TUJUH

209 21 3
                                    

Orang yang diam bukan berarti tidak memperhatikanmu.

Davin berjalan santai dikoridor sekolah dengan menggunakan earphone dikedua telinganya disampingnya ada kedua sahabatnya yang berada disampingnya. Siapa lagi kalau bukan Fikri dan Gino.

Mereka tampak asik mengobrol, lebih tepatnya yang lebih banyak omong itu adalah Fikri Fernandez dan Gino Arya Wijaya.

"Eh Fik ternyata sahabat kita yang satu ini normal ya? Kira gue nggak." Ledek Gino melirik ke Davin.

"Maksud lo?" Tanya Fikri.

"Itu, kan kemaren Davin gendong cewek ke UKS terus boncengin cewek yang di gendong itu lagi. Benar-benar takjub gue ngeliatnya. Kira gue cowok disamping gue ini nggak normal." Jelas Gino disertai kekehan.

"Iya, denger-denger cewek yang ditolong itu anak baru ya? Namanya siapa?"

Mereka berdua berpikir.

"Fika Asteria." Kata Davin yang sedari tadi diam tak menanggapi kedua temannya yang asik mengobrol.

"Anjayy, Davin tau namanya bro. Orangnya gimana?" Fikri antusias dan takjub yang diucapkan Davin.

"Apanya?" Tanya Davin singkat.

"Ya dia cantik kan? Ya sekalian modus sama tuh cewek," Fikri sambil memainkan alisnya. Fikri memang ciri-ciri cowok yang sering pdkt sama cewek tapi ujung-ujungnya juga ditolak sama cewek. Entah berapa kali dia ditolak.

"Modus mulu lo, ditolak mulu juga sama cewek main modusin cewek aja. Gue jitak juga pala lo." Kata Gino sambil menjitak kepala Fikri sedikit kencang membuat Fikri mengaduh kesakitan lalu mengelus-elus kepalanya bekas jitakan Gino. Fikri membalas perlakuan Gino namun dengan cepat Gino menghindar dan berdiri dibelakang Davin lalu berlari entah kemana diikuti Fikri yang mengejar Gino. Tindakkan kekanak-kanakkan, berasa seperti anak SD.

Davin menggelengkan kepalanya melihat kelakuan dua sahabatnya itu. Davin melangkahkan kaki kedalam kelasnya namun sebuah tangan menarik tangannya.

"Hai Davin." Sapa cewek yang menariknya. Davin memutar bola matanya, malas. Namanya Dira. Cewek yang rambutnya berwarna hitam bagian atas dan ujungnya berwarna kemerahan yang terlihat mencolok. Cewek itu anak kelas 11-5 dan berusaha menarik perhatiannya Davin dari kelas 10. Hampir semua murid tau akan hal itu. Dira menyukai Davin dari MOS kelas 10 yang pada saat itu, Davin sekelompok dengannya.

Davin melepas pegangan Dira. Dira sedikit menekuk wajahnya. Hal itu selalu dilakukan Davin ketika Dira memegang atau menyentuh tangannya. Davin segera melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas tapi tetap diikuti Dira. Cewek itu tidak mempedulikan teman kelas Davin yang melihatnya.

Davin duduk ditempat duduknya diikuti Dira yang duduk didepannya. Cewek itu memasang senyum manisnya mencoba menarik perhatiannya.

"Ngapain masih disini?" Tanya Davin bernada ketus yang menyiratkan agar cewek itu segera pergi dari hadapannya. Cowok bertubuh jangkung itu tak habis pikir dengan cewek didepannya itu yang mencoba menarik perhatiannya dengan berbagai macam cara.

"Kamu nggak mau aku disini?" Tanya cewek dihadapannya itu dengan nada sedikit menggelikan yang bisa saja orang yang mendengar akan ilfeel.

"Keluar." Suruh Davin dingin.

"Tap-"

"Gue bilang keluar." Bentak Davin membuat sekelas menatap Davin.

"Oke. Tapi, nanti gue akan kesini lagi." Balas cewek bertubuh ramping itu dan pergi keluar dari kelas Davin.

"Tuh cewek bikin gue ilfeel banget,  sumpah." Ujar teman sekelas Davin berbisik-bisik.

"Iya, sok manis didepan Davin. Muka dipakein bedak tebel 5 senti juga nggak bakal mempan tuh bagi Davin."

METAMORFOSA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang