TUJUH BELAS

158 11 1
                                    

Kelas X-1 terdengar sangat berisik. Tidak hanya kelas X-1 tetapi kelas lain juga, karena guru-guru sedang melaksanakan rapat. Tentu, hal ini sangat disenangi oleh para murid. Kegiatan tidak penting memenuhi hampir seluruh kelas.

Tasya tampak sedang mengejar-ngejar Rian yang telah mengambil pulpen miliknya tanpa seizin cewek itu. Seperti adegan cartoon tom and jerry yang sering di tonton anak-anak.

Entah kenapa, Rian senang sekali mengusil Tasya yang notabenenya ketua kelas.

"RIANNNN! JANGAN AMBIL PULPEN GUUEEE! EMANG LO NGGAK PUNYA PULPEN APA? DASAR COPET!!!" Teriak Tasya memenuhi ruangan dan memekakkan telinga. Tasya masih mengejar-ngejar Rian yang tertawa puas dan berusaha menghindari Tasya.

"LO MAH PELIT BANGET MASA BAGI SATU PULPEN DOANG NGGAK BOLEH. DASAR MEDITT!" Balas Rian yang masih terus menghindar kejaran Tasya. Tasya terengah-engah.

"OGAHH!! POH-POKONYA GUEE NGGAK MAUHHHH" Ucap Tasya dengan napas terengah-engah.

"CIEEE-CIEE SWIT SWIT" Goda sekelas.

"SO SWEET BANGET SIH KEJAR-KEJARAN." Goda Sheila.

"PRIKITIWW." Sahut Dika. Keduanya tidak menggubris godaan temannya.

Fika yang melihat kelakuan teman-teman sekelasnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Fika membuka novel yang tergeletak di mejanya, membuka dan membacanya. Lebih baik membaca novel dari pada ber-gossip ria. Lagipula, kegiatannya sempat terputus tadi karena ada guru yang tiba-tiba masuk ke kelasnya.

Seiring lembar demi lembar ia baca, ia mulai terlarut dalam cerita itu. Seperti dia menjadi sang tokoh utama. Fika suka mengoleksi novel apalagi genre nya romance. Kalau di waktu senggang, ia pasti akan membaca novel. Menurutnya, membaca novel itu asik. Seolah kita yang menjadi peran utama. Dan, kita juga bisa mengambil pelajaran dari novel yang di baca. Lebih baik dari pada ber gossip.

Kegiatannya terhenti ketika ia mendengar ponselnya bergetar. Fika meraih benda pipih itu.

Mulutnya terbuka sedikit, ketika melihat notifikasi yang tertera pada layar poselnya itu.

From : Davin

Lo di kls?

Sejak kapan ia mempunyai contact kakak kelasnya itu? Seingatnya, ia tidak pernah menyimpan nomor kakak kelasnya itu dan tidak juga meminta kepada siapapun? Lantas, kenapa di ponselnya ada contact Davin? Bahkan, ada chat bahwa ia telah mengirimi pesan yang terdengar geli di telinganya.

Well, sepertinya ada yang usil kepadanya. Ia melihat tanggal dan jam pada pesan itu.

Dugaannya benar, pesan itu dikirim saat ia menginap di rumah Tasya dan pesan itu juga dikirim pada saat ia sudah tidur. Tidak salah lagi!

Dengan ragu, ia membalas chat Davin.

To : Davin

Iya

Sent.

Fika meletakkan ponselnya kembali. Mengapa kakak kelas nyebelin tiba-tiba chat dia?

Fika kembali melanjutkan kegiatannya yang terputus. Namun, suara riuh mulai tenggelam, diganti dengan keheningan yang ada. Tapi, tak banyak ia mendengar cewek-cewek berbisik. Fika menjadi penasaran, apa yang membuat kelas menjadi hening? Ya walaupun nggak hening-hening banget. Siapa tau ada guru?

Fika menutup novelnya dan menghadap ke depan kelas. Untuk sejenak ia seakan terhipnotis dengan orang yang berjalan menuju ke arahnya. Iris mata Fika terus mengikuti orang tersebut hingga duduk di sampingnya.

Kak Davin?

Fika menengok ke Davin yang sudah berada duduk di sampingnya, yang duduk di kursi Tasya.

