#17 》anak baru

5.6K 270 6
                                    

Happy Reading!

.
.
.
.
.
.


"Lo bilang"

"Lo lah, cepet!"

Gadis itu menggeleng. Saat ini, mereka sedang menikmati makan malam bertiga bersama papanya.

"Ah kakak, katanya mau bantu"

"Ya, lo dulu, nanti gue tambahin"

Denada menarik napas dan membuangnya perlahan, dia terdiam sampai akhirnya mengeluarkan suara dengan ragu.

"Pah,"

"Hm?" Jawab Fernand.

"Dena... Dena mau pindah sekolah di sini, ya? Please,"

"Emangnya kenapa?"

Gadis itu menggeleng, "maunya di sini, satu sekolah sama kakak,"

"Sekolah kamu yang di sana, gimana?"

"Papa bilang om Gerald, kalo Denada mau pindah ke Indonesia" tutur gadis itu masih dengan mata puppy eyes-nya.

"Udah lah pa, gak apa-apa. Dia mau bareng sama Damar, nanti Damar jagain" ucap Damar tiba-tiba.

Fernan terlihat sedikit berpikir.

"Oke, nanti papa bilang ke om Gerald. Tapi kamu di sini belajar yang benar, ya? Jangan ke mall terus,"

Denada mengangguk cepat. Dia menoleh ke arah Damar yang ada di hadapannya yang sedang tersenyum juga.

"Thank you, daddy. I love you!" Tutur gadis itu senang.

"Your welcome, sayang" balas Fernan.

Setelah menyelesaikan makan malam, Denada duduk di sofa yang ada di ruang tv, menikmati sebuah film online yang disambungkan ke televisi.

Gadis itu duduk sambil menikmati minuman yang tadi ia buat di dapur. Sedangkan di karpet bawah, Damar fokus pada permainan gitarnya.

"Berisik, diem kek" ucap Denada.

"Lo, daripada nonton film yang gak berfaedah, mendingan siapin buku-buku sekolah, seragam sekolah, tas sekolah, sepatu. Abis itu baru cuci tangan, cuci kaki, tarik selimut, tidur" tutur Damar, panjang kali lebar.

"Tapi ini lagi seru! Liat, kucingnya mati" tuturnya dengan nada sedih.

"Cepet"

"Ih, seragamnya aja gue belum punya, buku belum beli, alat tulis juga"

"Buku ambil di rak buku gue, dibawah, alat tulis juga gue banyak, ambil aja kenapa sih, jangan kayak orang susah. Kalo baju, pakai seragam lo pas di wallington untuk sementara" jelas sang kakak.

"Yaudah nanti, nanggung filmnya lagi seru" lontar gadis itu.

"Gue bilangin papa nih? Denada gak jadi sekolah di sini, males" ancam Damar.

"Ih jangan! Lagian baru tadi gue bilang, masa besok udah masuk. Kan belum didata,"

"Itu mah gampang, sekolah punya bokap lo sendiri juga. Sans aja sih" ucap Damar dan langsung mematikan televisi menggunakan remot yang ada di atas meja. "Udah cepet sana,"

Dengan tatapan kesal, Denada bangun dari duduknya dan berjalan sesekali menghentakkan kakinya kesal. Damar yang melihat itu hanya menahan tawanya.

***

"Kok bisa, sih?"

"Iya, lagian dia main pergi gitu aja. Udah tau gelap, jadinya nyasar, kan"

Kanaya yang merasa dirinya dibicarakan itu hanya berdecak kesal.

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang