#1

17.1K 627 14
                                        

Gadis itu menutup macbook rose gold-nya dan menjatuhkan tubuhnya di ranjang. Sudah banyak ungkapan hatinya yang ia tulis di benda kesayangannya itu.

Hidupnya saat ini sudah tidak lengkap lagi semenjak seseorang yang menurutnya sangat spesial di hidupnya kini meninggalkannya beberapa tahun yang lalu.

Kreekk

Gadis itu menoleh ketika mendengar pintu kamarnya yang terbuka dan mendapati wanita paruh baya yang sedang melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya saat ini.

"Kanaya, kamu sudah ada janji kan bertemu dengan mama mu di cafe biasa?"

Gadis berbola mata coklat itu merubah posisinya tidurnya menjadi duduk.

Kanaya mendengus. "Cancel aja, bilang mama," ucapnya.

"Ta-"

"Bilang sama mama, Kanaya banyak tugas sekolah. Setelah itu pasti dia udah gak banyak tanya lagi."

"Tapi ini tentang ke-"

"Naya malas membicarakan hal itu sama dia," potongnya sedikit lantang.

Perempuan paruh baya itu menghela napasnya pelan mendengar apa yang baru saja gadis itu ucapkan dan pergi keluar meninggalkan gadis itu sendiri.

Ketika mendengar kepindahan itu, banyak perubahan di diri Kanaya. Gadis itu selalu termenung dan merasakan hal-hal yang sudah dialaminya bersama seseorang yang selalu ia rindukan itu. Ditambah lagi dengan sikap mamanya yang tidak terlalu memerhatikannya. Menurut gadis itu, mamanya hanya peduli dengan pekerjaan bukan dengan dirinya.

Kanaya kembali merebahkan tubuhnya dan menambahkan volume pada speakernya untuk menambah ketenangannya.

Drttt drttt

Gadis yang tengah terpejam itu membuka mata dan meraih benda pipih berwarna rose gold nya.

"Halo?"

" ... "

"Kanaya males kalau selalu bahas itu."

" ... "

"Tapi itu bisa di rumah."

" ... "

"Mama aja yang pulang kesini."

Kanaya langsung memutuskan panggilan dari mamanya. Gadis itu heran dengan mamanya, kenapa dia susah sekali pulang ke rumah sebentar saja. Bahkan menanyakan keadaannya pun hampir dibilang tidak pernah.

Kanaya meraih ponsel dan headphone nya kemudian melangkahkan kakinya keluar kamar, menaiki beberapa anak tangga dan terhenti di depan pintu bermodel kaca lalu menggeser pintu yang ada di depannya itu.

Kanaya merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di tempat itu. Ia memutarkan lagu dari One Direction yang berjudul History dan menatap langit yang ada pada pandangannya saat ini.

Gadis itu memejamkan matanya, entah sejak dari kapan air matanya kini mengalir pelan di pipinya mengingat tiga tahun lalu. Lagu yang ia setel saat ini pun sudah tidak ia dengar lagi.

"Naya!"

Kanaya mengusap cepat air matanya dan bangun dari posisi tidurnya setelah mendengar suara yang memanggilnya itu.

"Kenapa?"

"Mamamu telfon." Bi Lastri memberikan sebuah telepon.

Kanaya mengambil benda yang diberikan kemudian langsung me-reject panggilan dan memberikannya kembali pada Bi Lastri.

Bi Lastri yang sudah dapat menebaknya pun hanya bisa menghela mapasnya dan langsung pergi dari hadapan Kanaya.

Kanaya memandang kepergian Bi Lastri, ia membuka ponselnya dan menemukan sebuah pesan masuk dari teman dekatnya.

Denisa : siapin minum sama cemilan yang banyak :')

Gadis itu memutar bola mata coklatnya malas melihat pesan masuk itu, karena tahu kalau temannya akan datang ke rumahnya.

Kanaya : dibawah ada
bibi, tinggal minta.

Denisa : lo dimana? Gak
ada dikamar.

Kanaya : Rooftop

"Kanaya!"

Kanaya menoleh ke arah pintu dan menemukan sahabatnya yang tengah berdiri membawa nampan yang berisikan dua gelas milkshake dan beberapa snack.

"Nih gue bawain minum." Denisa yang menghampiri Kanaya dan menaruh nampan nya di meja yang tidak jauh dari sofa tempat Kanaya duduk.

"Thanks!"

Denisa duduk di bangku depan Kanaya.

"Lo kenapa gak masuk tadi?"

Kanaya yang sedang fokus dengan ponselnya melirik ke arah temannya yang bertanya.

"Gak enak badan tadi pagi," jawab Kanaya yang kembali fokus ke ponsel rose goldnya.

"Sayang banget!"

"Kenapa?" tanya Kanaya yang kembali melirik Denisa.

"Ada anak baru di kelas sebelas, dan ..."

Kanaya mengangkat alis nya sebelah bingung dengan apa yang dijelaskan Denisa, teman dari kecilnya itu.

"Dan, dan dia cool banget! Para cabe sekolah udah pada ngincer dia buat jadi gebetannya tau gak!" jelas Denisa sambil menyeruput minum nya.

"Ya terus? Yang buat gue rugi gak masuk apa?"

"Tau ah!" Denisa berdecak kesal sambil menghentakkan kakinya kencang. "Tunggu deh, kok mata lo sembab? Lo abis nangis? Kenapa?"

"Gak papa, gue baru bangun tidur tadi," elak Kanaya yang masih fokus ke ponselnya itu.

"Jangan bohong!"

"Marvin?..."

Gadis itu menoleh spontan.

Bagaimana dia tau tentang ini semua? Batin Kanaya yang masih menatap Denisa.



- unforgettable -



Hope you guys enjoyed with this story.

Makasih yang udah baca, vote dan comment nya jangan lupa :*

Gak jago buat cerita jadi maafin kalo gak masuk feelnya hehe :')

Thank You guys

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang