegus kesal. "Makan bego." Ucap Farel sambil menyodorkan sesendok sup.

Fara tak menoleh sedikitpun, pandangannya terus terkunci pada langit.

"Lo mikirin apa sih? Galau berat banget kek nya?" Tanya Farel yang udah mulai kewalahan membujuk adeknya itu untuk makan.

Fara menundukkan wajahnya, ia melirik sekilas kearah Farel. "Gak kenapa-napa." Jawab Fara berdusta.

Farel berdesis. "Gue itu abang lo. Jadi lo gak bisa bohongin gue. Cepet cerita, atau gue bilangin ke mama sama papa nih." Ancam Farel.

Fara memutar bola matanya malas, ia sangat kesal dengan sikap Farel yang menurutnya sangat kemal (kepo maksimal.)

"Gue gak apa-apa. Lo kayak ki joko pinter aja bisa tau apa yang gue pikirin." Ucap Fara mulai kesal.

Farel terkekeh, ia menggaruk tengkuknya kikuk. "Iya juga ya." Ucap Farel sambil terus terkekeh.

Fara menghela nafasnya panjang dan kemudian ia berdiri dari duduknya.

"Mau kemana?" Tanya Farel bingung.

"Kamar."

"Makan dulu."

"Gak."

"Makan."

"Gak."

"Yaudah. Jangan makan terus selamanya. Sekalian hemat beras." Ucap Farel kesal.

"Yaudah. Makan aja tuh beras semua. Gue bisa beli." Ucap Fara sambil berlari menuju kamarnya.

💚💚💚

Fara duduk bersila diatas ranjangnya. Entah kenapa ia hari ini tak ada semangat untuk melakukan kegiatan apapun.

Fikirannya tengah berputar-putar seperti kaset rusak yang terus menyetel tentang adegan saat Ari membukakan helm nya Putri diparkiran tadi pagi.

"Kok sakit ya." Gumam Fara sambil memegang dadanya sendiri.

Kemudian ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

"Kenapa sih ada rasa cinta, kalau pada akhirnya rasa kecewa itu bakal lebih dominan?" Gumam Fara yang tanpa ia sadari ia telah meneteskan air matanya.

Tes

Tes

Tes

"Hiks. Lebih baik kalo gue salah, lo maki aja gue sepuas lo. Jangan lo diemin gue, tapi akhirnya lo malah sama cewek lain." Gumam Fara sambil terus terisak.

Kali ini matanya sudah tak bisa membendung air matanya lagi. Ia menangis agar bisa membuat hatinya lega.

*drrt drrt drrt*

Fara berhenti terisak. Ia mengusap kasar air matanya yang membasahi pipinya itu.

Kemudian Fara meraih ponselnya yang ia letakkan dibantalnya. Kemudian ia menatap layar ponselnya itu dengan sangat malas.

Ia menggeser tombol hijau dan menjawabnya.

Fara: halo

*******

Fara: terserah, sebisa lo aja. Gue tiap hari dirumah kok, jadi gue bisa ngajarin lo kapan aja.

*******

Ya, yang tengah berteleponan dengan Fara adalah Kevin. Entah modus atau apa. Tapi Kevin, saat ini lebih sering menghubungi Fara, meskipun Kevin tau kalau Fara sudah mempunyai pacar.

Dan jauh dari tempat itu. Ari tengah menatap cemas kearah ponsel yang ia pegang. Karna dari tadi hanya suara operator saja yang ia dengar. Ia tak mendengar sama sekali jawaban dari gadis yang ia cintai.

^nomor yang anda tuju sedang sibuk, silahkan coba beberapa saat lagi.^

"Arrgh." Geram Ari kesal.

"Lo lagi nelfon siapa sih Far?" Gumam Ari cemas yang bercampur kesal.

"Fara belum jawab telfon lo?" Tanya Fandi.

Ya, Fandi memang sudah mengetahui hubungan Fara dan Ari sejak mereka baru pacaran dulu. Karna Ari tanpa sengaja meninggalkan hp nya, dan dibuka oleh tangan jahilnya Fandi.

"Belom." Jawab Ari kecewa.

Fandi duduk disebelah Ari sambil membawa cemilan.

"Nih makan. Jangan lo sakitin diri lo, hanya karna patah hati." Ucap Fandi sambil menyodorkan cemilannya.

Ari hanya tersenyum sekilas dan langsung merebahkan tubuhnya kekasur yang ia duduki sedari tadi.

"Apa sih alasan nyokap lo terus-terusan jodohin lo sama si Putri?" Tanya Fandi penasaran.

Ari menarik nafasnya panjang. Sebenarnya ia sedang malas berbicara, namun ia juga tak sanggup jika harus terus memendam sendiri semuanya.

"Gak tau." Ucap Ari, ia menarik nafasnya panjang. "Yang gue tau, mama gue tuh dulu pengen banget kalo gue bisa move on dari Putri. Tapi pas gue udah beneran bisa move on, dia malah nyuruh gue buat balikan sama Putri." Jelas Ari dengan raut wajah yang menandakan sakit.

Fandi hanya menatap sahabatnya itu dengan tatapan nanar. Ia merasakan kasihan pada Ari, karna Fandi tau betul bagaimana perjalanan cinta Ari dengan Putri saat itu. Meskipun ia harus berpura-pura tidak tau kalau dihadapan Dody dan Farel. Karna Fandi adalah sahabta Ari sejak smp.

"Lo harus cari tau. Mana mungkin nyokap lo bisa sebegitu berubahnya." Ucap Fandi.

Ari menatap Fandi dengan penuh tanda tanya.

"Maksud lo?" Tanya Ari.

"Gue cuma curiga kalo ada sesuatu yang buat mama lo kej gitu. Kita harus selidiki ini." Ucap Fandi.

Ari menatap Fandi dengan tatapan faham. Kemudian ia mengangguk setuju.

$$$$

Vote
Comment
Follow

Ig: dilaa_april

SenjaKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang