"Kanaya tunggu!"Gadis berseragam SMA itu menoleh ke belakang arah gerbang sekolah dan melihat temannya yang sedang kesusahan berlari karena bawaannya yang cukup banyak.
"Aduh capek!" keluh Denisa yang akhirnya sampai di samping temannya itu. "Bantuin dong, Nay!"
"Sini." Kanaya meraih tas jinjing berukuran kecil yang ada di tangan kanan Denisa dan kembali melangkahkan kakinya. "Ribet! Bawa apaan sih?"
"Ini, gue bawa bahan buat praktek tata boga."
"IPS b aja," gumam Kanaya.
"Tau deh yang anak IPS!"
Mereka meneruskan langkah yang sampai akhirnya berpisah di tangga perbatasan kelas IPS dan tata boga.
"Ini," ucap Kanaya memberikan tas jinjing ke Denisa.
"Oh iya thanks Nayy!" jawab Denisa mengambil tasnya dari Kanaya.
Kanaya yang menganggukan kepala nya dan segera menaiki beberapa anak tangga untuk sampai di kelasnya.
Setelah sampai di lantai dua, Kanaya berjalan di sepanjang koridor melewati kelas ipa yang terletak sebelum kelas ips.
Langkahnya terhenti ketika melihat kebawah lapangan. Pandangan nya terfokus pada seseorang yang sedang dikerubuni banyak siswi.
"Kanaya!" Seseorang menyentuh bahunya membuat gadis yang tadinya sedang melihat kegaduhan di lapangan menoleh kebelakang.
"Lo kenapa kemarin gak masuk?"
"Sakit," jawabnya dan kembali menoleh ke bawah. "Itu ada apa sih?" Tanya-nya risih.
"Oh itu paling ada anak ipa yang baru masuk kemarin."
"Se-famous itu kah?" tanya Kanaya yang heran karena sampai dikerubuni siswi-siswi.
"GANTENG BANGET NAY!" ucap Alya yang sedikit mengencangkan suaranya dan pandangannya kembali beralih ke kegaduhan yang ada di lapangan.
Kanaya hanya mengangkat satu alisnya dan langsung pergi meninggalkan Alya yang masih memperhatikan siswa baru itu dari koridor atas.
***
"Nay, Nay, anterin gue ke toilet yuk mules nih!"
"Males."
"Ah tapi gue udah kebelet banget Nay!"
"Sstt berisik!"
"Jangan salahin gue kalo bau di sini ya?" gerutu temannya lagi. "Ayukk Nay ihh!"
"Alya, Kanaya! Ada apa?" tegur Bu Dina, guru sejarah yang sedang menjelaskan itu.
"Lo sih!" Kanaya berdecak.
"Ng-anu bu, sa-saya izin toilet ya? Mules, udah diujung nih." Alya memegang perutnya.
"Eh, yaudah sana! Dari pada keluar disini," cetus Bu Dina.
"Makasih bu, ayuk Nay!" ucap Alya yang langsung menarik tangan Kanaya.
Mereka pun keluar dari kelas dan berjalan ke toilet yang berada tak jauh dari kelas IPS I.
"Loh pak, ini ada apa ya?" tanya Alya yang melihat petugas sedang membetulkan WC disana.
"Maaf non, WC nya rusak. Untuk sementara bisa ke toilet kelas IPA aja ya?" jelas petugas yang sedang membantu temannya membetulkan WC.
"Oh yaudah makasih ya pak," ucap Alya yang langsung menarik tangan Kanaya lagi dan berjalan ke arah toilet kelas IPA. "Ayuk Nay!"
"Tunggu ya," ucap Alya yang langsung berlari masuk ke toilet.
Kanaya tertarik untuk membaca salah satu mading yang ada di samping kelas IPA II. Gadis itu berjalan ke arah kelas itu dan membaca satu persatu mading yang di tempel di papan. Sampai akhirnya ia mendengar suara guru yang sedang menjelaskan tentang sel.
"Woi, lo ngintip apaan?" tanya Alya yang tiba tiba ada di belakangnya.
"Sekarang siapa yang bisa menjelaskan, sel pertama kali dinyatakan oleh siapa? Silahkan angkat tangan yang bisa," ujar guru yang sedang menjelaskan di kelas IPA II itu.
"Yaelah itu mah gampang pertanyaannya," ucap Alya sambil melipat tangan di dadanya. "Gue tau, pasti Jo.. Jo-Johannes!"
Dilihat ada seseorang mengangkat tangannya bertanda ingin menjawab. "Johannes Purkinje bu!"
"Nah pinter!" Alya menjentikan jari nya karena ada yang satu pemikiran dengannya.
"Salah, ada lagi?"
Kanaya melirik ke arah Alya yang sedang menyengir sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal sama sekali dan hanya bergumam "Hehe..."
"Robert Hooke," sahut salah satu siswa tanpa mengangkat tangannya membuat seluruh siswa tanpa terkecuali termasuk Kanaya dan Alya yang ada di luar kelas menoleh ke arah suara.
"Kenapa kamu bisa jawab Robert Hooke, Damar?" tanya guru itu lagi.
"Penemuannya akan sel terjadi pada tahun 1665, ketika meneliti sayatan gabus dari batang Quercus Suber menggunakan mikroskop. Saat pengamatan itu dia menemukan adanya ruang-ruang kosong yang dibatasi dinding tebal pada batang Quercus tersebut."
"Robert Hooke menyebut ruang kosong itu sebagai cellulae, artinya sel." Tanpa melihat buku, cowok itu dapat membuat seisi kelas tercengang mendengar jawabannya, termasuk Kanaya dan Alya yang sedang mengintip dari luar.
"OMG! Pacar gue subhanallah." Alya memekik girang.
"Berisik." Kanaya menutup mulut Alya.
"Liat Nay!" Dengan mata yang berbinar. "Udah ganteng, pinter lagi."
"Tapi sayangnya dingin banget, sama kayak lo setiap ngobrol sama orang belum kenal," lanjut Alya yang mengerucutkan bibirnya.
Kanaya memutar bola matanya malas dan menarik paksa tangan Alya untuk kembali ke kelasnya lagi. "Udah, ayo!"
- unforgettable -
Feelnya belum dapet juga :(
sok banget gue jadi anak ipa hahaha, jadi kalau ada salah kata atau apa maafin wkwk.
Makasih buat yang udah baca dan vote ^^
Yang belum vote, mari di vote hehe.
Kalo ada typo atau kesalahan, comment aja yaa :)
Thank You ❤
![](https://img.wattpad.com/cover/128238614-288-k352082.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
unforgettable [COMPLETED]
Fiksi Remaja"Tell me how to forget someone loved" ~ UNFORGETTABLE by. itsmefadhlh [COMPLETED] ● RANK ● #289 in Teen Fiction (05/07/18)