#30 》Hujan.

5.2K 258 7
                                    

"Bang, gue ikut ya?!"

"Gak, gak! Apaan lo, anak baru main ikut-ikut aja,"

"Gue bilangin mama ya, biar uang jajan lo di kurangin!"

Leo meringis mendengar ancaman dari Lio. Mendengarnya saja sudah ngeri, ia tidak bisa membayangkannya lagi jika uang jajannya benar-benar dipotong hanya karena tidak mengajak saudara kembarnya bermain ke mall.

"Yaudah ikut! Lo nanti tunggu kantin aja." Ujar Leo terpaksa.

Kelasnya dengan Lio memang berbeda. Leo masuk di kelas IPA, sedangkan Lio masuk kelas teknik. Kesukaan mereka berbeda, sifat mereka berbeda, kelakuan mereka juga berbeda. Hanya saja wajah dan kemampuan otak yang mereka miliki hampir sama.

Kini mereka ada di depan toilet, tidak sengaja bertemu. Padahal sepuluh menit lagi bel pulang berbunyi, dan seperti biasa, Leo menunggu suara bel itu dengan menghabiskan waktu di toilet yang jaraknya lumayan jauh dari kelasnya.

"Awas lo ninggalin gue!" Lio berucap lalu melangkah kembali ke kelasnya meninggalkan sang kakak yang masih diam berdiri sambil berkacak pinggang di depan toilet.

"Iye bawel lau!"

***

"Anjir seru filmnya tadi!" Seru Lio.

"Serem anjir dinosaurusnya!" Sahut Derren. "Itu yang main gue, Bryce Dallas!"

"Cakepan gue, Bryce Hall." Ujar Leo.

"Cakepan gue, Cameron Dallas." Lio ikut menyahut.

"Bacot!" Ucap Denisa menghentikan khayalan tiga sekawan itu. "Makan dimana, nih?"

"Terserah," jawab Alya sedangkan Carralie menggeleng.

"Gue kesana sebentar," ujar Kanaya sambil menunjuk arah yang ingin dituju. "Denada ikut, gak?"

"Enggak, gue disini aja."

Kanaya mengangguk, ia lalu berlalu dari kumpulan teman-temannya itu bersama Damar. Hingga akhirnya mereka berhenti dan mengantre di sebuah barisan orang-orang yang ingin juga membeli thai tea sama seperti Kanaya dan Damar.

"Gue aja yang antri," ujar Damar. "Kanaya tunggu di bangku itu aja."

"Gak papa?" Damar mengangguk. Tanpa berucap lagi, gadis itu melangkahkan kakinya ke arah bangku yang memang diharuskan untuk pembeli minuman berlambang gajah itu.

Damar melanjutkan antrinya. Barisannya berkurang perlahan dari depan, hingga lelaki itu sampai dimana ia memesan minuman yang diinginkan. Setelah lima menit lamanya menunggu, Damar akhirnya mendapatkan dua minuman itu. Ia membawanya menuju meja tempat Kanaya menunggunya.

"Ini," Damar meletakkan minuman milik Kanaya di hadapan gadis itu, kemudian ia ikut duduk di dekat Kanaya.

"Makasih." Ucap Kanaya langsung menyeruput minumannya. "Mau gak?" Tawarnya.

"Beli takoyaki dimana?" Tanya Damar seraya menusuk satu makanan yang ditawarkan Kanaya, lalu melahapnya.

"Disana," ujar Kanaya menunjuk tempatnya. Damar mengangguk paham. "Kak Damar, ikut makan nanti sama yg lain?"

Damar mengangkat bahunya. "Tapi gue belum lapar sih,"

"Sama. Gak usah, yuk!"

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang