CAPTER 11

5.3K 177 6
                                    

Aku tidak tau jadi nya nanti
Saat kehilangan orang yang paling di cintai.
Jangan biarkan aku mati
Jangan biarkan aku tak bisa bernafas
Kau adalah oksigen untuk aku tetap hidup
Kau adalah segala nya yang aku butuh kan...

Daniel dan Merry tengah duduk di sebuah taman tepat di bawah pohon yang rindang. Sambil menunggu waktu pagi menjelang, Mereka memilih untuk diam saling melamun menatap lurus pandangan ke depan dengan pandangan kosong namun penuh arti.

Wajah Daniel dan Merry sudah terlihat lesu dan lelah. Bahkan jika boleh tidur di rerumputan, mereka akan tidur di situ sekarang juga. Sayang nya rerumputan hijau yang cantik itu telah basah akibat hujan yang turun semalaman dan baru berhenti tepat pukul dua pagi tadi.

Sekarang jam sudah menunjukan pukul setengah tiga pagi. Membuat Daniel berdecak malas.

"Mer..." panggil Daniel dengan suara lirih.

"Hm." gumam Merry yang benar-bernar sedang tidak ingin di ajak ngobrol apa pun karena sudah cukup lelah debat dengan Daniel dari semenjak malam tadi.

Suasana nya sangat sepi dan sunyi, tidak ada seorang pun yang sedang berlalu lalang di sekitar mereka, sangat berbeda sekali jika taman itu sekarang adalah sore atau pun malam, pasti akan sangat ramai banyak orang-orang pacaran atu anak anak kecil yang sedang jalan-jalan bersama orang tua nya.

"Kenapa kita nggak ke hotel aja, sih, tadi malam." ucap Daniel menyesali keadaan.

"Aku nggak mau. Aku takut kau akan memperlakukan ku seperti waktu itu." sahut Merry malas. Mata nya mengerjap kerjap karena efek ngantuk. Kepala nya yang hampir hampir oleng ke samping berhasil ia tahan.

"Ck. Nggak mungkin lah. Itu kan waktu itu, bukan sekarang. Lagi pula waktu itu kan aku sedang setres dan hilaf." decak Daniel.

Merry hanya diam tak menjawab karna sudah sangat mengantuk yang tak tertahan kan lagi.

Wajah Daniel sangat lesu karna harus terlantar semalaman, seperti orang miskin. Padahal jika Merry mau, ia bisa menyewa kan nya sebuah hotel bintang lima untuk tidur mereka di sana. Tapi Daniel menyerah, karna di tolak mentah-mentah oleh Merry.

Mata Daniel melirik ke arah Merry yang tiba-tiba kepala Merry hampir terjatuh namun berhasil di tangkap oleh Daniel dan meletakan kepala Merry di bahu nya yang sudah begitu lunglai.

Merry terlihat begitu sangat lelah dan sangat kasihan. Jika Daniel terus menerus memandangi nya, bisa jadi hati nya akan tersayat-sayat, mengingat kehidupan Merry yang sangat melas.

Daniel sangat mengerti, Merry pasti begitu kesepian tidak ada orang tua di dekat nya. Hidup panjang umur sampai kakek-kakek dan nenek-nenek adalah harapan Merry kepada orang tua nya, tapi harapan itu hanyalah sekedar harapan yang tidak bisa di gapai oleh nya. Ia sadar, semua yang ada di dunia ini bukan milik kita sepenuh nya. Akan ada saat nya pergi dan kembali.

Daniel bernyanyi lirih, dengan menyanyikan lagu barat yang ia nyanyi kan sebelum nya, sambil menikmati udara dingin pukul setengah tiga pagi.

Ada hati yang sangat rapuh dan lemah sangat sulit untuk di jelas kan oleh kata-kata, sulit untuk di gambar dengan bayang-bayang.

Daniel mengerti segala nya yang ia rasakan selama ini. Dia sangat merindukan Ibu nya, entah di mana ia berada dan tinggal dengan siapa.

Jika Daniel berbohong kepada Merry bahwa ia tidak pernah merasakan rindu atau pun benci rindu, justru di balik selimut nya setiap malam dengan di temani bantal guling dalam kamar nya ia menyembunyikan setiap tetesan airmata yang mengalir.

BELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang