#51 》tell me you love me

3.6K 187 15
                                    

Dia menangis dalam pelukan lelaki itu. Merasa gagal mencari apa yang harus ia cari, kini Kanaya merasa tidak ada manfaatnya ia pindah ke London.

Hanya untuk melupakan orang yang belum terlupakan. Kanaya tidak bisa menahan air matanya lagi, pertahanannya runtuh begitu saja dalam pelukan Ben.

"Stop crying babe, please!" Ben terus menenangkan Kanaya.

"Aku kangen sama papa, Ben..." lirihnya masih terisak. Air matanya masih terus mengalir, matanya mulai sembab karena tangisannya tak kunjung berhenti. Ben hanya bisa memberikan ia pelukan dan sandaran yang memang selalu ada untuknya. "Aku mau ketemu papa. Aku yakin papa masih ada, Ben."

Ben melepas pelukannya. Kini ia menangkup kedua pipi Kanaya, menatapnya dalam. "Kamu gak boleh nangis, okay? Kanaya kuat!"

Nangis aja kalau itu bisa membuat lo tenang.

Dua pernyataan itu sangat berbeda dan di ungkapkan oleh orang yang berbeda juga. Yang satu ingin membuat dirinya lebih lega dan merasa tenang, sedangkan yang satu lagi ingin membuatnya sadar kalau ia harus menjadi orang yang kuat.

Dua orang yang menurutnya mempunyai perasaan yang sama padanya dan Kanaya hanya membalas perasaan pada salah satu darinya yang kini harus ia lepas perasaan itu dan mencoba membalas perasaan yang kedua.

Ben kembali memeluk Kanaya erat membuat kaus biru dongkernya basah terkena air mata.

"Kalau papa bener meninggal, seenggaknya aku tau makam papa dimana, aku tau info-infonya. Tapi aku udah cari tau kemana pun tetep gak ada." Paparnya dalam isak tangisnya.

"Mungkin belum saatnya, sayang. Trust me, you will." Ben mengusap punggung Kanaya berusaha menenangkan. "Ikut aku yuk!" Ajaknya sebelum Ben menarik tangan Kanaya.

🍁🍁🍁

"Sebenernya aku salah kasih kamu es krim terus, tapi mau gimana lagi." Ben menghela napasnya.

Kanaya tersenyum sambil menikmati es krim tiramisu kesukaannya.

Kalian tahu? Malam ini Ben mengajaknya ke sebuah cafe yang ada di kawasan Caledonian hanya untuk membuatnya tenang. Cowok itu memesankan es krim dan pancake kesukaannya.

"Ben," panggil Kanaya.

Tidak ada gerakan sama sekali. Dia memandang ke sembarang arah, diam tak bergerak. Kanaya yang melihatnya bingung, tidak biasanya lelaki itu terdiam melamun ketika bersamanya. Biasanya Ben selalu memandangnya sambil tersenyum, sikap konyolnya pun selalu membuat Kanaya selalu tertawa, dan ucapannya selalu membuat hatinya hangat dan tenang.

"Ben!" Entah panggilan keberapa kalinya dari Kanaya. Gadis itu menepuk tangan di depan wajah Ben membuat cowok itu berkedip. "Kenapa?"

Ben menggeleng kemudian tersenyum. "Abisin babe!" Serunya.

"Kamu mau?" Tawar Kanaya sudah mengangkat sendok es krimnya ke hadapan Ben.

"Enggak ah," Ben merebut sendok es kemudian kembali mengarahkan ke lawan arah. "Aaa.."

Kanaya menerima suapan dari Ben. Setelah merasa kenyang, Kanaya memutuskan untuk terdiam lebih dulu di tempat sedangkan Ben pergi ke kasir untuk membayar semuanya.

Sambil menunggu, Kanaya memainkan ponselnya. Ia membulatkan matanya ketika melihat postingan teman-temannya di instagram.

Denargianta

Denargianta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang