#29 》kembaran Leo.

5.1K 274 2
                                    

Damar memegang kening gadis yang sedang tertidur pulas itu lalu mengelus rambutnya pelan. Kanaya yang merasa ada sesuatu di kepalanya langsung membuka matanya perlahan dan mendapati lelaki yang sedang menyaksikan acara televisi dengan satu tangan yang mengelus kepalanya.

Ia menggerakkan tubuhnya, mengubah sedikit posisi tidurnya. Hal itu membuat Damar mengalihkan pandangannya dari televisi ke arah tempat tidur. Melihat Kanaya sudah bangun, lelaki itu mengubah arah pandang ke gadis itu seutuhnya.

"Kok bangun? Keberisikkan?"

Kanaya menggeleng, "gak papa, emang kebangun sendiri."

Lelaki itu mengangguk mengerti, kemudian Damar membantu Kanaya untuk duduk seraya membenarkan posisi bantalnya agar nyaman dijadikan senderan.

"Mau kemana?" Tanya Kanaya yang melihat Damar membuka pintu.

Damar yang ditanya itu hanya menoleh sembari tersenyum kemudian langsung keluar dari kamar. Gadis itu berdecak ketika tidak ada jawaban apapun yang Damar katakan sebelum ia keluar dari kamarnya. Untuk mengisi kebosanan, Kanaya meraih ponsel rosegold yang sedang di charger itu lalu mencabut sambungan kabel yang tadinya terhubung ke stopcontact.

Ia membuka aplikasi line dan ternyata banyak yang mengirim pesan kepadanya, semacam pertanyaan. Sakit apa? Kok bisa?. Itu bukan hal baru baginya, Kanaya sering jatuh sakit, tetapi temannya selalu bertanya seperti itu, padahal jawaban Kanaya pun tetap sama seperti sebelumnya.

Tanpa membalas satu-satu dari jalur pribadi, gadis itu langsung mengklik satu grup yang berisi teman-teman dekatnya dan mengetik beberapa kata, 'sakit kayak biasa, gue gak papa'.

Kanaya tersentak ketika merasakan ponselnya ditarik. Siapa lagi kalau bukan Damar yang entah sudah berapa lama ia kembali sejak tadi dia keluar kamar.

"Serius banget, sampe gak nyaut tadi dipanggil!" Ujarnya sambil memegang sepiring nasi dibaluri sayur bayam dan beberapa lauk, seperti; tempe dan ayam goreng yang ada di pinggirnya. "Makan dulu,"

Kanaya pun membuka mulutnya menerima suapan dari Damar. Setelah habis, lelaki itu meletakkan piring di atas nakas lalu ia kembali duduk di kursi yang ada di sebelah kasur Kanaya.

"Masih pusing gak?" Tanya Damar setelah mengecek suhu tubuh Kanaya dengan punggung tangannya.

Kanaya menggeleng. "Kak Damar, makasih ya,"

Lelaki itu tersenyum miring. "Makasih terus, gak cape?"

Memang dari kemarin Kanaya selalu mengucapkan terima kasih lepas Damar melakukan sesuatu kepadanya, seperti tadi. Tidak disangka, seorang kakak kelas yang tidak pernah berteman sekalipun, kini malah menjadi penolongnya di waktu sedang bersedih.

Damar meraih ponselnya yang berdering dan melihat layar bertuliskan 'Kak Rezky'. Dengan segera, Damar menggeser tombol hijau kemudian menempelkan layar ponsel di telinga sebelah kirinya.

"Halo?"

"Gimana Kanaya?"

"Panasnya udah turun, lo kapan balik?"

"Malem ini, gue nitip ya Mar,"

"Ho'oh santai, yaudah gue tutup ya."

"Oke thanks,"

Damar memutus panggilannya. Kanaya memandang Damar seperti ingin bertanya sesuatu. "apa?" Tanya Damar.

"Kak Rezky, ya? Katanya apa?"

"Dia pulang malem ini, gue disuruh tetep jagain lo," ujar Damar sambil mengutak-atik remot televisi. "Jadi kalo lo mau apa-apa, bilang sama gue."

Kanaya mengangguk paham. "Maaf udah banyak ngerepotin kakak,"

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang