Episode: Consequences (5)

1.4K 152 0
                                    

Berawal dari kebingungannya dan berakhir kepada Jonas yang bersandar pada tiang bioskop menunggu teman-temannya keluar dari studio tempatnya menonton tadi.

Jonas menggaruk tengkuknya dan menyapa Fikar yang sudah menoleh kesana kemari mencari sesuatu. Gavin, Kris, Yudis, dan beberapa temannya yang lain juga beriringan keluar kemudian berjalan lebih dulu.

"Pengecut banget sih, Nas. Nonton gituan aja takut..." Gavin berkomentar sambil tetap memainkan layar ponselnya

Kris dan Yudis sudah membahas adegan mana yang paling menyeramkan dan juga mengecewakan sementara Fikar berjalan di samping Jonas sambil melirik sesekali.

Fikar memperlambat langkahnya, dan Jonas juga sama saja. Mereka sudah berada cukup jauh dari gerombolannya. Sampai akhirnya, Fikar berdehem dan membuat Jonas menoleh kepadanya.

"Sebelah lo tadi..." Fikar memberi jeda, "Kakaknya Shafie bukan?"

"Hm..." Jonas memandang lurus ke depan

"Takut ditabokin lagi ya, lu? Makanya keluar duluan..."

"Iya... aja biar cepet..."

Fikar menggelengkan kepalanya. "Dasar. Gue kirain kakaknya tua banget, Nas. Taunya unyu-unyu kayak abg..."

Jonas sewot seketika. "Heh?!"

"Iya-iya gue tau, itu orang kakaknya Shafie. Tapi asli deh, Nas. Cantik. Gimana coba? Si Shafie juga cantik, cuma ya gara-gara pernah nolak si Yudis aja kan makanya sering kita katain?"

Cowok itu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Walaupun sedikit terbersit di hatinya membenarkan ucapan Fikar. Nyatanya, Shafiya memang catik dan manis. Tapi, perempuan itu pernah menolak Yudis mentah-mentah sewaktu mereka smp. Maka dari itu gerombolannya selalu mencari masalah dengan Shafiya.

Dan soal Kanaya.

Jonas menghentikan langkahnya tiba-tiba. Memegangi dadanya yang lagi-lagi berdetak tidak karuan ketika mengingat Kanaya yang terlihat rapuh dan meneteskan air mata di sampingnya tadi.

"Jadi ya menurut gue nih..." Fikar menghentikan ucapannya seketika bersamaan dengan tangannya yang menggantung di udara sementara sebelahnya kosong. Dia menoleh ke belakang dan menemukan Jonas sedang memegangi dadanya sendiri sambil membasahi ujung bibirnya dengan lidah. "Woy? Setan! Nanas!"

Jonas mengadah, "Kampret..." lalu menyusul Fikar. "Apaan tadi lo ngomong apa?!"

"Kakaknya Shafiya cantik" jawab Fikar dengan jujur, "Ih, mau ah. Tapi gimana caranya gue gebet doi, kayaknya gak doyan anak sma..."

"Lo, kok...?" Jonas menuding sahabatnya, menggelengkan kepala beberapa kali, "Lo udah bully adeknya, impossible doi noleh ke lo..."

"Gue bakal bilang kalo lo otak kejahatan atas Shafiya, gue udah bertaubat. Masalah beres, gue mau pdkt. Tadi orangnya jalan kemana, sih? Lupa gue..."

"Anak anjing emang, Fikar..." Jonas menyusul sahabatnya yang setengah berlari menuju ke salah satu meja di tengah-tengah food court.

Duduk di kursi paling ujung dengan teman-temannya yang sudah memesan makanan. Jonas mengangguk saja mendengar celotehan teman-temannya.

Gavin hampir saja tersedak dan Kris hampir terjungkal dari kursinya. Yudis sudah memegangi lengan Jonas saking terkejutnya dengan pekikan Fikar.

"Lo ngapa sih, bocah?!" Omel Ibnu yang berada di seberang Jonas

"Kakaknya Shafie arah jam setengah empat gue..."

Yudis melongo. Tapi teman-temannya menoleh ke arah yang diucapkan Fikar termasuk Jonas.

Kanaya, dengan celana jeans dan kemeja kebesarannya. Tidak tampak seperti perempuan yang berusia di atas 20 melainkan anak remaja yang baru saja masuk sekolah.

Jonas menahan nafasnya dan merasakan kembali degub jantungnya yang berdetak tidak biasa. Akhirnya menelan ludah ketika Kanaya juga temannya melewati mereka tanpa menyadari keberadaan Jonas dan gerombolannya.

Di antara semua orang yang berada di dalam food court itu, kenapa hanya Kanaya yang terlihat jelas di pandangannya dan kenapa pula efek slow motion bekerja di saat seperti ini kepada Jonas.

Cowok itu bahkan tidak sadar mengekori pergerakan Kanaya dengan matanya.

"Woi, kalian semua kenapa bengong..." Tanya Devo, salah satu teman mereka yang baru saja kembali memesan makanan dan menemukan sahabatnya melongo memandangi... Entahlah kemana. "Nas... Lo sakit jantung?"

"Hah?" Tanya Jonas dengan reflek mendapati teman-temannya sudah memandangnya dengan bingung, "Gak-gak. Gue..."

"Ih, kesambet dia..."

"Auk, temen lo..."

"Makanya Kar, jagain, dibilangin..."

"Rusak dah Jonas sekarang..."

"Anying, lo semua!" Bentak Jonas ketika kesadarannya kembali

Cowok itu meraih ponselnya, membuka aplikasi kamera. Menyalakan kamera depan dan kemudian menzoom sambil melirik teman-temannya yang sudah sibuk entah bicara apa.

Kanaya, duduk dua meja di belakangnya. Sedang menunduk menatap layar hapenya.

"Nas kok lo senyum-senyum?"

"Setan!" Kembali Jonas dengan panik memaki teman-temannya dan dengan reflek mengunci layar ponselnya.

IPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang