Kanaya terus melangkah, mencari ketenangan. Butiran air mata sudah mengalir di wajah cantiknya, tidak ada yang tau seberapa rasa sakitnya ia ketika mengingat semuanya, mengingat pada saat perpisahan yang menurutnya sama sekali tidak menyenangkan.
Gadis itu duduk di salah satu bangku panjang berwarna hijau. Jarang siswa mengunjungi tempat ini, bahkan malah ada yang tidak tahu Alaska High School mempunyai taman yang indah.
Dia benci semuanya, dia benci papanya, dia benci semua hal yang sudah terjadi pada masa lalunya, dia benci keadaan yang memisahkan dirinya dengan Marvin.
Isakannya mulai terdengar, untungnya saat ini taman belakang sekolah itu sedang sepi. Gadis itu membiarkan air matanya mengalir.
Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang memerhatikannya tidak jauh dari bangku yang ia duduki. Ternyata Kanaya salah, ada orang lagi selain dia disini.
Laki-laki itu menghampiri dan duduk di sebelah Kanaya dengan posisi menghadap gadis itu.
"Nangis? Kenapa? Gara-gara gue tabrak?"
Kanaya dengan cepat menghapus air matanya dan menoleh ke sebelah kirinya. Cowok itu lagi, dari banyak tempat yang ada pada sekolah yang sangat luas ini ia selalu berpapasan dengannya.
"Gak."
Damar mengangkat sebelah alisnya, menurutnya semua cewek sama saja. Jika ditanya kenapa, ia akan berbohong menjawab dengan kata 'gak' atau 'gak papa'.
"Kalo dari buku yang gue baca, dari film yang gue tonton, dari kata yang gue denger, cewek bisa tenang kalo dipeluk." ucapannya terhenti sebentar.
"Lo mau gue peluk?" Lanjutnya.
"Gak."
"Serius? Gak mau nih?"
"Gak."
"Gue cogan loh kata orang-orang."
"Gak."
Damar berdecak sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sampai akhirnya ia bergumam lagi.
"Gak mulu, Kalo gue cium mau?"
"Gak." Kanaya yang sadar dengan ucapan yang sangat konyol itu menoleh dan menatap laki-laki itu tajam.
"Canda." Damar hanya terkekeh melihat perubahannya.
"Jangan nangis buat orang yang gak penting, jangan nangis buat hal yang gak berguna. Sayang air mata lo, tangisin hal yang bahagia aja."
Lagi-lagi Kanaya menoleh, "lo gak tau masalahnya, jadi diem aja!"
"Ye, dibilangin."
Keadaan seketika hening.
"Disini tempatnya tenang, asik. Gue suka kesini kalo lagi galau soalnya sepi." ucapnya lalu tersenyum.
Gadis itu tak memperdulikan ucapan Damar, ia tidak ingin tahu dan tidak perlu tahu tentang itu. Kanaya memang suka tempat ini bukan tahu dari orang lain, melainkan dari penemuannya sendiri saat ia tersesat pada awal masuk sekolah.
"Lo tau tempat ini dari mana?"
"Kepo lo." tutur Kanaya.
Laki-laki itu tersenyum kecut mendengar tuturan dari Kanaya.
"Lo kenapa nangis? Cewek galak gak boleh nangis." ucap Damar lalu tertawa kecil.
"Gak papa."
"Ah kesel gue, cewek jawabnya gak papa mulu. Gak kreatif, gak ada jawaban lain."
Kanaya mendengus, ketenangannya terganggu untuk kali ini.
"Lo kenapa kesini? Lagi galau?" Kali ini Kanaya yang bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
unforgettable [COMPLETED]
Novela Juvenil"Tell me how to forget someone loved" ~ UNFORGETTABLE by. itsmefadhlh [COMPLETED] ● RANK ● #289 in Teen Fiction (05/07/18)