"Hey, babe. Sendirian, aja? Namanya siapa?"
"Kenalin, gue Esa..." Esa menjulurkan tangannya ke depan Nadya yang sedang terlihat membaca buku menu
Cowok yang terlihat menghampiri Nadya itu melirik kepada Esa dan kemudian berbicara kepada Nadya kembali, "So, you're not alone. Okay, then... I'm sorry. Me and my friend was curious about this beautiful lady..."
Bacot. Esa mendesis dalam hati. Bule tadi pergi begitu saja meninggalkan mereka dan tangan Esa yang masih menggantung di depan Nadya. Esa menariknya dengan pelan
Nadya sepertinya masih sibuk memilih menu ice cream yang dia inginkan sementara Esa baru saja kembali dari toilet.
"Sip. Gue, strawberry satu scoop..." Nadya tersenyum kepadanya
Boleh tidak Esa berkata kalau dia merasa seperti sedang berada berdua saja dengan Nadya. Kenapa perempuan itu selalu bisa mengalihkannya seperti ini. Lima detik yang lalu Nadya terlihat sangat seksi dan siap dibawa pulang. Baru saja Nadya terlihat sangat manis seperti anak tk yang meminta eskrim kepadanya.
"Lo mau yang mana, Sa? Tapi ada rasa cappuccino, kok. Mau gak?"
Esa menggaruk tengkuknya. "Em. Boleh. Pesen gih, ntar gue yang bayar..."
"Ya, barengan ke kasirnya kalo gitu..." Nadya menarik tangannya, mengajaknya menuju antrian dan kemudian melirik-lirik beberapa kali kepada Esa
"Kenapa sih?" Esa merasa tidak nyaman dilirik begitu dan kemudian memegangi pundak Nadya lalu menahannya agae gadis itu tidak membolak-balikan tubuhnya, "Kenapa?"
Nadya mengerjap beberapa kali. "Sa, gue pengen pipis tapi gue gak pengen pipis..."
Esa yakin sekarang bukan hanya dirinya yang bingung dengan maksud pernyataan Nadya. "Apaan, sih? Yang jelas, jadinya mau pipis apa dipipisin?"
Jedug. Kakinya kena tendangan kecil Nadya yang sudah melotot kepadanya. Esa hanya bisa meringis saja, "Duh. Geblek kan malu diliatin orang..."
"Ya, gak apa-apa sayang. Maaf ya..." Esa mengalihkan pandangannya lalu menatap orang-orang yang sudah memandangi mereka, "Lagi bulan madu, waktunya terbatas hehehe"
"Makin sarap..." Nadya menggerutu
Esa menarik Nasya ke dalam rangkulannya, "Jadi mau apaan?"
"Mau makan es, aja. Minumnya di mobil tapi, Sa. Lo ambil..."
"Nanti aja sekalian..." Esa menyandarkan dagunya pada puncak kepala Nadya. Mereka maju satu langkah dan kemudian berhenti di depan kasir, "Mbak strawberry satu scoop, cappuccino satu scoop..."
"Pakai cone atau cup, mas?"
"Cone..." Nadya menjawab dengan cepat kemudian Esa hanya bisa menganggukkan kepalanya lalu mengeluarkan dompetnya, "Nanti gue transfer ya, Sa..."
"Bayarnya cash, ya. Gue gak terima transferan..." Esa menyerahkan lembaran uang kepada kasir dan kemudian mendapatkan ice creamnya dengan Nadya
Mereka berjalan menuju mobil dan masuk begitu saja. Bukannya tidak mau makan di luar hanya saja, Esa dan Nadya tidak mendapatkan meja kosong dan terpaksa kembali ke mobil, selain karena air minumnya di dalam mobil, tetapi juga karena panasnya suhu udara yang membuat Nadya takut es krimnya mencair.
"Abis ini gak makan es lagi, loh. Nad, makan sayur biar sehat..."
"Yes, bos..." Nadya kembali menjilati eskrimnya dengan semangat
Esa hanya menggelengkan kepala melihatnya. Bahkan Nadya terlihat lucu menggemaskan ketika menggigit pinggiran cone yang berada di tangannya. "Makan kemana, ya? Lo bisa makan seafood, gak?"
Gadis itu mengangguk beberapa kali. "Malah gue gak makan ayam, Sa. Gak tau, gak enak..."
"Bagus deh, daripada gue makanin lu ayam, kan. Bosen juga. Deket hotel ada resto seafood tuh, pernah masuk acara apaan gitu, katanya enak..."
"Boleh-boleh..." Nadya menganggukkan kepalanya, menoleh kepada Esa dengan mata bundarnya, "Sa, tisu mana tisu?"
Esa menaikkan satu sudut bibirnya. Menarik tengkuk Nadya mendekat kepadanya. Bibir mereka bertemu. Gadis itu tidak membalasnya dan malah terdiam kaku begitu saja ketika Esa melumat bibirnya.
"Pacaran yang bener, yuk..." Esa menatapnya
Gadis itu mengerjap pelan, membuat sekali lagi, Esa memagut bibir Nadya yang seolah memanggilnya sedari tadi
...
Bukannya pergi ke tempat makan. Sore-sore begini, mereka sudah kembali ke rumah Esa dan cowok itu menggeram ketika Nadya memekik sambil menahan nafas.
Tubuh gadisnya melengkung begitu saja dibawahnya dan Esa sangat menyukai bagaimana Nadya bisa menjadi sangat liar.
Nadya menggigit bibirnya, seperti terisak tersiksa dengan permainan Esa dengan payudaranya, "Hhh... Sa, please..."
"Panggil namaku, sayang..." lalu Esa melumat bibir Nadya yang kembali mendesahkan namanya. Ternyata hanya tampilan luarnya saja yang terlihat nakal, nyatanya, Esa baru saja merenggut kegadisan milik Nadya dan perempuan itu sedang terisak kecil karena kesakitan, mungkin
"Sa... Udah, gak..." Nadya kembali manahan nafasnya, "Kuat... mfffttt"
Esa meringis ketika kuku-kuku jari Nadya menancap begitu saja ke punggung juga lengan kirinya, "Let's finish this babe... Panggil namaku lagi sayang..."
Nadya memejamkan matanya. Dan sekali lagi mendesah dengan begitu manja dengan menyebutkan nama Esa.
Tiga jam yang lalu, Esa berhasil mengajak Nadya ke rumahnya. Setelah menyelesaikan ciuman panas mereka di dalam mobil, dan sekarang, Esa berhasil menyelesaikan apa yang dia mulai dengan pekikan Nadya dan lenguhan dirinya yang merasa puas atas Nadya.
Dia menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh Nadya. Mencari oksigen setelah kegiatan panas mereka.