Masa lalu memang suatu bagian dari kehidupan. Tapi, masa lalu dapat merubah perilaku seseorang menjadi orang yang asing dimata orang terdekatnya.
Kelas X-1 terdengar gaduh. Seharusnya, saat ini masih dalam jam pelajaran bahasa inggris tetapi, karena guru yang mengajar sedang ada urusan sebentar jadi murid-murid hanya diberi tugas kelompok. Tampaknya, banyak yang mengabaikan tugas yang diberikan. Buktinya, mereka sibuk pada kegiatan masing-masing. Misalnya, nge gosip, main game dan kegiatan lainnya.
Seperti saat ini, Fika mengobrol dengan Tasya dan Ovi. Ovi, salah satu cewek tulalit atau semacam telmi yang ada dikelas X-1. Fika mengenal Ovi karena kebetulan cewek itu sekelompok dengannya.
"Woyy semuanyaaa!!" Teriak Rian dengan suara toa-nya yang sudah berdiri diatas meja sambil memegang sapu. Entah apa yang akan dilakukan. Lantas, semua menengok kearahnya.
"MUSIKKKK!!!" Terdengar suara musik dari speaker yang dibawa oleh Dika.
"Hidup tanpa cinta, bagai taman tak berbunga...." Rian bernyanyi dengan sapu sebagai mic nya. Sementara Dika dan Zaki berada di belakang Rian sambil memegang sapu sebagai gitarnya.
"Haii begitulah kata para pujangga..aduhai begitulah kata para pujangga...." Rian menyanyikan lagu dangdut yang dipopulerkan oleh Rhoma Irama dengan mengikuti gaya raja dangdut itu membuat sekelas tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku ketiga biang onar tersebut.
"DI GOYANG SEMUAAAA..." seru Rian sambil berjoget tidak jelas. Yang lain malah tertawa terbahak-bahak. Fika hanya kaget, ia menemukan hal baru disekolah ini yang tidak ada di sekolahnya yang dulu. Sekolahnya dulu jauh dari kata cowok seperti kelompok Rian. Rata-rata sekolahnya dulu anak-anaknya disiplin. Tidak seperti ini. Sementara, Tasya sudah naik darah. Sepertinya, darahnya sudah naik ubun-ubun.
"RIANNN, DIKAAA, ZAKIII BERHENTI NGGAK!?!" Perintah Tasya namun tidak dipedulikan oleh ketiga biang onar. Tasya, yang menjabat sebagai ketua kelas harus mempunyai rasa tanggung jawab. Bisa saja, ia dimarahi oleh pihak sekolah karena telah mengganggu kelas lain yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Fika yang berada disampingnya hanya mampu mengelus bahu Tasya mencoba menetralkan amarah yang memuncak.
"Ini nggak bisa di biarin." Ujar Tasya dengan mata tajam. Bukannya apa, Tasya sebagai ketua kelas mempunyai tanggung jawab yang besar.
Tasya beralih ke speaker yang digunakan untuk musik sementara ketiga biang onar masih menyanyi tidak jelas. Tasya segera mematikan speaker itu membuat ketiga biang onar tersebut berhenti bernyanyi.
"Zak, kok berhenti musiknya?" Tanya Rian ke Zaki yang dijawab dengan gelengan kepala. Ternyata, Rian tidak menyadari kalau Tasya yang mematikan speakernya.
"Gue yang berhentiin musiknya. Kenapa? Nggak suka?" Tanya Tasya dengan nada menantang. Rian turun dari meja diikuti dengan Dika dan Zaki.
"Kok dimatiin si?" Tanya Rian.
"Berisik." Jawab Tasya dengan penuh penekanan.
"Kalo lo nggak suka, lo keluar aja."
"Lo aja yang keluar, kenapa harus gue?!" Balas Tasya sengit.
"Lo yang keluar!"
"Lo yang harusnya keluar. Gue kan ketua kelas disini."
"Nggak peduli. Mau lo ketua kelas kek, bendahara kek atau apapun lah. Gue nggak peduli."
Dan terjadilah perdebatan diantara mereka berdua. Sekelas hanya menepuk dahi melihat perang ketiga sedang dimulai. Begitu saja terus sampai Indonesia berganti presiden yang ke-9.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA [Completed]
Teen FictionPerasaan bisa bermetamorfosis juga kan? Dari yang awalnya biasa saja menjadi suatu hal yang sulit untuk diartikan. @teenlitindonesia