Apakah sikap seseorang akan merubah perasaan seseorang?
Kelas XI-2 sedang berolahraga dilapangan. Materi olahraga kali ini adalah materi bola basket, materi yang hampir disukai para lelaki namun dibenci oleh kaum wanita.
Saat ini kaum lelaki dulu yang bermain. Sementara yang perempuan menunggu giliran bermain sambil duduk di pinggir lapangan melihat permainan laki-laki. Tapi, ada kelas lain juga yang melihatnya karena guru yang mengajar belum masuk, terutama cewek-cewek yang bisa disebut dengan fans dari seorang Davin Putra Wardana. Ya, walaupun Davin ciri-ciri orang yang dingin, cuek tapi kadar ketampanannya mampu mengalahkan sifat itu semua. Jadi, tak heran jika banyak yang menyukainya.
"Dav, oper bolanya ke gue." Kata Aldi.
Davin melemparkan bola basket yang dipegangnya kearah Aldi. Namun, lemparannya meleset dan bola itu malah mengarah kearah dua orang perempuan yang berjalan bersisian. Dua perempuan itu tampak asik mengobrol sampai tak menyadari hal itu. Sementara yang lain hanya bisa pasrah melihat bola itu melambung ke arah dua perempuan itu.
DUG!
"Aw!" Ringis perempuan yang terkena bola basket. Bola itu tepat mengenai kepala perempuan itu.
"FIKA?!!" Pekik Tasya.
Dua perempuan itu adalah Fika dan Tasya.
Pandangan Fika menjadi kabur, buram, hitam dan tiba-tiba menggelap. Dan terakhir, gadis itu samar-samar mendengar teriakan orang disekitarnya hingga tidak terdengar.
✩✩✩✩✩✩
Fika mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia memegang dahinya yang pusing. Ia melihat langit-langit ruangan itu dan disekitarnya ada Tasya dan beberapa murid lainnya.
"Alhamdulillah, lo udah sadar Fik," lega Tasya lalu beberapa detik kemudian Tasya menyodorkan segelas teh manis hangat kepada Fika.
"Nih, minum dulu." Tasya sambil membantu Fika bangun dan Fika langsung meminum teh hangat tersebut.
"Kamu nggak papa kan, Fika?" Tanya pak Gara, guru olahraga. Fika baru sadar, ternyata ada pak Gara juga disitu dan yang lainnya, sampai pada satu titik ia bertemu dengan sepasang mata yang menatapnya. Davin. Cowok itu tampak berkeringat dan hal itu malah membuat cowok itu terlihat lebih cool.
Apa-apaan sih? Kok gue jadi muji dia. Kayanya otak gue geser deh gara-gara kena bola tadi. Batin Fika.
"Fika?" Panggil pak Gara.
"Eh, e iya pak, saya udah nggak papa." Ucap Fika dengan sopan.
"Ya sudah. Kalau begitu bapak keluar dulu."
Pak Gara keluar UKS diikuti dengan murid kelas sebelas yang berolahraga tadi. Sementara Davin dan Aldi tidak keluar UKS.
Davin yang sedari tadi duduk dikursi dekat pintu menghampiri Fika yang hendak turun dari ranjang.
"Kalo masih sakit di UKS dulu." Kata Davin. Lima kata dari Davin mampu membuat Fika melongo. Baru kali ini, dia mendengar Davin ngomong panjang. Orang didalam ruangan itu pun ikut melongo. Lebay memang, tapi itu kenyataannya.
Fika diam saja, ia turun dari ranjang UKS lalu memakai sepatunya yang tergeletak rapi di bawah ranjang itu.
"Sya, yang ngelempar bola ke gue siapa sih?" Kata Fika. Tasya menelan ludah, pasti Fika pasti kesal dengan orang itu. Untuk beberapa saat, mereka terdiam.
"Gue minta maaf." Kata Davin buka suara dan mampu menghentikan kegiatan Fika yang sedang memakai sepatunya. Fika berdiri dengan satu kaki yang belum memakai sepatu. Dahinya mengernyit lalu beberapa detik otaknya paham apa yang dimaksud pria itu.
"Oh, jadi lo yang ngelempar bola ke kepala gue?" Fika manggut-manggut. Ia kembali melanjutkan kegiatannya memakai sepatu yang sebelahnya lagi.
Lalu, gadis itu kembali berujar, "udah gue maafin. Lagipula, kalau gue marah nggak ada gunanya juga terus lo nggak sengaja. Jadi yaudah."