Untuk menghilangkan keheningan yang terjadi, Rian berinisiatif untuk mengambil pulpen yang sudah berada di tangan Tasya. Tasya tersentak. Masalahnya, pulpen itu pulpen satu-satunya.

"IHHH RIANNN! BALIKINNNN!" Suara Tasya melengking di seluruh ruangan dan penghuni kelas itu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda. Walaupun, masih ada yang berbisik-bisik soal kedatangan Davin ke kelas mereka.

"NGGAKK!" Balas Rian.

Dan begitulah selanjutnya, kalian bisa menyimpulkan sendiri apa yang terjadi pada Rian dan Tasya.

"Lo ngapain kak?" Tanya Fika menaikkan alisnya bingung dengan kedatangan kakak kelasnya itu dan duduk di sampingnya. Siapa yang nggak bakal bingung. Dengan tiba-tiba seseorang beda kelas terus langsung duduk di samping lo? Pasti ada apa-apanya nih.

"Menurut lo?" Tanya balik Davin dengan wajah datar.

"Ya mana gue tau lah! Orang lo aja nggak ngomong apa-apa." Kesal Fika.

"Pengin." Katanya singkat dengan pandangan mata yang lurus ke depan tak menatap Fika sekalipun. Davin sendiri tak tau alasannya apa, ia langsung ke kelas Fika.

Apa? Pengin? Alasan macam apa itu?

"Oya, yang ngirimin chat ke kak Davin itu bukan gue ya. Nih, chat yang ini," Fika memperlihatkan ponselnya yang menampilkan layar chat.

Davin mengerutkan keningnya,

"Jadi, yang nge chat lo bukan gue. Kayanya, sepupu lo itu yang bajak ponsel gue." Kata Fika berbisik melirik ke arah Tasya yang duduk di kursi paling depan dengan napas terengah-engah. Tasya yang tak sengaja melihat Fika sambil berbisik ke orang yang di sampingnya langsung menghampiri mereka berdua.

"Lo pasti ngomongin gue kan?" Tanya Tasya dengan mata menyipit, terutama ke arah Fika.

"Yeee ge er banget lo, Sya. Siapa yang ngomongin lo?" Balas Fika.

"Pasti iya kan? Ngaku aja deh kalian berdua. Aku tuh udah biasa di giniin, di omongin orang dari belakang. SAKITTT! Sama kaya dia." Kata Tasya dengan dramatis dan lebay membuat kedua orang di hadapannya bergidik ngeri. Sejak kapan Tasya jadi lebay gini?

Atau kerasukan jin tomang?

Fika berdiri dan melangkah di samping Tasya. Fika menempelkan punggung tangan kanannya di dahi Tasya.

"Nggak panas kok," ucap Fika.

Tasya melepaskan tangan Fika, "apaan sih, Fik?"

"Kali aja lo sakit, Sya." Ucap Fika.

"Btw, dia itu siapa Sya? Hayoo ngaku!" Goda Fika mencolek bahu Tasya yang langsung di tepis Tasya.

"Apaan sih? Bukan siapa-siapa." Jawab Tasya sambil memalingkan wajahnya. Cemberut.

"Sorry deh, yakali gitu. Lo lagi kode ke siapa gitu." Komentar Fika sok tau sambil melirik ke arah Rian yang sudah mrmainkan gitar bersama komplotannya itu.

Sebuah ide terlintas di kepala Fika. Fika tersenyum jahil melihat Tasya yang memalingkan wajahnya.

"RIANN! TASYA MINTA DI NYANYIIN TUH!" Teriak Fika. Tasya melotot. Rian yang sedari tadi memainkam gitarnya, langsung berhenti. Menatap Tasya.

"Apaan sih, Fik. Ogah banget gue di nyanyiin sama dia, si kadal."

"Udah, nggak usah malu-malu. Malu tapi mau tuh, haha." Tasya mencebikkan bibirnya.

Davin yang melihatnya, menggeleng-gelengkan kepalanya sampai ponselnya bergetar.

From : Gino

Dav, lo dimana? Gue mau tanya, menurut lo gue ke kelasnya Fika nggak buat ngajak ke kantin. Menurut lo gimana?




                          ★★★★★★★

Gantung yaa? Wkwk
Sorry ya jadi jarang update, soalnya emang tugas aku lg banyak bgt.

METAMORFOSA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang