2014.
Lena melupakan pesan terakhir Adam yang dia balas. Sudah lupa lebih tepatnya. Cowok itu sibuk dengan pekerjaannya. Dan Lena tahu, bukan saatnya menangisi pria lain ketika dia berada di kota rantauan dengan tujuan menuntut ilmu.
Jadi ketika Ethan, sahabatnya datang berkunjung dan mengatakan akan mengajaknya makan malam. Lena memilih menyetujuinya dan melupakan sejenak masalahnya dengan Adam.
"Jadi, Adam masih sering selingkuhin, lo?"
Lena hanya mengangguk saja. "Ketahuan aja. Capek gue..."
"Lagian, lo. Kenapa juga udah tau suka selingkuh masih aja mau nerima pas dia balik?" Ethan menggelengkan kepalanya. Meneliti perubahan raut wajah Lena yang sedang bermuram durja ketika membahas kekasihnya itu. "Kalo mikirin sayang jalan udah lama itu bukan alasan lo harus bertahan sama dia. Nyatanya, sayang aja udah lama tapi hubungan lo sama dia gak membawa perubahan. Gitu-gitu aja..."
"Ya, terus? Masa mau nikah? Gila kali, gue baru aja masuk semester baru kuliah..."
"Len, maksud gue, seandainya hubungan lo sama Adam beneran bawa perubahan. Paling gak dia ada peningkatan di karirnya. Atau lo di kampus juga sama. Atau paling gak, perubahan sikap jadi lebih baik. Ini mah apaan. Lo sama dia malah stuck gitu-gitu aja. Dianya doyan selingkuh..." Ethan menyesap sebentar minumannya, "Walaupun lo berdua temen gue, gue tetep aja bakalan nyalahin lo berdua. Dia salah selingkuh, tapi salah siapa bikin dia selingkuh? Lo juga sama aja kurang perhatian sama dia, Len. Walaupun lo emang punya tujuan kuliah, tapi lo tuh harus sadar kalo emang lo mau mempertahankan hubungan lo, lo harus berjuang jagain Adam... Jangan dicuekkin kayak bebek lewat pas anaknya marah. Ke pelukkan cewek lain dah dia..."
Lena berusaha mengerti maksud ucapan Ethan. Siapa yang tidak menyukai pacarnya? Sudah ganteng begitu, kerja di perusahaan swasta ternama dengan digit gaji yang bolehlah. Mana mungkin tidak ada yang menaruh hati pada Adam.
Ethan hanya menatap sahabatnya itu. Pasti sedang memikirkan kelanjutan hubungan dengan sang kekasih yang berada di ujung tanduk. Kali ini, karena dengar-dengar dari cerita Lena. Sepertinya kesalahan Adam sangat fatal.
"Kalo gue, ya kalo emang harus diudahin ya udahin aja. Kalo emang sudah sama-sama gak saling sayang, buat apa saling nyakitin..."
"Masalahnya, kalo lo merasa tersakiti ya berarti masih sayang dodol..." Ethan kembali menggelengkan kepala mendengar penuturan gadis di depannya ini, "Len, yang bener itu, kalo emang sudah gak mungkin berjuang, mending jangan menyakiti..."
"Bener juga" Lena mengangguk dengan pelan. Dia menghela nafas pada akhirnya. Toh, kalau berjodoh dengan Adam. Pasti akan kembali lagi. Dan kalaupun kembali, Lena tidak mau mengulang kesalahan yang sama dengan orang yang sama. "Jadi gak enak sama lo. Bukannya main malah ribet ngurusin gue..."
Cowok itu menggelengkan kepalanya, "Santai. Gue juga lagi gak tau mau kemana..."
"Kita di rumah aja, deh. Gue males kemana-mana..."
Ethan menyerah. Dia juga memang sedang tidak ingin bicara dengan Lena yang seperti enggan melanjutkan pembicaraan dengan dirinya. Mereka akhirnya membereskan sisa makanan dan juga mencuci peralatan makan kemudian mengambil duduk di depan tv dengan sofa bed yang panjang.
Lena yang duduk di atas sofa sambil memeluk bantalnya yang berbentuk jari kaki besar, sementara Ethan duduk di atas karpet sambil menekuk satu kakinya. Adegan film horor yang sedang mereka tonton tidak memberikan efek apa-apa kepada mereka berdua.
Sampai sebuah adegan adu bibir yang diperankan oleh aktor dan aktris di tv mulai mempengaruhi pikiran Lena. Dia menunduk sebentar melirik Ethan yang tampak masih mengikuti jalannya film dengan cukup serius.
"Ah..."
Ethan hanya menolehkan kepalanya walaupun kedua matanya masih menatap kepada layar kaca dnegan serius
"Than..."
"Hm..."
Lena menunduk melihat pria yang sudah menjadi sahabatnya selama bertahun-tahun. Dia akan menanyakannya sekarang, satu hal kenapa pria selalu melakukan hal yang menyakiti hati wanita, "Than... Kenapa cowok suka sex?"
"What?" Ethan benar-benar menoleh kepada Lena ketika perempuan itu sudah menatapnya dengan serius. "What did you say?"
"Cuma penasaran karena setiap kali gue tau gue diselingkuhin Adam itu, dia selalu habis bobo enak sama cewek. Jadi gue penasaran. Lo bukannya sering tidur enak sama perempuan?"
Ethan benar-benar melongo di tempatnya. Lena membuatnya tidak bisa berkata apa-apa dengan mata yang menatapnya dengan penasaran dan juga terluka disaat bersamaan seperti itu. "Len..."
"Than... Sebegitu enaknya ya make perempuan kayak gitu?"
Berusaha bersikap sewajarnya untuk menjawab pertanyaan Lena, Ethan memutar tubuhnya menatap Lena kemudian balik bertanya, "Kenapa lo pengen tau?"
"Karena gue gak ngerti kenapa cewek mau-maunya aja ngelakuin sama cowok yang belum tentu bakalan jadi pendamping dia seumur hidup..."
Ethan menghela nafasnya. "It's not something you could get just by listening every single words that comes out..." Ethan menggelengkan kepalanya, "Kenapa gak coba sendiri?"
"Dosa..."
"There you got the answer"
Membuat Lena mengernyitkan keningnya sebelum beralih duduk di samping Ethan yang kembali fokus ke tv. "Berarti enak..."
"Ya, enak..." sahut Ethan seadanya. Dia hanya diam saja tidak mau menanggapi gadis yang sedang patah hati kesekian kalinya ini. Pada dasarnya, Ethan mengerti kalau Lena sedang mempertanyakan mengapa Adam kembali bermain di belakangnya. Apa kurangnya seorang Lena?
"Maybe i wasn't enough for him..."
There. Lena sudah menyuarakan apa yang ingin Ethan ucapkan.
"Maybe he was just curious how's the taste of my virginity..."
Ethan menoleh.
Untuk waktu yang cukup lama, Lena memandangi Ethan dan begitu juga sebaliknya. Sahabatnya itu, ingin mengatakan kalau apa yang baru saja Lena ucapkan adalah sebuah kemungkinan yang bisa menjadi kepastian. Memang begitu, semua laki-laki pada dasarnya hanya penasaran. Sampai tidak penasaran, maka ditinggalkan, sampai bosan. Begitu terus adanya.
"Than, let's do it..."
"Ah...?" Ethan hampir saja menjatuhkan lehernya ketika mendengar ucapan Lena