"Kamu bilang sama aku apa yang aku pikirin itu gak bener, Lena" tetapi Adam malah menjambak rambutnya dengan kasar dan memaki lebih kencang ketika kekasih hatinya itu mengangguk sambil menangis sesenggukkan, "DAMN!"
Theon memegangi sudut bibirnya melirik kepada Janet yang masih membelai bahu Lena dengan Lena yang bergetar karena sesenggukkan. Baiklah, dia mulai berpikir sekarang. Ada apa dengan mereka bertiga termasuk saudara kembarnya yang tengah menghilang. Lena menemukan Adam dengan Janet di hotel, disaat yang sama Lena sedang bersama Ethan.
"Lena..."
Lena mengangkat wajahnya dan menatap kepada Theon
"How far are you?" Theon menelan ludahnya, sial saudara kembarnya yang sudah melakukan semua ini kepada Lena dan meninggalkannya begitu saja.
Lena memilih tidak menjawab dan menangis. Dia cuma mau menemukan Ethan dan mengatakannya hanya kepada Ethan. Bukan kepada Theon dan juga Adam ataupun Janet. Orang pertama yang harus mengetahuinya cuma Ethan. "Ethan mana?"
Theon menghela nafas dengan susah payah. Meraih kerah kemeja Adam kemudian mendorong Adam sampai nyaris terjatuh kalau saja Theon tidak menahannya kembali, "Ini salah lo, ya..."
"Salah sodara lo bajingan..." Adam membela dirinya. Dia marah, mau memukul Theon hanya saja Theon bukan Ethan. Ingin mencekik Lena karena bisa-bisanya dia kehilangan harta berharganya kepada Ethan. "Cewek gue bangsat..."
"Cewek lo yang mana anjing?" Theon mengeraskan rahangnya kemudian, "Lo yang salah ya, Dam. Sapa suruh selingkuh mulu sampe akhirnya buka kesempatan buat sodara gue yang brengsek itu ngerusak Lena..."
Adam menunduk dan kemudian dia dihempaskan begitu saja sampai jatuh ke lantai.
Theon menghampiri Janet dan Lena, dia menunjuk perempuan di sebelah Lena itu dengan beberapa kali menggelengkan kepalanya, "Jan... Lo juga salah. Tau punya temen ya jangan diembat, bangsat!"
Lena tidak peduli sekarang. Dia masih menunduk di lantai memikirkan di mana kira-kira Ethan berada. Tidak mungkin ke tempat lain. Orang tua Ethan dan Theon sudah lama meninggal. Tempat kerja Ethan di Singapura juga tidak ada. Lena memejamkan matanya dan lelehan air matanya kembali membasahi pipinya.
"Bangun, Len. Kita ke orang tua lo..."
Lena menyentak kasar tangan Theon dan memandang pria itu dengan tajam. "Ethannya mana?!"
"Gak ada! Kalo lo gak mau gue yang tanggung jawab, kita gugurin ayo!"
"Gak brengsek!"
"Theon!"
Theon mendengus mendengar Lena membentak kepadanya bersamaan dengan Janet dan juga Adam yang meneriaki namanya, "Denger ya, Len. Ethan gak mungkin balik sekarang, yang gue tau dia gak mungkin balik dan gue gak tau dia dimana, apa dia bisa dihubungin atau gak! Jadi mending lo nurut sama gue!"
Lena kembali melepaskan pegangan tangan Theon dibantu Janet dan kembali membentak, "GAK! Kenapa dia gak mau balik?! Brengsek gue gak mau orang lain selain Ethan! Gue gak mau sama yang lain! Gue maunya Ethan! Theon, Ethan dimana?!"
"Gue gak tau!" Theon menarik nafas dengan kasar, "Len kalo bokap lo tau Ethan yang hamilin lo, sodara gue bisa masuk penjara! Mending nurut sama gue! Gugurin itu kalo lo gak mau nikah sama gue!"
Lena bangkit lalu memukuli Theon begitu saja, Janet yang berusaha menjauhkan Lena dan menenangkan perempuan itu sempat terkena tamparan di wajahnya karena Lena. Adam juga sama, menghalangi Lena dengan menarik perempuan itu ke dalam pelukkannya.
"Ini anak gue sialan! Gue gak mau ngikutin kata lo! Gue mau Ethan kesini sekarang!"
Theon melipat kedua tangannya. Memandang Lena dengan membasahkan sudut bibirnya menggunakan lidah. Kepalanya sakit sekarang. Saudara kembarnya... Apakah Lena mau menunggu? "Ethan di penjara, Lena..." katanya dengan lemah, "Kabar terakhir yang gue denger, Ethan masuk penjara di Singapur dan baru bisa keluar dua taun lagi..."
Lena lemas. "You're such a good liar..."
Janet dan Adam sama terkejutnya. Mereka membeku melihat Theon menganggukkan kepala dengan lemah. Terakhir kali yang dia dengar dari saudaranya itu, Ethan sedang ada masalah dan kalaupun dia menghilang. Bisa Theon pastikan kalau dia akan berada di balik jeruji besi.
"Jadi gimana, Len?"
"Lo bohong, kan?"
Adam memilih membuang wajahnya dan meninju udara yang bebas dengan satu tangannya. Dia benar-benar ingin membunuh Ethan sekarang. Benar kata Theon, andaikan dia tidak melakukan hal sehina itu, Lena pasti masih menjadi miliknya dan mereka baik-baik saja.
Sementara Janet membeku ingin menangis karena sahabatnya tiba-tiba saja terdiam. Benar kata Theon, salahnya juga yang membuat Lena seperti ini. Andaikan mereka tidak bertemu, mungkin Ethan masih akan bersama Lena.
Theon menelan ludahnya dengan kasar. "Len..."
"Kalo Ethan bisa nunggu gue selama itu, gue juga bisa kan?"
"Ya, tapi gak dengan ada bayi di dalam perut lo..."
Lena menyentuh perutnya dengan lemah...
