TIGA PULUH

132 9 0
                                    

Untuk orang yang sedang kasmaran atau jatuh cinta pasti akan terus memikirkan orang yang di sukainya. Seperti yang dirasakan oleh Fika saat ini. Sedari tadi, ia terus berguling-guling di atas tempat tidurnya dengan senyum-senyum sendiri. Cewek itu memeluk boneka yang setia menemaninya di saat tidur.

Lagu I Like me better - Lauv mengalun indah di kamarnya, lagu kesukaannya. Tak lama kemudian, handphone nya berdering singkat menandakan ada notifikasi. Fika meraihnya lalu membuka pesan tersebut.

Davin

Lg apa?

Kening Fika mengerut, lalu tak lama senyum terukir di bibirnya. Tak biasanya Davin menanyakan seperti itu, biasanya Fika dulu yang memulai. Tetapi daritadi, senyum mengembang di wajah Fika karena cowok itu. Cowok yang beberapa jam yang lalu berperilaku manis kepadanya. Tepatnya, sore tadi.

To : Davin

Lg napas lah. Knp?

Tak lama kemudian, ibunya mengetuk kamar Fika dan masuk ke dalam kamar anaknya itu.

"Fik, ada yang nyariin tuh."

"Hah? Siapa mah? Tasya?" Tanya Fika.

"Bukan. Itu loh, si ganteng." Kata ibunya sambil tersenyum menggoda.

Fika mengernyitkan dahinya.

"Ohh, kak Davin ya?" Ibunya mengangguk lalu duduk di pinggir tempat tidur Fika.

"Iya tuh, mau ngapel ya? Padahal kan bukan malam minggu." Goda ibunya lalu mencolek-colek bahu putrinya itu.

"Ih, apa-apaan si ma." Fika menunduk malu. Ibunya terkekeh melihat tingkah putrinya itu.

"Yaudah, sana turun. Samperin tuh si ganteng."

Fika mengangguk lalu turun ke bawah. Dan benar saja, sudah ada Davin yang duduk di ruang tamu. Fika memperhatikan penampilannya agar tidak terlihat acak-acakkan di depan Davin.

Eh? Kenapa dia jadi memikirkan soal penampilan?

"Ekhem," Fika berdeham lalu duduk di samping Davin yang menatapnya. Grogi juga di tatap seperti itu.

"A-ada apa kesini kak?" Tanya Fika dengan gugup. Bagaimana tidak, sedari tadi Davin terus menatapnya dan Fika memjadi salting sendiri.

Detik berikutnya, Davin terkekeh.

"Gugup banget neng?"

Fika manyun.

"Ya lagian daritadi ngeliatin aku sampai segitunya, gimana nggak gugup?" Ceplos Fika.

"Oh, ngomongnya udah pake aku-kamu ya? Boleh juga."

Eh?

"Jalan yuk,"

"Kemana?"

Tanpa menjawab pertanyaan Fika, Davin langsung menarik pergelangan tangan gadis itu.

"Eh, aku belum ganti baju kak." Kata gadis itu.

Davin tak menggubris ucapan Fika, cowok itu masih menarik Fika dan membawa gadis itu ke suatu tempat dengan mengendarai motor yang biasa di pakainya.

Namun, sebelumnya Davin memakaikan jaketnya pada Fika.

"Kak, kita belom pamit sama mama aku loh." Kata Fika.

"Udah tadi." Katanya singkat.

Fika sendiri hanya diam dan menikmati udara malam menerpanya yang terasa dingin menusuk di kulitnya. Entah kemana, cowok itu membawanya pergi. Fika percaya jika cowok itu tidak berbuat aneh-aneh kepadanya.

Sampai mereka berhenti di pinggir jalan yang banyak pedagang kaki lima. Cowok itu membawa Fika ke salah satu tempat makanan yang ada di pinggir jalan tersebut. Tepatnya, sate padang.

"Mang, sate nya dua porsi ya. Kayak biasa." Ucap Davin kepada pedagang sate tersebut yang sepertinya sudah akrab dengannya.

"Oke siap. Tumben bawa cewek, tong? Pacarnya ya?"

"Iya, mang." Katanya, sambil tersenyum tipis.

Mereka berdua duduk lesehan karena memang pedagang tersebut hanya menyediakan tempat lesehan.

"Tumben ngajak kesini kak?" Fika akhirnya buka suara setelah lama terdiam.

"Nggak suka?"

"B-bukan gitu. Suka malah. Tumben aja ngajak kesini."

"Laper." Katanya singkat.

Lalu, pedagang tersebut meletakkan pesanan mereka di hadapan mereka. Fika melahap sate tersebut dengan lahap. Davin yang melihatnya tersenyum lebar dan Fika menyadarinya.

'Ampun dah, gue meleleh. Perhatian!! gue meleleh di tempat.' Jeritnya dalam hati.

Tangan Davin terjulur mengambil tissue dan mengelap sudut bibir Fika dengan hati-hati dan membuangnya di tong sampah yang di sediakan pedagang tersebut. Kemudian, tangan Davin terjulur menyentuh puncak kepala Fika dan jari-jarinya mengacak rambut lurus gadis itu.

"Makannya pelan-pelan, nanti keselek." Kata cowok itu dengan senyum yang masih mengembang.

"Abis ini, ke rumah gue dulu." Katanya. Fika membelakakkan matanya. Mau ngapain ke rumah cowok itu? Mau mengenalkan dirinya pada calon mertua nya?

Eh, mertua? Apa apaan sih?

"Loh, ngapain kak?" Tanya cewek itu.

"Mau ngenalin lo ke nyokap gue. Nanti biar cepet-cepet di restuin, hehe." Ucapnya nyengir. Fika mencubit perut Davin dengan mata melotot hingga membuat sang empunya meringis.

"Orangnya mah kecil, tapi tenaganya kaya hulk ya." Katanya terkekeh kecil.

"Ihh, bodo amat!"

"Nggak usah ngambek, cuma bercanda kok."

Setelah itu Fika mendadak membeku ketika terdengar bisikan kecil di telinga sebelah kanannya itu.

"Tapi, kalo hubungan kita nggak bercanda. Aku sayang kamu."

Deg!

Fika diam, tak bergeming Tubuhnya membeku. Mengapa cowok dingin di depannya berubah menjadi manis seperti ini?

Fika mengambil teh manis hangat lalu meminumnya, mencoba menetralkan kegugupannya dan detak jantungnya yang sudah tidak karuan.

Yang pasti, saat ini Fika seperti terbang melayang tinggi hanya karena sosok pemuda di depannya.

                       









                         ★★★★★★

Haiii, guyss. Maap ya update nya lama kebetulan aku lagi banyak pr dan tugas-tugas yang lain. Menjelang UAS.

Jangan lupa, vote and comment ya. Thanks.

Salam,

Silfi A.

METAMORFOSA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang