#26 》pameran.

4.7K 288 1
                                    

Bingkai-bingkai berisi foto yang diambil oleh fotografer handal banyak yang terpajang di sana. Lensa kamera Damar maju mundur mengukur jauh dekat pada objek yang ia incar. Setelah fokus, Damar menekan tombol yang ada di bagian atas kamera hingga terdengar suara, cekrekk.

Sudah sekitar satu setengah jam mereka berada di dalam ruangan yang berisi banyak foto. Di bagian kanan, Kanaya sedang asyik melihat beberapa foto yang menurutnya unik. Gadis itu berjalan pelan, sesekali berhenti untuk mengamati isi di bingkai foto. Baru pertama kali ia datang ke tempat seperti ini. Tak menyangka bahwa dalam satu ruangan ini terdapat lebih dari seratus bingkai yang dapat mempamerkan karya orang-orang yang handal dalam mengambil foto.

"Kanaya!" Spontan Kanaya menoleh mendengar namanya dipanggil.

Cekrekkk.

Damar menjauhkan kamera dari wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Damar menjauhkan kamera dari wajahnya. Dia lalu berjalan menghampiri Kanaya yang terlihat kesal.

"Bagus tahu hasilnya," ucap Damar sambil menunjukkan hasil jepretannya.

Hampir saja kameranya ingin dirampas oleh Kanaya. Untung Damar langsung menjauhkan benda milik temannya itu.

"Delete!" Damar tersenyum miring, "enggak!"

"Itu kamera orang, kak Damar!"

"Biarin aja! Orang gue yang beliin." Cih! Pamer sekali dia.

Sambil terkekeh Damar mengacak-acak pucuk pala gadis itu. Sekarang tangan kanannya merangkul Kanaya lalu mengajak Kanaya keluar dari ruangan itu. Sudah cukup lama mereka di tempat pameran, kini waktunya untuk pulang. Pasti Denada sendirian disana, sepertinya Ray dan Revan sudah pulang lebih dulu membawa mobil sportnya. Karena Damar tahu, teman yang satunya itu pintar sekali mencari kesempatan dalam kesempitan.

Kini mereka sudah dalam perjalanan pulang. Tapi Kanaya sedikit kaget karena tiba-tiba Damar memberhentikan motornya di pinggir jalan. Setelah mengganjal motornya dengan benar, lelaki itu berjalan ke tempat yang dihiasi dengan banner yang bertuliskan 'Nasi Goreng Pak Amir'. Damar menarik tangan Kanaya agar duduk di depannya.

"Makan dulu, lo belum makan malem." ujar Damar lalu bangkit dari tempat duduknya untuk memesankan nasi goreng untuk keduanya. Tak lama lelaki itu duduk lagi di hadapan Kanaya. "Tapi kan tadi baru aja makan,"

"Beda. Lo sehari ini baru sekali makannya, nanti sakit lagi, mau?"

Setelah beberapa lama mereka beradu suara, akhirnya tukang nasi goreng itu datang sambil membawakan dua piring berisi nasi berwarna coklat dengan beberapa toping semacam telur dadar.

"Makasih pak," ujar Damar. Tukang nasi goreng itu hanya tersenyum lalu kembali ke tempat dia memasak lagi.

Damar memperhatikan Kanaya yang masih memainkan sendok dan garpu yang ada pada genggaman gadis itu. Karena geram, lelaki itu menarik piring Kanaya hingga sendok dan garpu itu ikut terbawa. Gadis itu bingung dengan apa yang Damar lakukan. Tadi dia menyuruhnya untuk makan, sekarang makanannya malah dirampas, malah kali ini Damar sedang menyendok makanan punya Kanaya.

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang