Aku ingin tetap seperti ini.
Tidak ada lagi perpisahan di antara kita.
Aku mencintai mu...Daniel membuka pintu ruangan Adrian begitu saja dengan tujuan ingin menanyakan dimana keberadaan Merry. Kemudian sepasang mata nya di suguhi 3 orang di dalam ruangan itu. Mereka adalah Merry yang sedang terbaring di sofa, Adrian dan dan Gladis yang sedang duduk sambil mengobrol.
Sangat jelas kedua orang itu kaget melihat kedatangan Daniel yang tidak sopan itu, seperti orang yang sedang kesetanan.
Daniel melangkah masuk dan pintu tertutup dengan sendiri nya. Langkah nya terhenti membuat jarak antara ia dan mereka.
"Apa kau tidak bisa masuk dengan mengetuk pintu dulu. Kelakuan mu hampir saja membuat kami jantungan." cibir Adrian kesal masih dalam posisi duduk nya. Gladis hanya diam tercengang melihat kehadiran nya.
Daniel yang tidak pernah merasa bersalah itu hanya diam sambil bersidekap memandang datar sosok Adrian sahabat nya.
Adrian berdiri berjalan menghampiri dan berhenti tepat di hadapan nya seraya bersidekap.
"Rupa nya kau sudah sadar, Daniel Feliando yang terhormat." puji Adrian yang jika di dengar pujian itu lebih cenderung pada kalimat ejekan.
Daniel masih diam sambil tersenyum samar. "Bukan urusan mu. Aku hanya ingin menemui Merry sebagai tanda permintaan maaf ku terhadap nya karna sudah membuat nya menderita." sahut Daniel.
"Kau memang mempunyai sifat yang buruk Daniel. Tapi entah mengapa aku mau bersahabat dengan mu."
Daniel terkekeh. "Kau tidak perlu repot repot ingin mencoba membuat ku merasa terharu." ucap Daniel datar seperti tanpa dosa.
"Baiklah, ku rasa kau memang perlu meminta maaf terhadap perempuan sepolos dia." sahut Adrian. "Gladis, ayo kita keluar!" ajak Adrian yang masih menatap Daniel.
Tanpa perlu menjawab, Gladis segera berdiri dan mengikuti Adrian keluar setelah Adrian menepuk bahu kiri Daniel.
"Trimakasih kawan." ujar Daniel tanpa menoleh ke arah Adrian.
Adrian berbalik badan mengurung kan niat nya untuk membuka pintu. "Kau tidak perlu berterimakasih pada ku." sahut Adrian.
Daniel hanya tersenyum seraya memicing kan ujung bibir nya ke atas.
Adrian dan Gladis pun segera keluar dari ruangan itu setelah pintu di buka dan menutup nya kembali.
Kini di ruangan itu hanya ada Merry dan Daniel. Tidak ada lagi Adrian dan Gladis di antara mereka.
Namun perasaan Daniel campur aduk, ada rasa bahagia, sedih dan penuh penyesalan. Yang pertama ia bahagia karna bisa bertemu kembali dengan Merry, yang ke dua dia merasa sedih karna mengetahui Merry sedang sakit dan yang ketiga ia merasa menyesal karna sempat membuat nya menderita.
Daniel duduk di pinggir meja menghadap Merry yang sedang tidur di sofa itu. Wajah nya pucat pasi. Meski pun pucat, tapi apa yang Daniel lihat masih tetap sama, Merrya Natasya yang tetap cantik seperti dulu.
Sejenak Daniel terdiam memandang wajah Merry lalu menunduk penuh penyesalan. Mata nya memerah, ingin sekali menangis karna tidak tega melihat orang yang di cintai menjadi lemah seperti itu. Namun Daniel masih mampu membendung air mata nya. Ia tidak ingin Merry melihat nya menangis.
Daniel kembali menatap Merry dalam dalam. Kedua mata nya terpejam berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.
"Kau harus cepat sembuh Merry. A, Aku__ minta maaf. Selama ini sudah membuat mu menderita. Semenjak kita tidak pernah bertemu lagi aku pun begitu sangat merindu kan mu. Tapi, ada satu hal yang membuat ku terpaksa ingin menjauhi mu. Aku__ aku laki laki yang tidak pantas untuk mu, dan aku pun tidak layak mendapat kan cinta dari mu. Kau hanya akan jauh menderita jika terus bersama ku. Aku tidak bisa membuat mu lebih bahagia sedang kan hidup ku juga jauh lebih menderita daripada hidup mu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE
RomanceSEGERA ================== Merrya Natasya, perempuan cantik blasteran Indo-Jerman. Setelah nya lulus sekolah dia memutuskan untuk melamar kerja di sebuah perusahaan yang sangat besar. Namun jika di lihat dari kriteria penerimaan calon karyawan di per...