"Berapa hari lo sama Denada disini?"
"Seminggu lagi," Ray mengangguk paham.
Kini Damar, Ray dan Brian sedang berada di ruang televisi yang ada di lantai dasar. Mereka asyik mengobrol sambil mencicipi beberapa makanan ringan dan softdrink yang tadi mereka beli di super market. Hanya dengan berkumpul menurutnya sudah asyik, tanpa ada barang elektronik yang dapat mengalihkan perhatian masing-masing dari mereka. Sesekali Damar memainkan gitar lalu kedua temannya itu menyahut, ikut bernyanyi bersama.
Bisa dibilang, sekarang adalah reuni karena sudah lumayan lama mereka tidak berkumpul seperti ini. Kepindahan Damar dulu tidak menjadikan mereka lupa akan pertemanan yang sudah dijalani dari kelas tiga SD dulu. Walaupun dulu sempat kehilangan kontak Damar, Brian dan Ray selalu mencari informasi tentang sahabat satunya itu entah bagaimana caranya.
"Kanaya belum tahu semuanya?"
Damar menggeleng, yang mengisyaratkan belum. Brian mengangguk paham, begitu juga dengan Ray yang sudah paham tanpa perlu Damar jelaskan.
"Eh btw, gak ada nyokapnya Kanaya, kan?" Tanya Brian panik.
"Gak ada, kenapa emang?" Damar menjawab.
"Bisa diusir anjir kita! Parno gue gara-gara waktu itu disirem aer panas ama die,"
Damar melongo, tidak mengerti maksud ucapan Brian. Sedangkan Ray mengangguk menyetujui ucapan Brian.
"Setelah Kanaya kecelakaan dulu, tante Gina udah gak ngizinin kita main sama Kanaya. Disitu foto-foto lo sama Kanaya udah dibuang semua, makanya Kanaya sampe sekarang belom inget-inget kan, muka seorang Marvin. Padahal sekarang tinggal serumah, hahaha!" Papar Ray.
"Ho'oh, makanya kita udah gak terlalu deket sama Kanaya. Kontak kita semua didelete sama dia." Sambar Brian ikut menjelaskan.
"Oh,"
"Najis 'oh' doang," Ray mendengus.
Damar terkekeh, dia kembali memetik gitarnya membuat kedua temannya menikmati petikan senar yang Damar buat.
"Kak Damar, kak Ray, abang Shawn, eh- kak Brian maksudnya ... kita pulang duluan ya," ucap Carralie yang sudah berdiri bersama Alya dan Denisa di belakang ketiga cowok itu.
"Iya," ujar Damar dan kedua temannya hanya mengangguk.
"Dadah, Shawn Mendes Indo!" Carralie melambaikan tangannya ke arah Brian. Lelaki langsung tersenyum memperlihatkan giginya lalu membalas lambaian tangan dari Carralie sambil berucap, "hati-hati!"
Sosoknya memang sudah tidak terlihat, tapi suaranya yang melengking hingga terdengar ke dalam rumah. Brian yang mendengarnya hanya terkekeh sedangkan Ray dan Damar berdesis sambil menutup kedua kuping mereka.
"Gila, fans lo Yan! Macem toa masjid." Kata Ray.
***
"Thanks bro!" Ujar Brian sambil bersalaman ala cowok dengan Damar dan disusul oleh Ray melakukan hal yang sama.
"Yoi, sama-sama!"
Kini Ray dan Brian sudah pamit pulang dari rumah Kanaya. Damar mengantar kedua temannya itu hingga depan pagar.
Setelah mobil hitam Brian tak terlihat lagi, Damar menutup pager lalu kembali masuk ke dalam hingga ia mendapati Kanaya dan Denada yang sedang asyik menikmati es krim mangkuk di meja makan.
"Udah reuniannya?" Tanya Denada yang dijawab anggukan oleh sang kakak.
Damar menarik kursi yang ada di depan Denada. Setelah duduk, lelaki itu menarik mangkuk berisi es krim vanila dan coklat milik Denada kemudian mencicipinya. Baru ingin menyendok yang kedua kalinya, mangkuk tersebut sudah ditarik lebih dulu oleh Denada.
KAMU SEDANG MEMBACA
unforgettable [COMPLETED]
Novela Juvenil"Tell me how to forget someone loved" ~ UNFORGETTABLE by. itsmefadhlh [COMPLETED] ● RANK ● #289 in Teen Fiction (05/07/18)