Jadilah pembaca yang bijak, cerita ini untuk usia 15+.Jadi kalau umur kalian masih di bawah 15, tolong jangan dibaca ya :)
***
"Lo cewek baik, ya."
"Kamu anak baik, ya."
Begitulah.
Orang bilang aku gadis baik. Ibuku, teman-temanku, maupun kerabatku selalu mengatakan hal yang sama ketika menilaiku. Entah apa sebenarnya definisi dari kata 'baik.' Aku tak pernah mengerti mengapa mereka selalu menyebutku demikian. Bukankah 'baik' itu relatif? Setiap orang pasti memiliki standarnya masing-masing dalam mendefinisikan kata tersebut, bukan? Katakanlah, si A mungkin akan menilai si B sebagai anak baik ketika si A diberi contekan saat ulangan oleh si B. Namun, ibu guru yang melihatnya pasti tidak menilai si B sebagai murid yang baik. Membingungkan, bukan?
Jika yang dimaksud dengan gadis baik adalah gadis yang tidak suka keluar malam, tidak pacaran, tidak mencontek, serta tidak bergosip maka aku telah memenuhi kualifikasi tersebut. Saat teman-temanku sibuk menggosip, aku hanya diam. Mungkin mereka berpikir aku tidak suka membicarakan orang lain, padahal bukan karena itu alasannya. Orang-orang yang menjadi objek gossip itulah alasannya. Ya, aku tidak mengenal mereka dan bagiku membicarakan orang yang tidak kukenal sama sekali tidak penting.
Saat teman-temanku sibuk mencontek, lagi-lagi aku hanya diam. Bukan karena aku kelewat pintar sampai tak tergoda untuk bertanya ke sana sini mencari jawaban. Tapi karena bagiku nilai di rapor itu tak berguna. Memang sih untuk menembus universitas favorit ada sebuah jalur yang penilaiannya berdasarkan nilai rapor. Tapi toh universitas tujuanku adalah universitas terbaik di Indonesia, sedangkan SMA ku tidak termasuk dalam sepuluh sekolah terbaik di kotaku. Universitas impianku belum pernah melirik sekolah kami. Jadi, satu-satunya jalan untuk sampai ke sana adalah dengan test SBMPTN, bukan nilai rapor. See? Nilai rapor bukan hal yang harus dicemaskan. Lagipula, apa gunanya nilai rapor yang bagus kalau diperoleh dari hasil mencontek?
Dan ngomong-ngomong soal keluargaku, belakangan ibuku semakin sering mengatakan bahwa aku adalah anak baik. Tidak suka keluar malam seperti anak tetangga atau kedapatan pacaran seperti teman-temanku yang lain. Sejujurnya, aku bukan anak gaul yang tahu tempat-tempat asyik untuk nongkrong di malam hari. Selain itu, tidak ada cowok yang dekat denganku apalagi sampai menjadikanku pacar. Dan alasan terbesar mengapa aku tidak suka main malam ataupun pacaran adalah karena dua hal itu hanya akan membuang-buang waktu dan uangku. Kalau disuruh memilih, aku lebih suka tidur dibandingkan melakukan dua hal itu. Rasanya, waktu dan uangku terlalu berharga untuk dihamburkan.
Nah, itu semua baru permulaan. Kisahku yang sebenarnya belum dimulai. Hidup ini penuh kejutan, bukan? Dan setiap kejutan tentu meninggalkan kesan yang membekas. Dulu aku merupakan orang yang tidak percaya diri dan menganggap semua yang ada dalam diriku adalah kekurangan. Namun, setiap perjalanan dalam hidupku akhirnya membuatku sadar bahwa semua orang memiliki kelebihan, termasuk diriku sendiri. Akan kuceritakan sebuah kisah tentangku, tentang sepuluh alasan mengapa kau harus mencintaiku.
***
Hai semua... Ini adalah cerita pertamaku di wattpad. Awalnya ragu sih mau nerbitin cerita ini, tapi ya udahlah dicoba dulu. Dan kalau kalian udah lihat video trailer di atas, jangan terlalu terpaku ya. Kalau nanti kalian punya bayangan sendiri tentang siapa yang cocok meranin karakter di cerita ini, bebasin aja imajinasi kalian.
Perjalanan kisah ini mungkin masih panjang, semoga kalian nggak bosen yaa. Pokoknya, happy reading deh :)
Dan untuk yg rapor2 itu, di sini aku bukan mengajak kalian untuk nggak peduli sama nilai rapor ya. Nilai rapor itu penting, cuma ya itu jgn lah sampe nyontek cuma biar lolos jalur undangan. Karna faktanya, yg jarang nyontek malah biasanya yg lolos di jalur ini 😂 Kalau orang bilang sih jalur undangan buat yg imannya kuat hehe
Dan jangan lupa untuk vote dan comment
KAMU SEDANG MEMBACA
10 Reasons Why [END]
Teen Fiction⚠15+⚠ Bagi Keira, Andre adalah sahabat sekaligus pahlawannya. Di titik terendahnya, hanya Andrelah yang setia menemani di sampingnya. Wajar jika benih-benih cinta itu mulai muncul. Sayang, ada orang lain yang sudah mengisi hati Andre. Cowok itu pun...