DUA PULUH TUJUH

139 10 0
                                    

Fika merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, menatap langit-langit kamarnya. Fika mengingat-ngingat kejadian beberapa jam yang lalu. Kejadian yang membuatnya malu sekaligus takut. Dan, pernyataan seseorang yang mampu membuatnya gugup dan membeku seketika.

Bayangan Davin menguasai pikirannya saat ini. Fika memejamkan matanya dan menghela napas panjang.

Tangan Fika terulur mengambil ponselnya yang berada di nakas karena ponselnya berdering menandakan ada notifikasi masuk.

From : Davin

Lo di mna?

To : Davin

Di rmh. Knp?

Tak ada balasan dari Davin. Fika menunggu beberapa menit, tak ada balasan juga dari cowok itu. Akhirnya, Fika meletakkan ponselnya kembali di nakas.

Saat hendak meletakkan ponselnya, benda tersebut berdering. Fika membulatkan matanya.

Davin is calling...

Jantung Fika terasa memompa lebih cepat ketika melihat nama yang tertera di benda pipih tersebut.

"Halo?"

"Halo, lo di rumah kan?"

"Iya, kenapa emang?"

"Lo di rumah ada siapa?"

"Gue sendiri. Ortu gue lagi ada urusan soalnya. Emang kenapa si?"

"Gue otw ke rumah lo. Lo jangan kemana-mana!"

"Tap—"

Tut tut tut

Fika mendengus kesal, ketika telponnya langsung di matikan secara sepihak sebelum ia bertanya lebih lanjut.

Sekarang, cowok itu sedikit berubah. Sedikit lebih protective kepadanya.

Cklek

Fika tersentak ketika mendengar suara bunyi knop pintu. Padahal, di rumahnya tidak ada orang sama sekali.

Derap langkah seseorang terdengar di telinga Fika. Fika meneguk ludahnya. Fika mengendap-endap menuju pintu kamarnya.

Tangannya memutar knop pintu lalu di bukanya perlahan. Gadis itu mencondongkan wajahnya ke arah luar lalu melihat ke kanan dan kirinya.

Fika mengambil payung yang ada di dekat lemari lalu berjalan menuju keluar. Perlahan-lahan ia berjalan menuju tangga dan matanya menatap ke sudut ruangan. Di genggamnya ponselnya kuat-kuat.

Gadis berambut panjang itu menuruni tangga dan menuju ruang tamu. Suara derap langkah itu terdengar di ruang tamu.

Fika bersembunyi di balik tangga lalu melihat ruangan tersebut.

Nggak ada orang.

Fika meneguk ludahnya, tangannya sudah berkeringat dingin dan wajahnya pun sama.

Akhirnya, dengan keberanian yang dimiliki, Fika melangkahkan kakinya menuju ruangan tersebut. Fika mengedarkan pandangannya namun, tak ada satupun hal yang terlihat ganjil.

Sampai pada saat berbalik, seseorang membekap mulutnya dan semuanya terasa memburam dan gelap.

                             ✩✩✩✩✩

Davin mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Tak peduli jika cuaca tak mendukung.

Davin merasa khawatir dengan Fika. Karena, ada seseorang yang mengiriminya pesan dengan mengancam keselamatan Fika. Davin yakin, orangnya itu tak lain adalah Bagas.

METAMORFOSA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang