Setahun berlalu.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Dan kini, Davin telah menginjak di kelas dua belas sementara Fika di kelas sebelas. Walaupun begitu, hubungan keduanya masih tetap sama seperti tahun lalu. Meskipun banyak rintangan di antara hubungan keduanya, mereka tetap bersatu.
Satu bulan lagi, kelas dua belas akan menghadapi Ujian Nasional. Itu artinya, kelas dua belas sibuk untuk persiapan Ujian Nasional. Tak terkecuali, Davin.
Cowok itu tampak sibuk dengan buku bercetak tebal yang terdapat soal-soal latihan Ujian Nasional. Cowok itu berusaha mencari jawabannya pada buku tulis bersampul coklat.
Fika menopang dagu, melihat betapa sibuknya kekasihnya itu. Sudah sejam lebih, Davin mempelajari soal-soal itu membuat Fika sedikit bosan. Mau bagaimana lagi, pacarnya itu akan menghadapi Ujian Nasional jadi ia harus mengerti.
Saat ini mereka sedang berada di kantin sekolah. Kantin yang tadi ramai, kini berubah menjadi sangat ramai. Mang Asep pun terlihat kewalahan melayani murid yang membeli dagangannya itu.
"Kak, nggak laper?" Tanya Fika.
"Nggak terlalu, sih." Jawab cowok itu tanpa melihat cewek yang berada di sampingnya. Fika mengerucutkan bibirnya, bukan marah atau ngambek. Tetapi, cowok itu tidak memikirkan tentang kesehatannya. Padahal, menjaga kesehatan itu penting. Apa lagi cowok itu akan melaksanakan kegiatan yang mendebarkan dan butuh konsentrasi.
"Mau gue pesenin?" Tawar Fika.
"Boleh," katanya.
Tanpa pikir panjang, Fika langsung menuju ke mang Asep yang masih melayani pembeli. Fika berdesak-desakan di antara murid-murid yang mengantri. Entah karena badannya yang terlalu kecil, atau mereka yang terlalu besar membuat Fika hampir terjatuh. Untung saja, ada seseorang yang sigap menahan tubuhnya, jadi ia tidak terjatuh.
Fika mendongak, menatap siapa yang menolongnya.
"Kak Gino? M-makasih kak." Kata Fika langsung berdiri ke posisi semula.
Gino tersenyum lalu mengangguk. "Iya, sama-sama. Lain kali hati-hati Fik."
Fika hanya menyengir, "hehe, iya kak."
Sementara, tak jauh dari tempat mereka berdua berdiri, Davin terus menatap ke arah mereka dengan tatapan tajamnya. Davin berdiri di dekat tembok untuk bersandar. Tak lama kemudian, dia berjalan dengan tangan yang di masukkan ke dalam saku celananya.
Fika yang tidak menyadari keberadaan Davin merasa terkejut ketika tangannya yang tiba-tiba di tarik olehnya.
Fika terbelalak kaget siapa yang menariknya, dan di tambah dengan jarak yang hanya beberapa jengkal saja membuat jantung Fika berdetak kencang. Fika menatap dalam cowok bermata coklat terang itu.
"Sorry, tadi ada yang lari. Jadi gue narik lo tiba-tiba." Fika hanya mengangguk sebagai jawaban. Davin Bukan modus, tapi memang kenyataannya begitu. Untung saja, Davin sigap menariknya. Dengan cepat, cewek itu memalingkan wajahnya yang sepertinya memerah.
"Kalo mau mesra-mesraan bisa nggak usah di sini nggak? Hargai gue dong!" Celetuk Fikri yang entah kapan datang tiba-tiba sudah ada di samping mereka sambil melihat ke arah tangan keduanya yang masih menggenggam. Lantas, Fika dengan cepat menarik tangannya dan menahan malu.
"Jomblo sih lo." Seru Gino dengan kekehan.
Fikri berdecak, "alah, lo juga jomblo. Jangan ngatain jomblo deh kalo sendirinya juga jomblo." Balas Fikri.
"Jangan salah, gue mah jomblo laku. Kalo lo?" Ucap Gino.
"Ngajak gelut lo? Untung sahabat gue, lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA [Completed]
Teen FictionPerasaan bisa bermetamorfosis juga kan? Dari yang awalnya biasa saja menjadi suatu hal yang sulit untuk diartikan. @teenlitindonesia