#23 》nasi goreng

6.2K 286 13
                                    

"Kenapa bisa jadi kayak gini, sih?" Tanya Damar, wajahnya geram bercampur khawatir. Bagaimana bisa Calista dan gengnya berani menyakiti adiknya, ini semua tidak bisa ia biarkan. Kalau hanya cemburu karena Denada dekat dengannya, suatu saat nanti Kanaya dalam bahaya.

Damar mengompres pipi Denada yang memar dengan handuk basah. Sesekali Denada meringgis ketika tangan Damar menyentuk pelipisnya yang terkena cakaran para kakak kelasnya itu.

Malas menjawab, Denada hanya diam sambil memegangi pelipisnya. Damar yang malas menunggu Denada berbicara itu menoleh ke arah lelaki yang sedang berdiri di antara brankar Kanaya dan Denada.

"Apa?" Tanya Leo setelah merasa dirinya diperhatikan seperti itu. Tapi tak lama dia ber-oh ria mengerti dengan pandangan Damar. "Jadi begini, kak Damar, yang alisnya macam ulat bulu,"

Ucapan Leo barusan membuat Damar menajamkan tatapannya, "serius, Le-o-nar-do"

Leo menyengir kuda, ia memegang lehernya sambil berdeham, "jadi waktu gue mau ke lab fisika, saya mendengar something-something voice"

"Leo berniat untuk menegor keberisikan itu. Tapi, saat Leo yang ganteng ini otw mengintip dari jauh, Derren lewat jadinya ngintip duluan dia" ucapannya berhenti sebentar seraya mengambil napas untuk melanjutkan ceritanya.

"To the point, Leo!" Ketus Damar.

"Sabar dong mas-nyah!" Tutur Leo meraih segelas air mineral yang masih tertutup rapat. "Ternyata itu keributan berasal dari suara adik lo sama geng cabai. Gue liat adek lo disiram aer jeruk sama tuh cabai-cabaian, setelah itu Derren nyari lo dan Leo ganteng menghampiri keributan itu,"

"Bohong!" Potong Denada yang sedari tadi menyimak penjelasannya, "Kanaya dateng duluan"

"Oh iya lupa!" Sahut Leo menepuk keningnya. "Pas gue mau nyamperin mereka, eh mundur lagi pas ngeliat Kanaya maju duluan"

"Bodoh," desis Damar seraya berdecak.

"Yeh dengerin dulu mas-nyah! Leo menyimak dulu apa yang Kanaya ucapkan, setelah Leo melihat jodohnya Leo ditarik rambutnya, ya Leo langsung maju tuh, anjas!"

"Leo mau bilang kalau Denada adik abang Damar beralis tebal ini, tapi Denada gak mau. Ya Leo kan udah janji, jadi bingung mau ngungkapin semuanya atau tetap diam. Leo udah ancem mau ngaduin ke Pak Fernan, tapi dia ngancem balik bakal nyakitin Kanaya. Leo delima, bang Damar!"

"Dilema, astaga" sahut Denada dibalas cengiran oleh Leo.

"Sampai akhirnya seorang Damar, most wanted di sekolah, yang gantengnya gak melebihi seorang Leonardo datang," ujar Leo meneguk minumannya kembali.

"Leo ganteng melaporkan, sekian dan terima kasih" tambahnya ala-ala reporter yang ada di televisi.

"Gak guna cerita lo," tutur Damar membuat Leo dan Denada bingung. Leo mendelik, "hah?!"

"Derren ceritainnya sama kayak gitu, pas lo maju dan adu bacot, gue udah ada disana sama Derren"

"ALLAHUAKBAR! Kalo kayak gitu, kenapa lo nanya lagi, Kak Damar. Kakak tahu? Lo udah buat gue boros ngomong hanya dalam waktu lima menit kedepan!" Tutur Leo geram.

"Siapa tahu beda, ceritanya" celetuk Damar.

Denada hanya menahan tawanya melihat perubahan ekspresi Leo yang habis dikerjai oleh sang kakak.

"Jodoh gue gak bangun-bangun, ya? Tidur atau koit, ini?" Ujar Leo memandangi gadis yang tergeletak di brankar sebelah kanannya.

Ucapannya membuat Damar melemparkan handuk basah bekas kompresan ke arah Leo, "Sembarangan lo, kalau ngomong!"

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang