#14 》sakit

6.9K 292 9
                                    

Happy Reading!

.
.
.
.
.
.

"Udah, turun" tutur Damar yang sudah kewalahan.

Namun tak ada respon sedikit pun dari gadis itu. Hanya terdengar dengkuran kecil membuat Damar menoleh sedikit ke samping.

"Eh? Tidur?"

Mereka telah sampai di Vila. Suasana di Vila itu sudah sangat sepi, semua peserta dan panitia sepertinya sudah terlelap dikarenakan kegiatan sebelumnya yang membuat semua lelah. Termasuk Kanaya yang sudah tertidur di punggung Damar, gadis itu mungkin lebih lelah dari pada semua peserta.

Sebelumnya lelaki itu mendudukkan Kanaya di sebuah bangku yang ada di sekitar beberapa kamar. Kemudian lelaki itu mengangkatnya lagi benar-benar ala bridal style dan melangkahkan kakinya kembali.

Damar mengetuk pintu sampai akhirnya pintu itu terbuka.

"Apaan si-" ucapannya terhenti ketika melihat siapa yang datang.

Gadis itu memicingkan matanya untuk memperjelas pengelihatannya. Ya, ternyata penglihatannya tak salah. Dia adalah orang yang ditunggu sedari tadi.

"KAN--"

"Sstt! Biarin dia tidur, minggir" ketus Damar yang langsung berjalan masuk ke dalam tanpa menunggu izin dari penghuninya.

Damar merebahkan tubuh gadis itu di tempat tidur, menyingkirkan rambut yang menutupi wajah cantiknya dan melepaskan sepatu sandal yang dipakai gadis itu.

"Lo ada obat merah?" Damar menoleh ke arah Carralie.

"A-ada! Tu-tunggu sebentar" Gugupnya dan langsung mencari obat itu di kopernya.

"Terus ambil handuk kecil sama air" tutur Damar.

"Iya"

Damar yang sedang menunggu obat merahnya beralih lagi pada wajah gadis yang sedang tertidur itu. Rambut yang di singkirkan dari wajah gadis itu membuatnya sadar bahwa Kanaya adalah Natasha yang selama ini ia cari, Natasha yang selama ini menunggunya dan yang selalu merindukannya.

Gadis yang selalu dia lindungi ketika perpisahan itu belum terjadi.

"Kak Damar!" Lamunannya buyar ketika mendengar namanya dipanggil.

"Oh iya, mana?"

"Ini" Carralie memberikan kotak P3K, semangkuk air dan handuk kecilnya.

Damar mengambilnya dan pertama yang dilakukannya adalah membersihkan wajah gadis itu dengan handuk basah.

Fix ini mah emang bener Natasha!. Ucap Damar dalam hati.

Setelah wajahnya sudah bersih Damar pindah ke luka di kaki yang sudah terbaluri darah kering. Sebenarnya darahnya sudah dibersihkan olehnya tadi sebelum pulang ke Vila, tetapi mungkin darahnya masih mengalir karena luka yang ada di kaki Kanaya itu tidak kecil.

Ia mengoleskan obat merah tepat pada lukanya. Carralie saat ini seperti sedang menonton film ber-genre romance secara live. Gadis itu hanya bisa diam, takjub melihat temannya diperlakukan secara lembut dengan seseorang yang menjadi incaran para siswi di sekolahnya.

Sampai akhirnya gadis yang sedang terbaring itu meringgis merasakan perih di kakinya.

Damar dan Carralie yang menyadarinya langsung tersenyum menunggu gadis itu membuka matanya.

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang