CAPTER 22

3.7K 150 8
                                    

Luka ini belum sembuh juga.
Aku semakin merindukan mu.
Dimana kamu, janganlah terus bersembunyi.
Karna ini akan sangat menyakit kan.

Merry mendatangi sebuah rumah yang di tunjukan alamat nya oleh Gladis malam itu lalu membaca kembali alamat yang sudah tersimpan di ponsel nya.

Ia berdiam diri di depan rumah itu seperti ragu. Takut rumah yang ia tuju salah meski pun alamat itu sama persis dengan yang Gladis berikan pada nya.

Beberapa saat kemudian Merry langsung saja memencet bell rumah itu. Tidak lama kemudian seorang wanita separuh baya keluar membuka kan pintu.

Wanita itu terdiam menatap Merry seperti merasa asing. Maklum karna mereka belum pernah kenal sebelum nya.

"Maaf, Cari siapa yah?" tanya nya yang berdiam diri di ambang pintu.

"Apa benar ini rumah nya mba. Gladis?" tanya Merry.

"Ya, benar. Anda siapa nya Non Gladis?" tanya nya lagi.

"E_saya temanya."

Wanita itu diam sejenak seperti sedikit ragu. Entah mengapa wanita itu bersikap dingin terhadap nya atau memang sudah dasar nya begitu.

"Masuklah!" ajak wanita itu untuk masuk ke dalam.

Merry berjalan mengikuti nya dari belakang.

"Dimana gladis?" tanya Merry ketika wanita itu hanya diam saja. Lalu tiba-tiba berhenti. "Nanti kamu tau sendiri. Kau pasti teman baru nya kan." tuduh wanita itu. Mungkin wanita itu sudah tau semua teman teman Gladis kecuali Merry.

"Iya, saya teman baru nya." jawab Merry yang masih mengikuti langkah nya menuju tangga. "Kalau boleh saya tau, anda siapa nya Gladis?" tanya Merry.

"Saya pembantu nya."

"Pembantu..."

"Ya."

"Dimana orang tua atau keluarga nya? Rumah ini terlihat sepi." ucap Merry.

"Dia tidak punya orang tua. Ibu nya meninggal ketika melahir kan dia. Ayah nya menikah lagi dengan janda beranak satu."

"Lalu dimana Ayah nya?"

"Ayah nya ikut dengan istri nya."

Merry sedikit tercengang mendengar nya. Dan mulai berfikir mungkin karna itu lah hidup nya jadi nggak bener. Broken home.

"Kenapa dia tidak ikut tinggal dengan Ayah nya?" tanya Merry lagi sudah seperti wartawan.

"Dia tidak mau. Karna dari awal dia tidak setuju dengan pernikahan itu." jawab wanita itu seraya membuka kan pintu kamar, mungkin itu kamar Gladis.

Merry mengangguk angkukkan kepala nya lambat.

Ketika pintu itu di buka, terlihat Gladis sedang duduk di bawah kursi, tangan dan kepala nya tergeletak di atas meja. Tubuh nya lemas.

Merry mencium bau alkohol dalam ruangan itu. Dan melihat beberapa botol minuman yang tergeletak di meja dan lantai. Kamar nya berantakan.

Merry mandang perempuan itu dengan tercengang. Seperti tidak percaya dengan apa yang sedang ia lihat saat ini.

Wanita separuh baya itu menggoyang goyang kan bahu Gladis berusaha untuk menyadarkan nya.

"Apa dia minum?" tanya Merry.

Wanita itu menoleh. "Ya, dia memang suka minum. Sejak tadi dia tertidur, karna terlalu banyak minum." kata nya.

Merry diam.

BELIEVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang