Tanpa di sadari, seseorang menyelusup ke dalam hatimu yang sudah kau tutup rapat-rapat.
Fika membuka pintu ruang musik yang ada di depannya itu, karena ia mendengar ada orang yang menyanyi di ruang itu. Fika pastikan, orang itu tak lain adalah kakak kelasnya. Davin. Fika membuka ruang musik itu dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara. Ia bersandar pada tembok yang berada di dekat pintu.
Fika sejak tadi, mengikuti Davin tanpa pria itu sadari.
Tuh orang pasti selalu kesini deh.
"Ngapain lo?" Tanya Davin ketus yang sudah ada di depannya. Fika tersentak, tak menyadari pria itu ada di hadapannya.
"Emm ini ta-tadi gue abis ke toilet, terus nggak sengaja gue masuk ke ruangan ini." Ucapnya terbata-bata sambil nyengir memperlihatkan lesung pipinya.
Pria itu keluar dari ruang musik lalu di ikuti Fika di belakangnya. Tiba-tiba Davin berhenti membuat Fika yang berjalan di belakangnya menabrak punggung pria itu. Fika meringis memegangi keningnya.
"Ngapain ngikutin?" Tanya Davin. Fika mencibir,
"Geer banget sih lo, siapa juga yang ngikutin lo. Orang gue mau ke kelas." Fika yang masih memegangi keningnya. Davin kembali berjalan menuju kelasnya.
"Ngapain masih ngikutin gue?" Tanya Davin cuek.
"Ya kan kelas gue ada di lantai atas juga. Makanya jadi orang tingkat kepedeannya di kurangin." Kata Fika.
"Terus juga kenapa lo tadi pergi gitu aja? kasian tuh temen-temen lo di kantin. Udah nggak bilang makasih lagi sama kak Gino, padahal kan dia udah traktir makan." Cerocos Fika tanpa henti. Davin malas mendengar celotehan Fika, tapi ketika Fika menyebut nama sahabat karibnya membuatnya ingin mendengar lebih lanjut.
"Kak Gino baik banget. Udah ganteng, ramah dan ternyata kak Gino pinter juga ya? Aduh, hampir mendekati kata perfect deh."
Begitu mendengar Fika memuji sahabatnya itu, Davin ingin sekali membekap mulut gadis itu agar tidak membahas sahabatnya itu. Entah kenapa, ia tidak suka mendengar Fika memuji-muji sahabatnya itu. Apakah ia benar-benar ada rasa sama gadis cerewet di sampingnya ini?
"Berisik." Ucap Davin ketus.
"Sensi banget sih lo sama gue. Nih, kalo lagi badmood mendingan lo makan permen. Biasanya kalo lagi badmood, gue makan permen."
"Nih," Fika menyodorkan permen batang ke kakak kelasnya itu. Davin merasa de javu. Ia kembali mengingat kenangan dua tahun lalu. Kenangan yang selalu mengelilinginya.
Flashback on.
"Lo kenapa sih?" Tanya gadis di sebelahnya.
"Gue kesel banget. Tadi ada temen kelas gue ngajakin berantem. Bikin gue emosi aja tuh orang. Sok jagoan banget." Kata Davin menggebu-gebu.
"Tapi nggak sampe berantem-beranteman kan?" Tanya gadis itu lagi.
"Nggak sih, ada yang ngelerai tadi. Kalo nggak ada, udah abis dah tuh orang sama gue."
Gadis itu mengangguk-ngangguk lalu mengeluarkan sesuatu di balik saku seragamnya lalu menyodorkannya ke Davin. Davin mengernyit,
"Nih, ambil. Lollipop ini bisa bikin orang nggak badmood lagi. Gue sering makan lollipop. Ambil aja." Kata gadis itu.
"Emang gue anak kecil?"
"Ye, makan lollipop mah nggak masalah mau masih kecil kek, remaja kek, dewasa kek sampe lansia juga nggak papa. Asal, giginya nggak ompong, hehe." Kata gadis itu diakhiri dengan tawa kecil. Davin ikut tertawa.
Flashback off.
"Kak?" Tegur Fika membuat Davin tersentak.
"Kenapa ngelamun?" Lanjutnya lagi. Davin diam saja tanpa ekspresi.
Fika meraih tangan kanan kakak kelasnya itu, lalu menaruh permen yang dia sodorkan tadi.
"Kelamaan. Nih buat kakak, biar mood nya jadi bagus sama sensi nya berkurang. Hehe."
Davin menatap permen yang sudah berada di tangannya lalu menatap ke arah Fika.
"Bye kak." Fika meninggalkan Davin yang diam lalu menatap permen yang diberikan adik kelasnya itu. Seulas senyum tipis, sangat tipis sekali terukir di bibirnya.
★★★★★★★
Dikit ya? Lagi nggak ada ide buat nulis wkwk. Semoga bisa menghibur kalian.Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA [Completed]
Teen FictionPerasaan bisa bermetamorfosis juga kan? Dari yang awalnya biasa saja menjadi suatu hal yang sulit untuk diartikan. @teenlitindonesia