DUA BELAS

169 13 3
                                    

Seperti yang di ketahui, rasa cinta datang secara tiba-tiba tanpa aba-aba. Jadi, siap-siap saja jika kau mencintai orang yang tidak terduga.

Fika membolak-balikkan lembar demi lembar novel yang di baca. Ia berada di taman sekolah untuk mengisi waktu istirahat sekolah. Tasya masih berada di kelas mengerjakan tugas yang belum sempat di kerjakannya semalam karena terlalu asik menonton drama korea bersama Fika. Untungnya, Fika sudah mengerjakan jauh-jauh hari, jadi ia bisa santai.

Hiks..hiks..

Davin yang sedang duduk di bawah pohon jambu yang sengaja di tanam di taman sekolah seketika mendengar orang yang sedang menangis. Di pastikan tangisan itu tangisan perempuan. Davin mengedarkan pandangannya ke sudut seluruh taman, sepi. Mata Davin menyipit.

Ada seorang perempuan yang duduk sambil membaca novel yang menutupi wajahnya. Perlahan, Davin mendekati perempuan itu. Sasarannya tepat, perempuan itu sedang terisak, membuat Davin merinding sendiri. Bisa saja, perempuan itu bukan manusia.

Dia mendekati perempuan itu,

"Hei," tegur Davin.

Perempuan itu menoleh ke arah Davin dengan mata yang sembab. Davin tertegun tapi langsung bersikap biasa saja.

"Lo ngapain nangis-nangis nggak jelas?" Tanya Davin dan duduk di sebelah Fika. Perempuan yang menangis itu adalah Fika.

"Me-ninggal," jawab Fika sesenggukan walau tangisnya sudah berhenti.

"Siapa yang meninggal?" Tanya Davin sedikit penasaran.

"Ini, cowoknya meninggal. Padahal, ceweknya sayang banget sama dia. Tapi, dia udah meninggal." Jelas Fika menunjuk novel yang di pegangnya sambil mengelap air mata yang mengalir di pipinya.

GUBRAK!

Davin kembali memasang wajah tanpa ekspresi.

"Dasar lebay." Komentar Davin tanpa melihat Fika.

"Apa lo bilang? Lebay?" Bentak Fika.

"Apa perlu gue ulang?"

"Ih, lo nggak tau sih. Ceweknya itu udah setia nungguin cowoknya, eh cowoknya malah meninggal. Terus kata-kata terakhirnya kena banget di hati. Jadi ke-inget lagi kan tuh." Jelas Fika dan kembali menangis mengeluarkan air matanya.

Fika ciri-ciri orang yang sedikit baper. Kadang baca novel suka nangis-nangis sendiri, nonton drama korea yang sedih pasti Fika nangis.

Davin menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengeluarkan sesuatu dari sakunya lalu menyodorkannya kepada gadis di sampingnya.

Fika melihat tissue yang disodorkan Davin lalu menerimanya, "Makasih." Fika menghapus air matanya yang masih mengalir di pipinya.

Sroooottttt...

'Ampun dah. Jorok banget nih cewek. Nggak tau malu ada orang di sampingnya." Batin Davin saat melihat Fika yang sibuk sendiri.

Fika membuang tissue itu ke tong sampah yang berada tidak jauh darinya. Lalu, ia kembali duduk di tempatnya tadi.

"Jorok banget." Komentar Davin melihat kelakuan Fika. Fika langsung menghadap ke cowok itu dengan tatapan tidak terima.

"Bodo amat." Kesal Fika.

"Nggak malu ada orang di deket lo?" Ucap Davin membuat Fika lantas berdiri dengan mimik wajah kesal. Entah kenapa melihat wajah kesal Fika, Davin semakin gencar memancing emosi Fika.

"Biarin aja, gue nggak peduli." Balas Fika dengan sengit.

"Palingan juga nggak ada cowok yang suka sama cewek kaya lo." Kata Davin. Fika tidak mengerti, lama-lama  cowok yang ada di hadapannya ini nyebelin. Udah datar, dingin, nyebelin lagi.

"Emang lo siapa sih? Peramal bukan, dukun bukan."

