#41 》foto

3.6K 196 12
                                    

Hari ini adalah hari terakhir mereka bersekolah sebelum libur panjang tiba. Murid Alaska berhasil menjalankan ujian akhir dengan lancar, seratus persen siswa naik ke kelas lanjutan berikutnya. Semua siswi yang sedang berlalu lalang berhasil dialihkan perhatiannya oleh lelaki yang sedang berlari mengejar seseorang di luar sekolah.

"Kalo lari kayak gitu makin ganteng!"

"Bawa-bawa jaket lagi, aduh ya ampun.."

"Dia lari ngejar masa depan kami,"

Kalimat terakhir itu membuat seorang siswi menjatuhkan buku paket yang kurang lebih terdapat seribu halaman ke atas kepala temannya itu.

Gadis yang melihat pekikkan teman seangkatannya itu sudah menebak kalau mereka melihat kekasihnya. Kanaya melangkah sedikit lebih maju dari gerombolan siswi centil itu, dan menemukan Damar yang baru saja masuk ke dalam mobil berwarna putih.

Kanaya merasa aneh. Biasanya lelaki itu menghampiri dirinya meskipun mereka tidak pulang bersama. Karena sangat penasaran gadis itu menghentikan satu motor yang baru saja keluar dari area sekolah. Beruntung itu adalah motor Jojo, teman sekelasnya yang sangat rela apabila direpotkan satu kelas.

"Jo, anterin gue jo!" Ujarnya sebelum duduk di belakang Jojo. "Ikutin mobil itu, cepet!"

"Ih ngapain atuh?! Jojo teh mau pulang, Naya minta tolong yang lain we." Tolak Jojo, memang lelaki itu terlihat buru-buru.

"Nanti gue teraktir bakso, mie ayam, somay batagor, soto!" Ujar Kanaya masih berusaha.

"Wah, boleh kalo itu teh. Hayuk atuh!" Mata Jojo berbinar ketika mendengar ke-empat jajanan kantin yang tadi Kanaya sebut.

"Ya, ayuk Jo! Jalanin motornya!" Ujar Kanaya geregetan. Jojo menepuk dahinya, "oh iya! Oke, berangkat! Kanaya pegangan ya."

🍁🍁🍁

Gadis berambut panjang itu kini merenung di meja belajarnya, memikirkan kejadian tadi siang. Pertanyaannya di otaknya hanya, kemana lelaki itu pergi?.

Kanaya menghela napasnya, ia memaklumi, jika lelaki itu masih pergi, mungkin dia belum sempat mengabarinya. Gadis itu masih mencoba menunggu sambil memainkan komputernya.

Tanpa Kanaya sadari, seseorang telah masuk ke dalam kamarnya.

"WOI BENGONG DIH!"

Gadis itu tersentak mendengar suara Rezky ditambah pukulan di meja belajarnya. "KAKAK!" Teriak Kanaya kesal.

Rezky terkekeh. "Kenapa?" Satu pertanyaan itu membuat Kanaya bingung ingin menjelaskan darimana.

Seperti biasa, sebagian masalah dari Kanaya dulu selalu ia ceritakan pada Rezky. Kakaknya itu seperti sahabatnya juga, sering kali Rezky memberikan Kanaya masukan yang ternyata memang berdampak baik pada hasilnya.

Dan menurut Kanaya hal ini tidak perlu diceritakan pada kakaknya itu. Tetapi ternyata ucapan Rezky selanjutnya membuat Kanaya bergeming.

"Kok Damar tumben, gak ke sini?"

"Emang harus setiap hari ke sini?" Tanya Kanaya berusaha membuat Rezky menaikkan satu alisnya. "Ada masalah ya?"

Sekarang Kanaya-lah yang bungkam. Entah ia harus menceritakan tentang telepon itu pada Rezky atau tidak, yang jelas Kanaya memang belum tau yang sebenarnya.

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang