Jangan terlalu larut dalam kenangan masa lalu. Hal itu hanya akan membuatmu melewatkan kebahagiaanmu.
Sejak kejadian yang dialami Fika, orang tuanya mengantar jemput Fika sekolah. Mulai hari ini, Fika berangkat dan pulang sekolah akan diantar-jemput oleh ayahnya.
Hari ini, ia membawa bekal nasi goreng dengan telur mata sapi. Tapi, bekal ini bukan untuk dia melainkan untuk seseorang.
"Pa, aku masuk ke sekolah ya," pamit Fika dan mencium punggung tangan ayahnya.
"Belajar yang rajin ya. Nanti kalo pulang, kamu telfon papa ya." Pesan pak Doni kepada anaknya itu. Fika mengangguk lalu turun dari mobil.
Fika berjalan dikoridor sekolah yang lumayan ramai. Fika masuk kedalam kelasnya dan langsung disambut dengan seberondong pertanyaan dari mulut Tasya.
"Kemarin gimana, lo udah nggak papa kan?" Tanya Tasya dengan cemas. Semalam Fika menelpon Tasya tentang kejadian yang dialaminya.
"Udah nggak papa kok." Balas Fika sambil tersenyum manis memperlihatkan lesung pipinya.
"Maaf ya, kemaren gue nggak bisa nyamperin lo. Tapi, untungnya ada kak Davin. Eh kak Davin gimana?" Goda Tasya memainkan alisnya.
"Gimana apanya?" Tanya balik Fika ke Tasya yang bertanya ambigu.
"Ganteng kan? Baik kan? Mau nganterin lo pulang lagi." Goda Tasya lagi.
"Baik sih terus ganteng tapi...dingin kaya es batu." Kata Fika.
✩✩✩✩✩✩✩
Jam istirahat telah berbunyi. Para murid berbondong-bondong menuju kantin, terkecuali Fika. Tasya tadi sudah mengajaknya kekantin namun ditolak Fika.
Setelah Tasya pergi kekantin, Fika pergi menemui seorang pemuda dengan bekal yang berada ditangannya. Ia akan berterimakasih kepada pemuda itu karena telah menolongnya. Ya, pemuda itu ialah Davin.
Gadis itu menemukan Davin berada ditaman sambil membaca buku dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya. Fika mencari pemuda itu mulai dari kelasnya, kantin, ruang musik tetapi tidak ada. Ternyata ada ditaman. Taman itu terlihat sepi, bisa jadi karena sebagian besar murid memilih pergi kekantin untuk mengisi jam istirahat. Kali ini, Davin tidak sendiri. Pemuda itu ditemani kedua temannya yang tidak Fika ketahui namanya. Kedua teman Davin terlihat heboh dengan ponsel mereka. Sepertinya, sedang bermain game.
Fika menghampiri pemuda itu. Walaupun ia ragu-ragu, ia tetap menghampirinya. Bagaimanapun juga dia ingin berterima kasih kepada pemuda itu.
Fika melihat Davin sedang serius membaca buku. Dan ketika Fika melihat cover buku itu ternyata buku itu buku matematika. Apa? MATEMATIKA? Fika mengira, buku itu novel.
"Kak Davin!" Seru Fika ke Davin. Kedua teman Davin menghentikan aktivitas mereka dan menoleh ketika mendengar suara Fika. Kedua temannya mengernyitkan dahi ketika ada seorang cewek yang mendekati Davin.
Fikri menyenggol lengan Davin membuat sang empunya menoleh.
"Tuh." Fikri mengisyaratkan dengan dagunya.
Davin menoleh ke arah yang ditunjuk Fikri dan ia mendapati seorang cewek yang sudah tidak asing lagi tengah berdiri disampingnya. Tak sampai lima detik, Davin kembali membaca bukunya.
Akhirnya, Fika duduk tepat disebelah Davin.
"Nih kak, buat lo. Makasih kemaren udah nolongin gue dari preman-preman itu." Kata Fika sambil menyodorkan bekal yang dibawanya. Davin menoleh tapi tangannya tak kunjung terulur untuk mengambil bekal itu. Keheningan mencekam diantara mereka berempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
METAMORFOSA [Completed]
Teen FictionPerasaan bisa bermetamorfosis juga kan? Dari yang awalnya biasa saja menjadi suatu hal yang sulit untuk diartikan. @teenlitindonesia