"Yuk sya, kita ke kelas." Ajak Fika sambil menyenggol lengan Tasya yang sedari tadi diam.
"Emang lo udah nggak pusing? Kalo masih pusing disini aja." Ujar Tasya.
"Nggak kok, gue udah mendingan. Ayo ke kelas. Sekarang kan jam pelajaran matematika."
"Yaudah."
Mereka berdua meninggalkan ruangan UKS yang masih berpenghuni Davin dan Aldi. Davin menatap kepergian Fika. Davin jadi merasa bersalah. Ia pernah menjatuhkan bekal makanan yang dikasih Fika dan sekarang, ia malah membuat gadis itu pingsan. Davin mengenal gadis itu, saat mereka bertabrakan dan Davin melihat nametag gadis itu.
"Dia anak baru ya? Kok gue baru liat. Udah cantik, baik lagi. Calon pacar yang baik ya nggak Dav?" Kata Aldi sambil terkekeh. Davin tak menanggapi pertanyaan tidak penting dari Aldi dan langsung keluar UKS.
"Ck, kebiasaan tuh. Aturannya gue nggak nanya ujung-ujungnya juga dikacangin." Decak Aldi lalu menyusul Davin.
Sementara Fika sepanjang perjalanan menuju kelasnya, tatapan para siswi menjuru kearahnya membuat gadis itu kebingungan. Mulai dari tatapan sinis hingga tatapan yang tidak bisa diartikan.
'Emang muka gue ada yang aneh ya?' Batin Fika. Gadis itu semakin risih menjadi pusat perhatian. Dia sedikit menundukkan kepalanya. Rasanya, ia ingin cepat-cepat masuk kelas.
Fika bernapas lega setelah masuk kelas.
"Sya, tadi kok pada ngeliatin gue gitu banget ya. Emang muka gue aneh ya?" Tanya Fika menunjuk ke arah wajahnya sendiri.
"Enggak, itu karena..." Tasya menggantungkan kalimatnya yang sudah duduk dikursinya.
"Karena apa?" Kejar Fika.
"Karena Davin yang bawa lo ke UKS. Ciee udah ngeluluhin hati es yang beku," Kata Tasya menggoda Fika. Tasya mencolek-colek tangannya ke lengan Fika.
"Apa? Jadi gue digendong sama tuh patung hidup? Lo boong ya?" Tuduh Fika dengan tangan yang menunjuk ke Tasya.
"Ih, enggak. Gue beneran, serius eh duarius malah. Tadinya, gue juga nggak percaya tapi tadi bener-bener nyata. Baru kali ini gue ngeliat Davin care sama seseorang, cewek lagi."
Belum sempat Fika berpikir, seberondong cewek-cewek kelasnya menghampirinya dengan berbagai pertanyaan.
"Eh, Fik lo beneran tadi digendong sama kak Davin?" Tanya Fina to the point.
Fika tidak tau, lagipula ia tadi pingsan. Jadi, tidak tau menahu soal hal itu. Fika menengok ke Tasya sekilas yang sedang melihatnya dan kembali menghadap teman-temannya yang sedang menatapnya.
"Iya." Jawab Tasya yang langsung dipelototi Fika.
Cewek-cewek itu saling berpandangan satu sama lain.
"Beneran?" Tanya Fina sekali lagi dengan nada tak percaya. Fika diam tak memberikan respon sementara Tasya mengangguk mantap.
Keheningan meliputi cewek-cewek itu yang saling melempar pandangan satu sama lain.
"WOAHHH?!!" Teriak cewek-cewek itu dengan girang.
"Kak Davin care sama seorang cewek? Suatu keajaiban besar di SMA Pelita Jaya." Ucap Sheila sambil bertepuk tangan.
Dahi Fika mengkerut membentuk garis. Tak tau, tingkah apa yang sedang dilakukan oleh teman-temannya itu.
"Iya, pokoknya kita harus update tentang kak Davin. Ini itu berita besar semenjak gue nginjek di SMA Pelita Jaya ini." Tiara menimpali dengan gaya lebaynya.
Fika makin tak mengerti memilih diam saja. Apakah semua temannya ini menyukai cowok datar bin dingin itu?
Sementara Tasya hanya menepuk dahi menggunakan telapak tangannya melihat kelakuan teman-temannya itu. Segitu tergila-gilanya kah teman-temannya kepada seorang Davin?
★★★★★★★★
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA [Completed]
Teen FictionPerasaan bisa bermetamorfosis juga kan? Dari yang awalnya biasa saja menjadi suatu hal yang sulit untuk diartikan. @teenlitindonesia