"Hei, hei kenapa pada ribut gini sih? Tanya Gino yang tiba-tiba datang bersama Fikri dan Tasya yang ada di sampingnya.

"Si muka tembok tuh yang mulai duluan," Ucap Fika sambil menjulurkan lidahnya ke arah Davin.

"Lo duluan yang mulai." Kata Davin tak mau kalah.

"LO!"

"LO!"

"LO!"

"LO!"

"STOP!" Lerai Tasya.

"Kalian berdua kaya anak kecil tau nggak?!" Lanjutnya.

"Udah, kalo mau berantem jangan di sini. Di ring tinju aja sono, lebih enak berantemnya." Celetuk Fikri santai.

"Diam!" Balas keduanya secara bersamaan. Fikri cengo.

Davin melirik gadis di sampingnya itu, begitupun sebaliknya. Lalu, keduanya saling buang muka.

"Daripada berantem, mending kita ke kantin aja. Gue yang traktir." Kata Gino. Mata Fikri sudah berbinar-binar mendengar kata 'traktir' dari mulut sahabatnya itu.

"Asik, di traktir. Lo emang teman gue yang paling baik." Seru Fikri menyengir sambil menepuk-nepuk bahu Gino.

"Yeh, dasar muka gratisan!" Kata Gino yang diakhiri tawa mereka. Fikri cemberut.

                    ✩✩✩✩✩✩✩

Jadilah mereka berlima makan di kantin. Mereka menjadi pusat perhatian saat ini. Terutama, Davin si cowok dingin. Mereka mengobrol dan bersendau gurau bersama, menikmati kebersamaan yang tercipta.

"Eh, lo tau Rian nggak kak?" Tanya Tasya kepada Gino.

"Tau, yang sekelas sama lo kan?" Balas Gino singkat.

"Lo naksir Sya?" Goda Fikri.

Tasya memang dekat dengan siapa saja. Orangnya easy going, jadi tidak heran jika ia akrab dengan kakak kelas.

"Ih, apaan si kak." Elak Tasya yang pipinya sudah memerah seperti tomat.

Sementara Gino, memperhatikan Fika yang terkekeh. Fika yang sadar jika di tatap seperti itu, langsung menunduk--salah tingkah dan melanjutkan makannya. Davin yang berada di depan Fika, melihat ke arah sahabatnya--Gino. Gino memperhatikan gadis di depannya itu menatap seperti orang yang sedang jatuh cinta?

Bersahabat sebegitu lamanya membuatnya mengerti karakter dari masing-masing sahabatnya. Apa benar dugaannya itu?

Mengapa ia seperti tidak terima dengan semua itu?

Cemburu? Ia cemburu?

BRAK!

"Allahuakbar!!" Kaget Fikri yang hendak makan bakso yang sudah ia tusuk dengan garpu. Fikri mengelus dadanya, kaget.

"Dav, lo ngapain gebrak-gebrak meja? Untung bakso gue nggak jatuh. Coba kalo jatuh, sayang kan?" Celetuk Fikri.

"Gue ke kelas." Ucap Davin tak menggubris celoteh Fikri dan berdiri dari tempat duduknya dan langsung pergi keluar kantin meninggalkan teman-temannya yang kebingungan atas kelakuan Davin.

"Dav, gue abisin ya bakso punya lo. Mubazir, kalo nggak abis." Seru Fikri yang melihat mangkok Davin berisi bakso yang masih utuh seperti tak tersentuh.

Pletak!

Satu jitakan mendarat di kepala Fikri. Fikri meringis, "Lo kayanya demen banget jitakin pala gue. Lo pasti iri kan sama gue?" Kata Fikri tidak nyambung.

"Iri apaan? Noh, si Davin kenapa tiba-tiba pergi gitu aja." Seru Gino.

Fika memandangi punggung Davin yang semakin menjauh dengan tatapan tak mengerti.

Tuh orang kenapa sih. Aneh banget.

"Iya ya?" Balas Fikri dengan wajah sok berpikir.

"Yeh, dasar!"

                        ★★★★★★★

                                TBC

METAMORFOSA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang