Happy Reading!
.
.
.
.
."Awh, apaan sih!" Rintih gadis itu.
Wajahnya memerah, rasa kesal dan rasa sakitnya bercampur aduk ketika seseorang mendorong hingga punggungnya tersender ke dinding.
Sakit. Itulah yang dirasakan gadis cantik itu. Tapi sayangnya, amarahnya melebih rasa sakitnya. Dia membalasnya, mendorong lawannya dan melakukan hal yang sama.
"Lo pikir, gue secupu itu, gak bisa bales lo?" Ketus gadis itu.
Baru saja ingin menamparnya, tangannya tertahan oleh seseorang. Dua orang datang dan langsung menghalangi gadis itu agar tidak membalas temannya.
Bukan. Mereka bukan melerai, mereka membela temannya yang tersungkur di dinding.
"Lo gak pa-pa, Cal?" Tanya salah satu temannya.
"Pegangin dia"
Perempuan itu bangun dan menghampiri gadis yang sudah tertahan oleh dua orang.
"Siapa nama lo? De- Denada!" Tuturnya sambil memegang dagu gadis itu. "Nama lo, Denada, kan?!"
Dia terkekeh. "Cabe!"
Mereka berada di lorong arah taman belakang Alaska. Jarang warga sekolah mengunjungi jalan itu. Apa lagi, sekarang sudah sore. Hampir sembilan puluh persen, siswa-siswi sudah pulang dari sekolah.
Denada mengepalkan tangannya, mendengar satu kata yang baru saja dilontarkan untuknya. Amarahnya sudah meningkat, ingin sekali ia mengeluarkan semua kata-kata kasar sekarang juga. Sayangnya, keluarganya adalah keluarga terhormat, keluarga yang mempunyai adab dan sopan santun, keluarga yang berpendidikan.
"Apa mau lo? Kayaknya kita kenal juga enggak, ada urusan juga enggak!" tutur Denada, emosinya masih terkontrol.
"Gue kenal lo, kok. Yang setiap hari jalan sama Damar, cari perhatian sama Damar, ngejar Damar terus dan lo cewek kegatelan" tutur Calista kemudian menarik rambut gadis itu. "Lo deketin Damar, berarti lo ada urusan sama gue"
Denada tersentak. Dia tak menyangka, penggemar kakaknya itu benar-benar sangat fanatik. Oh, salah, melebihi fanatik. Mungkin sudah gila.
Senyuman sinis terukir di wajah cantiknya yang kini sudah kacau. Sebuah ide muncul di otaknya.
"Oh, ya? Kalo Damar maunya sama gue, gimana?" Balas Denada. "Lagian lo kelas berapa sih?"
"Kelas dua belas, ya? Wah, ketuaan. Damar masih kelas sebelas, cocokan sama gue yang masih kelas sepuluh" tambahnya.
"Bocah aja belagu, lo" ketus Calista menampar pipi gadis itu. "Belajar dulu yang bener, baru jadi cabe"
Denada merintih, dia spontan memegangi pipinya.
"Punya kaca gak? Mau gue bawain, besok?" Tutur Denada dengan nada tenang. "Lo tua, tepi kelakuannya kayak bocah!"
Calista lagi-lagi menarik rambut Denada dan menamparnya.
Sudah cukup. Sudah cukup dia menahan emosinya, ingin sekali dia mengeluarkan kata-kata yang pas untuk cewek kurang ajar itu.
"Alaska gak butuh siswi kayak lo, di sini, tempat untuk orang-orang yang memakai otaknya untuk berfikir" ucap Denada menekan kata-katanya sambil menyentuh kening Calista dengan jari telunjuknya.
Calista yang geram dengan ucapan Denada itu berniat untuk menamparnya lagi. Sayangnya tangannya ditahan oleh seseorang yang baru saja datang.
"Childish banget, sih? Ngelawan adik kelas yang gak punya salah apa-apa" tuturnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
unforgettable [COMPLETED]
Ficção Adolescente"Tell me how to forget someone loved" ~ UNFORGETTABLE by. itsmefadhlh [COMPLETED] ● RANK ● #289 in Teen Fiction (05/07/18)