#38 》problem

3.7K 219 5
                                    

"Makan," ujarnya.

Kanaya tampak terlihat tak bersemangat dan banyak pikiran, hingga makan siangnya hanyak diacak-acak saja.

"Hey, kenapa sih? Makanannya gak enak?"

Gadis itu menoleh sekejap ke arahnya, kemudian ia menggeleng. Jelas itu membuat Damar bingung.

"Terus kenapa? Cerita coba."

"Mama kemarin telfon aku lagi." Gumam Kanaya, membuat Damar semakin penasaran. "Terus dia minta maaf sama aku,"

"Kamu jawab apa?" Tanya Damar lagi seraya menyedot minumannya.

"Aku langsung matiin. Aku belum bisa maafin dia, Kak." Ucap Kanaya lirih. "Aku juga gak mau ikut dia ke London."

Damar mengernyit. "London?"

Gadis itu mengangguk. "Mama ngajakin aku buat tinggal di London, tanpa Kak Rezky. Karena dia tahu, Kak Rezky gak akan mau ikut mama."

Rezky dan Gina—mamanya, memang tidak pernah menjalin hubungan baik. Seperti Kanaya, Rezky masih belum terima papanya menikah dengan Gina. Ditambah lagi Gina-lah yang menyebabkan papanya pergi jauh dari dia dan Kanaya.

Salah satu alasan Kanaya menolak ajakan mamanya yaitu Damar. Kanaya memiliki Damar. Ia tidak mau lagi jauh dari salah satu orang yang disayangnya dan yang menyayanginya.

"Kanaya, apa aku salah satu alasan kamu menolak untuk ikut mama kamu?" Kini Damar menatap mata Kanaya sangat dalam, sampai-sampai Kanaya tidak bisa bergerak mengalihkan pandangannya sedikit pun. "Kalau iya, misalnya kamu mau ikut kesana, gak apa-apa. Bukan hak aku larang kamu, yang penting kamu jaga diri baik-baik aja."

Kanaya menggeleng, akhirnya usaha untuk mengalihkan pandangannya kini berhasil. "Kanaya gak mau."

"Kenapa?"

Sebenarnya ada rasa yang mengganjal ketika ia menolak mamanya untuk ikut ke London. Rasa rindu itu memang masih ada, tapi Kanaya berusaha untuk tidak memikirkan lelaki itu lagi. Kini ia harus bisa menggantikannya dengan lelaki yang ada di hadapannya sekarang.

🍁🍁🍁

Leo menikmati malamnya dengan termenung di balkon kamar. Ia menggeser satu per-satu foto yang ada di galeri ponselnya.

Rasanya tetep aja. Batinnya.

Banyak panggilan tak terjawab dari Derren dan Denada. Jujur ia sangat malas untuk melakukan apapun. Rasanya ia hanya ingin diam seperti sekarang tanpa ada yang mengganggunya.

Suara ketukan pintu terdengar, Leo lantas berdecak dan berjalan dengan gontai lalu membuka pintu kamarnya. Ia terkejut ketika melihat siapa yang sudah berdiri di depan hadapannya.

"Adik gue mana?" Tanya lelaki itu datar.

Leo mengernyit, mencerna pertanyaan lelaki itu.

"Emang belom pulang?" Leo bertanya balik.

Dia menatap Leo dengan tatapan tajamnya. "Bukannya sama lo? Terus kenapa sekarang lo udah pulang, tapidia belum?"

Lelaki yang berpakaian lusuh seerti bangun tidur itu menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Sorry kak, tadi gue emosi..." gumam Leo.

"Terus?"

"Gue suruh pulang sendiri. Tapi gue gak ngira kalo dia belom pulang." Jelas Leo terbata.

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang