#10 》saung

6.1K 312 14
                                    

"Lo beneran gak tahu Tasha dimana? Kabarnya gitu? Kan lo sama-sama di Indonesia."

Ray membeku seketika, ia diam, entah apa yang dipikirkan. Sepertinya pertanyaan yang baru saja Damar lontarkan itu membuatnya bingung harus menjawab apa.

"Kok ngelamun?"

Tidak ada balasan dari Ray. Damar memandang temannya yang sedang melamunkan sesuatu itu.

"WOI!" teriak Damar sambil menepuk tangannya kencang.

"Hah? Gak, gak, gak tau." ucap Ray gelagapan.

Damar mengerutkan dahinya.

"Kenapa lo tiba-tiba bengong gitu?"

"Kepo banget ya?" Balas Ray.

Damar berdecak.

"Udah ah gue ke kamar, ngantuk." gumam Ray yang langsung berdiri.

Damar hanya berdeham dan memandang punggung temannya yang semakin lama menjauh, kemudian ia menoleh ke arah gadis yang sedang duduk menghadap api unggun sambil fokus memainkan ponselnya.

"Bener deh, kenapa gue ngerasa ada yang sama ya kalo ketemu sama tuh cewek?" Gumamnya pelan.

Laki-laki itu beranjak dari tempat yang ia duduki dan berjalan ke bangku yang ada di dekat deretan kamar. Ia meraih earphonesnya dan memejamkan matanya.

Damar memang suka suasana sepi. Dimana pun ia berada, dia tidak akan lupa untuk membawa benda kesayangannya selain gitar. Laki-laki itu selalu mencari tempat yang jauh dari keramaian dan mendengarkan lagu-lagu kesukaannya agar ia merasa tenang.

Matanya terbuka dengan cepat ketika merasakan earphones nya ditarik oleh seseorang. Laki-laki itu menyatukan alisnya ketika melihat temannya, Brian, ekspresi wajahnya sudah tidak bisa dideskripsikan lagi.

"Apa?" Kesal Damar yang merasa terganggu dengan kedatangan Brian.

"Apa-apa! Earphones gue dicibet, tuh punya lo." celetuknya dan memberikan earphones milik Damar.

"Iya apa?" Tanya laki-laki itu memastikan.

"Pake nanya, liat tuh sendiri!"

Damar mengambil benda yang diberikan Brian dan melihat disekitar benda itu ada tanda yang menandakan earphones itu adalah miliknya.

Ia tersenyum lalu menoleh ke arah Brian dan bergumam pelan, "pantes, tadi ada bau-bau penyakit gitu."

"Kampret lo!" Brian memukul lengan Damar dengan earphones nya lalu pergi dari hadapan temannya yang masih tertawa karena kesalahannya sendiri.

Perlahan tawanya memudar, ekspresinya berubah penuh dengan ketakutan.

"Yah kuping gue udah gak suci lagi dong ya?" Gumamnya sambil memasang earphones nya dan kembali memejamkan matanya.

Lagi-lagi matanya terbuka ketika merasakan ada seseorang menginjak kakinya.

"Apa lag-" ucapannya terhenti ketika melihat siapa yang tidak sengaja menginjak kakinya.

"Sorry. Makanya kalo duduk, kakinya jangan ngalangin tempat!" Tutur Kanaya kemudian pergi dari hadapan Damar.

"Emang iya ya?" Gumamnya pelan.

Dengan masa bodo, cowok itu memejamkan matanya lagi.

***

Matanya terbuka melirik ke sebelah tempat tidurnya dan melihat temannya masih tertidur sangat pulas, dilihatnya jam masih menunjukkan pukul setengah lima pagi.

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang