#25 》cita-cita.

5.2K 268 2
                                    

"Gajah, gajah apa yang ada di mana-mana?!"

"Gajah lagi jalan-jalan!"

"Salah!"

"Gajah-gajahan!"

"Salah woo... jawabannya," Leo menjeda ucapannya sejenak membuat Derren dan Denisa penasaran. Leo terkikik "Penasaran, yaak?"

"Jawabannya... gajalah kebersihan, yeaay!"

"Itu 'jagalah' bodoh!" lontar Derren membuat Leo menyengir kuda.

"Bel masuk satu jam lagi.." tutur Leo lesu. Tak lama wajahnya ceria lagi seperti baru mendapatkan akal, "madol, kuy!"

"Najis! Gue sih anak baik-baik ya." ujar Denisa melempar kacang pilus ke arah Leo, ditambah dengan Derren melempar es batu kecil dengan niat agar sama seperti Denisa.

"Gak pake es batu juga bele!" Sahut Leo kesal karena bajunya basah terkena tetesan dari es batu. Derren terbahak ketika melihat Leo yang gelagapan karena es batunya masuk ke dalam seragamnya. "Mampus-mampus!"

"Hai, guys!" Seru Carralie dan Alya berbarengan.

Ketiga manusia itu membalas sapaan Alya dan Carralie. Tetapi sepertinya ada yang kurang. Mereka pikir Kanaya akan datang bersama Carralie dan Alya, tapi ternyata tidak ada.

"Kanaya mana?"

Mereka berdua mengangkat bahunya.

"Eh itu! Omaigat!" Sahut Alya ketika melihat Kanaya sedang berjalan melewati koridor bersama kakak kelasnya yang bernama Damar. "Tapi gak ada Denada. Berarti, mereka berdua doang?!"

"Potek." lirih Leo.

"Mampus!" celetuk Derren.

Mereka berlima memperhatikan langkah Kanaya dan Damar yang diperhatikan banyak orang di sekelilingnya. Denisa, Alya dan Carralie memekik bersama, sedangkan Leo mendengus dan berharap mereka berdua tidak jadian sekarang. Bukan, bukan jahat. Lelaki itu bukan memikirkan dirinya sendiri, hanya saja rasa sukanya kepada Kanaya belum saja berkurang. Leo bukannya tidak suka Kanaya dekat dengan Damar. Sebenarnya laki-laki ini senang ketika melihat Kanayanya tersenyum dan berada di dekat seseorang yang membuatnya nyaman. Tapi memang karena arahan sifat humornya yang sedikit meningkat dibanding temannya yang lain. Leo memang seperti itu orangnya, jadi harap dimaklumi.

"Le, lo siap-siap cari gebetan lain!" Papar Derren ketika melihat Kanaya dan Damar duduk bersama di meja ujung.

Kanaya tidak menyadari teman-temanya ada di belakang. Bagaimana bisa, mereka berlima saja menutupi wajahnya dengan beberapa menu yang sekitar tiga puluh menit lalu diberikan Budeh Deka kepada mereka semua.

Seperti sedang menguntit seseorang. Leo, Derren, Denisa, Carralie dan Alya terus pura-pura membaca menu yang sengaja didirikan di depan wajahnya sesekali memerhatikan gelagat Kanaya dan Damar. Padahal kedua insan itu sedang asyik menikmati sarapannya. Ketiga perempuan itu memekik ketika sesekali Damar memegang pucuk kepala Kanaya.

"Gerah woi!" sahut Leo mengibaskan menu yang terlaminating. Derren yang melihatnya, berdecih sambil mendorong kecil kepala Leo. "Laga lu kayak tai!"

"Udah ah gak usah tutup-tutupan! Bisa mati minum keringet, gue."

Tanpa mereka sadari Kanaya menoleh ke belakang, memerhatikan kelima orang yang sedang ribut kegerahan karena sudah mengendap di balik menu. Alya yang baru saja melirik teman perempuannya, mendapati Kanaya sudah balas memandanginya. Dengan cepat Alya membuang mukanya seperti tidak terjadi apa-apa.

"Yah, dia liat kita" bisik Alya.

Baru saja mereka semua ingin menutupi wajahnya lagi tetapi Kanaya sudah berjalan menuju mereka bersama Damar. Alya merapihkan rambutnya dengan cepat dan sejenak mengaca lewat layar ponsel yang gelap. Hingga akhirnya pasangan itu sampai ke hadapan mereka.

unforgettable [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang