DELAPAN BELAS

143 12 0
                                    

From : Gino

Dav, lo dimana? Gue mau tanya, menurut lo gue ke kelasnya Fika nggak buat ngajak ke kantin. Menurut lo gimana?

Davin bergeming, menatap layar ponselnya. Ia sendiri bingung, memang hatinya sudah terbuka untuk seseorang. Tetapi, di dalam hatinya juga ada nama seseorang yang masih tersimpan rapi.

Davin tidak bisa melupakan gadis yang telah membuatnya berubah. Davin telah terjerembab dalam kenangan masa lalunya.

Tangannya menari di layar ponselnya.

To : Gino

Serah lo.

Send.

Tak lama kemudian, ponselnya bergetar kembali.

From : Gino

Sialan, lo. Gue udh nanya pnjang kali lebar, lo cuma jwb terserah?

Davin menatap layar ponselnya lalu menatap Fika yang sedang tertawa bersama sepupunya itu, Tasya. Soal Tasya sepupunya yang tau hanyalah Fika dan kedua sahabatnya itu.

Davin terus menatap ke Fika. Rambutnya yang di kuncir kuda, alisnya lumayan tebal dan bulu matanya lentik membuat Davin seolah terhipnotis dengan kecantikan natural tanpa polesan make up.

To : Gino

Yaudh.

Tak lama kemudian, bel istirahat berbunyi nyaring. Seluruh penghuni kelas bersorak girang, ya karena memang ketika masih jam pelajaran, kantin masih di tutup. Hampir seluruh penghuni kelas X-1 keluar kelas dan masih ada beberapa yang berada di dalam kelas. Terutama, genk nya Sheila. Genk yang terdiri dari Sheila, Fina, Tiara, Fani.

Mereka berempat masih berada di kelas, biasanya kan udah melesat ke kantin. Mungkin efek Davin kali.

Keempat cewek itu masih menatap kakak kelasnya itu dangan tersenyum manis membuat Davin risih sendiri. Sampai pada akhirnya, ia beranjak dari tempat duduknya lalu keluar dari kelas X-1.

Sebelum keluar dari kelas, cowok itu sempat membisikkan sesuatu ke telinga Fika yang hanya mampu didengar Fika.

"Pulang bareng gue." Suara berat itu membuat Fika merinding. Jantung Fika berdetak tidak karuan, tubuhnya menegang. Entah kenapa, perilaku yang ditunjukkan Davin seolah berbeda dari biasanya. Fika mampu merasakan hal itu.

Setelah Davin keluar, sekelompok genk menghampirinya.

"Fik, lo ada hubungan apa sama kak Davin? Kok deket banget?" Tanya Tiara.

"Gu-gue nggak ada hubungan apa-apa kok sama dia." Jawab Fika. Memang benar, mereka berdua tidak ada hubungan apa-apa.

"Tapi kok keliatannya deket banget? Sampe-sampe kak Davin kesini." Ucap Fina sangsi.

"Gue nggak tau," Fika mengangkat bahunya tanda tak mengerti. Empat orang itu berpandangan satu sama lain.

"Fika!" Sebuah suara memanggil namanya dari depan pintu kelas. Tampaklah seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi, hidungnya sedikit mancung. Laki-laki itu adalah Gino. Ya, walaupun Fika mengakui Davin lebih tampan dibanding Gino.

Dan soal Davin, Fika tak mengerti dengan kakak kelasnya itu. Tiba-tiba datang ke kelasnya dengan alasan yang tidak jelas.

Fika menghampiri Gino, "ada apa kak?" Tanya Fika.

"Nggak ada apa-apa sih, cuma mau ngajak lo ke kantin. Mau nggak?"

"Mm, yaudah." Balas Fika.

"Sya, lo mau ikut nggak?" Tanya Fika ke Tasya yang sudah berdiri di sampingnya.

"Ikut donggg!"

                       ✩✩✩✩✩✩

"Eh kak Fikri tolong ambilin saus dong." Tasya menunjuk botol saus yang berada di dekat Fikri. Fikri mengambilnya lalu di berikannya kepada Tasya.

"Kak, boleh minta tolong ambilin kecap juga dong." Fikri kembali menyodorkan kecap.

"Kak, bo--"

"Sekalian aja semuanya, Sya. Nih, semuanya gue ambilin. Tuh, tuh!" Ucap Fikri setengah kesal, Tasya menyengir.

"Hehe, thanks kak Fikri yang ganteng."

Fika menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah dua orang itu.

"Oya, kak Davin nggak ikutan makan?" Tanya Fika di sela-sela kegiatan makannya.

"Bilangnya sih udah kenyang dia. Jadinya nggak ikutan ke kantin." Jawab Gino. Fika manggut-manggut.

"Oya, Fik nanti lo pulang bareng gue mau nggak?" Tanya Gino.

Fika menghentikan kegiatan makannya. Tawaran Gino begitu mengejutkannya. Sejujurnya, Fika pengin banget bisa dekat sama Gino. Tapi, tadi Davin bilang kalau cowok itu akan mengantarnya pulang.

Eits, Fika tidak mengiyakan ajakan Davin. Jadi, dia bisa pulang bareng Gino.

"Okay, kak."

                          ✩✩✩✩✩✩

Davin berjalan menuju parkiran untuk mengambil motornya. Dilihatnya, ada remaja berlawanan jenis yang sangat di kenalinya. Fika dengan Gino. Matanya mampu menangkap jelas karena jarak motornya dengan motor milik Gino hanya terpaut lima motor.

Tangan Davin terkepal hingga buku-buku jarinya memutih. Fika memalingkan wajahnya dan tak sengaja matanya bertemu dengan mata Davin dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Sepanjang perjalanan, Fika tak mengeluarkan sepatah kata. Fika masih memikirkan Davin. Fika merasa tak enak dengannya. Tatapan Davin begitu tajam namun menyiratkan kekecewaan.

                         ✩✩✩✩✩✩

Fika berguling-guling di atas ranjangnya. Cowok itu selalu menghantui pikirannya saat ini. Fika sendiri tak tau harus melakukan apa.

"HAH, kenapa si gue mikirin dia mulu?" Fika menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajahnya ditutupi guling.

Benda pipih berwarna gold yang terletak di nakas berdering, menandakan ada panggilan masuk.

Fika meraih dan terbelalak ketika melihat siapa yang menelponnya. Fika menimbang-nimbang akankah ia menerima panggilan itu?

              

                          ★★★★★★

Yahh, jadinya gantung wkwk

Semoga terhibur dengan cerita saya ya. Terima kasih.

Salam,

Silfi A.

METAMORFOSA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang