Biarkan aku hidup dengan tenang. Biarkan waktu menjadi teman setia ku.
Waktu terus berlalu, hari terus berganti. Siang dan malam Merry lewati sendiri. Hanya airmata sebagai teman nya sepanjang ia menunggu sang Nenek yang dirawat di rumah sakit yang sudah 2 hari itu.
Merry terlihat lelah hingga ketiduran di samping tempat tidur sang nenek. Mata nya sembab akibat menangis tanpa henti.
Sang Nenek koma tidak sadar kan diri di rumah sakit. Merry sedih karna di marahi oleh dokter. Dokter bilang, Merry teledor. Ia terlambat mengobati sang Nenek yang pernyakit gagal ginjal nya sudah parah. Harus nya ia menjalani cuci darah, tapi Merry tidak punya uang dan belum bekerja saat itu.
Kehidupan nya kini bertambah susah dan menderita. Entah harus kemana Merry mencari uang untuk membiayai biyaya rumah sakit sedang kan ia nganggur dan baru di pecat. Pesangon yang di terima dari Daniel hanya cukup untuk 3 hari rawat inap di rumah sakit.
Ketika Merry bangun dari tidur nya, se akan akan masalah besar sedang menanti nya dari tadi. Wajah nya lesu memandang sang Nenek dengan tatapan layu. Ia bingung harus mencari uang kemana. Sedang kan ia tidak bisa membiar kan nenek nya berhenti menjalan kan rawat inap itu atau jika tidak di rawat inap ia harus bersiap untuk kehilangan Nenek nya.
Malam ini Merry berjalan di tepi jalan raya seperti tanpa arah dan tujuan. Otak nya sedang berfikir bagaimana cara nya dia bisa mendapat kan uang limaratus ribu perhari untuk biyaya rawat inap di rumah sakit.
Ia akan melakukan apa pun untuk memepertahan kan hidup Nenek nya. Karna hanya Nenek nya lah yang ia punyai di dunia ini. Jika tidak ada Nenek, ia harus bersandar dengan siapa lagi. Kacau sudah pikiran nya.
Merry akan bekerja apapun sampai Nenek nya bisa sadar kembali dari koma nya. Air mata nya mengalir lagi menemani langkah nya malam ini menyusuri jalanan raya.
Langkah nya terhenti di depan sebuah rumah makan. Ia berfikir untuk melamar bekerja di sana. Sebagai tukang cuci piring pun dia mampu. Apapun pekerjaan nya.
Merry masuk kedalam rumah makan itu dan menghampiri salah satu pelayan perempuan yang baru saja melayani pengunjung.
"E_permisi, Mba." panggil Merry menghentikan langkah pelayan itu.
"Iya, ada apa yah?" tanya si pelayan.
Merry diam sejenak sebelum bicara seperti sedikit ragu.
"Saya sedang membutuh kan pekerjaan, apa disini sedang membuka lowongan pekerjaan?" tanya Merry.
"Aduh, maaf sekali yah, Nona. Di sini sedang tidak ada lowongan."
Merry terdiam mendengar nya, merasa kecewa. Setelah memberi seulas senyum untuk pelayan, Merry segera keluar dari rumah makan itu. Wajah nya semakin lesu setelah mendengar tidak ada lowongan.
Ia melangkah lagi, mencoba berusaha lagi, penuh harap.
Merry berhenti lagi di depan sebuah toko baju. Tapi lagi lagi di tolak.
Sampai beberapa tempat seperti toko buku dan toko kue ia datangi tetap saja tidak ada hasil nya. Sampai ia memutus kan untuk yang terakhir mencari pekerjaan malam ini karna sebentar lagi tempat tempat toko akan di tutup mengingat waktu sudah malam menunjukan pukul sebelas.
Ia kembali lagi mendatangi sebuah lestoran, berdiam diri memandang lestoran besar itu sejenak sambil memperhatikan sosok tinggi besar ber jaz hitam. Seperti nya orang itu adalah pemilik lestoran itu Ia sedang berbincang dengan seseorang. Setelah seseorang itu pergi membawa mobil nya, Merry segera berlari menghampiri sosok laki laki separuh baya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELIEVE
RomanceSEGERA ================== Merrya Natasya, perempuan cantik blasteran Indo-Jerman. Setelah nya lulus sekolah dia memutuskan untuk melamar kerja di sebuah perusahaan yang sangat besar. Namun jika di lihat dari kriteria penerimaan calon karyawan di per...